15

433 68 5
                                    

"Hah?" tanya Raisa yang tersadar dari lamunannya.

Saga menunjuk sebuah motor yang terparkir tepat di samping teras rumah Raisa. "Itu bukan motor kakak lo, kan?" tanya Saga memastikan.

Itu motor Haidar. Raisa menelan ludahnya susah payah sebelum menatap Saga kembali. "Iya. Itu motor temennya Kak Cakra." bohongnya.

Saga terdiam mengamati motor yang tidak asing baginya. Motor itu seperti milik, "Kayak motornya Haidar, ya?" ujarnya diikuti sebuah tawaan ringan.

Jantung Raisa berdegup kencang mendengar nama Haidar terucap oleh lelaki dihadapannya. Apalagi ekspresinya. Raisa benar-benar tidak bisa memprediksi apa yang tengah Saga pikirkan.

Jangan sampai lelaki itu tahu bahwa tamu di rumahnya memang benar Haidar. Pasti akan ada keributan jika itu sampai terjadi.

"H-hah, apaan, sih. Motor kayak gitu, kan, banyak." tutur Raisa. "Mending lo pulang, kak, gue mau istirahat." lanjutnya mengusir.

Di sisi lain, Haidar mulai merasa janggal. Bukannya untuk mengambil paket hanya membutuhkan waktu sebentar?

"Raisa, kok, gak balik-balik, ya, bang?" tanya Haidar.

Cakra langsung tersadar dan menoleh ke arah pintu dimana Raisa terakhir kali terlihat, "Iya, ya. Coba gue liat dulu, deh." balasnya sambil berdiri dari duduknya.

Karena penasaran, Haidar mengikuti langkah Cakra di belakangnya. Cakra mengecek keberadaan adiknya lewat jendela yang berada di samping pintu rumahnya. Baru saja sekilas melihat ke luar jendela, lelaki itu mendengus dan menyenderkan badannya ke tembok.

Haidar mengernyitkan keningnya bingung melihat tingkah Cakra. Lantas lelaki itu mengintip dari jendela persis seperti yang Cakra lakukan sebelumnya.

Saga.

"Gue beneran gak ngerti sama jalan pikirnya Raisa." ujar Cakra tajam.

Haidar bisa merasakan aura kekesalan yang lelaki itu keluarkan. Jauh di lubuk hatinya, Haidar juga merasakannya. Melihat Saga dihadapan Raisa, entah kenapa, membuat suasana hatinya menjadi buruk.

"Lo bayangin, ya, Dar. Saga udah dipergok sama Raisa lagi cium cewek dan dia gak minta maaf ke adik gue. Sama sekali enggak. Anjing!" umpat Cakra akhirnya.

Haidar akhirnya mengetahui kejadian dibalik kandasnya hubungan Raisa dan Saga. Brengsek, kata yang langsung terlintas di benaknya. Diam-diam lelaki itu ikut merasa bersalah.

Kalau saja lelaki itu lebih peka beberapa bulan lalu saat Raisa mungkin baru mengenal Saga, semua ini tidak akan terjadi. Raisa tidak akan pernah tersakiti oleh lelaki sebrengsek Saga.

Lia benar-benar berhasil mengalihkan fokusnya dari Raisa waktu itu. Haidar akui, di sana letak kebodohannya. Membohongi perasaannya terhadap Raisa.

Cakra melihat ke luar jendela lagi, "Dan begonya adik gue masih aja mau ketemu sama dia." tambahnya.

Haidar berdeham, "Nanti coba gue bilangin juga, deh, bang." usulnya tak enak.

Cakra menoleh menatap Haidar dan mengangguk, "Tolong, ya, Dar. Kali aja sama lo dia mau nurut." ujar lelaki itu yang sukses membuat Haidar menahan senyumnya.

Kali aja sama lo dia mau nurut. Entah kenapa, Haidar sangat menyukai kalimat yang Cakra lontarkan itu. Benar-benar tidak terduga tapi berdampak hebat.

Bayangkan, Cakra yang kakak kandung Raisa saja tidak diikuti ucapannya oleh perempuan itu. Lantas, bagaimana bisa Haidar yang notabenenya bukan siapa-siapa berhasil membuat Raisa mengikuti ucapannya?

Apakah sudah giliran Haidar untuk mulai melangkah sekarang?








part terakhir angkasa di tahun 2019, selamat tahun baru!

Angkasa (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang