BAB 0.1

6 0 0
                                    

  Happy Reading
@@@@@@@@@@@@@@@@

  Kepingan kejadian diruang bk tadi pagi selalu berputar dikepalanya bak kaset rusak. Semua kemungkinan kemungkinan hukuman pak Barto yang ada dibenaknya kemarin terjawab sudah.

Muara Temu Hari, gadis Sma kelas X itu harus selalu belajar bersama senior songongnya setiap pulang sekolah. Muara kesal dengan keputusan pak Barto, kenapa harus Banyu, si ketua osis dingin itu yang harus menemaninya.

"Aaaah, bisa gila gue kalo mikirin itu terus " dengan kesal, Muara menendang kerikil kecil yang ada dihadapannya. Mungkin dengan hal itu, kekesalannya akan sedikit berkurang.

"Raaa, Araa" seseorang terlihat memanggilnya dari kejauhan. Muara harap, bukan sosok sosok semu yang menjijikan dan menyeramkan itu lagi yang memanggilnya.

"Huh huh huh, muara lo habis diapain sama pak Barto? " terdengar nafas gadis seumuran dihadapannya itu tersengal sengal. Ok, kali ini bukan hantu. Sosok perempuan yang dihadapannya hanyalah Savana Kala Mentari, teman sekaligus sepupu kesayangannya yang capek sehabis berlari untuk menghampiri dirinya.

"Ck, nanti aja deh gue ceritanya. Lagi bad mood" Muara berlalu begitu saja dari hadapan Savana. Rambut pirangnya yang tergerai itu bergerak seiring dengan langkah kakinya.

"Iya iya, yaudah yuk masuk kelas. Lima menit lagi bel masuk loh, jangan sampai bu popy marah karena kita telat " dengan sigap savana menahan tangannya dan segera menggeretnya pergi ke kelas.

Niat awalnya yang ingin pergi kekantin pupus sudah. Kini, Muara hanya bisa bersabar. Bersabar menerima semua nasib sial hari ini yang sudah 2 kali menimpanya.

¶¶¶¶™¶¶¶¶™¶¶¶¶™¶¶¶¶¶

" Maaf Na, gue pergi duluan yaa, ngga papa kan gue tinggal sendirian? Soalnya mau belajar sama senior songong itu" pamit Muara untuk pergi terlebih dahulu kepada savana yang masih sibuk merapihkan semua peralatan belajarnya.

Bel pulang berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, dan tentu saja sudah banyak anak yang pergi meninggalkan kawasan sekolah.

"Iya, sana pergi. Ngga papa kok gue ditinggal duluan, lagian gue harus piket dulu. Oh ya, hati hati loh, biasanya Cinta datang karena benci. Hahahaha" Savana tertawa kecil mengingat sepupunya itu akan pergi belajar bersama musuh barunya.

Memang, setelah Muara menceritakan semua kronologinya dari awal padanya, Savana selalu mengejek dan menggoda Muara.

Padahal, Banyu merupakan sosok yang selalu diidolakan semua siswi disekolah ini. Namun Muara berbeda, dirinya dengan mudahnya menganggap Banyu sebagai musuh bebuyutan untuk sifat cerewet nya itu.

Muara benci pria dingin, apa lagi yang sok songong bentukan kayak Banyu.

" Ck, udahlah bhay. Hati hati juga loh, disini aku liat banyak penunggunya" ucap Muara sambil melenggang pergi keluar kelas.

Mendengar ucapan terakhir muara, Savana bergidik ngeri. Dirinya memang takut kepada sosok tak kasat mata itu, ditambah lagi ucapan Muara yang memang tak pernah main main untuk seukuran anak indigo dari lahir.

Tuhan selamatkan Sava rengek savana dalam hati.

HAI..... 👐👐
Selamat datang di cerita baruku
Semoga enjoy
Jangan lupa vote dan komen
Maaf kalau part nya pendek. Maklum masih pemula

Love, lisha
3 - 01 - 20

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang