Dua Puluh Dua

997 106 19
                                    

Aku bilang juga apa.. disuruh mikir nama jauh jauh hari malah dibilang terlalu dini, katanya gampanglah nanti juga dapet nama bagus. Nama bagus mbahmu cuk, yang ada sekarang kelabakan. Seharusnya kelabakannya sendiri, lah ini bawa bawa seisi rumah. Jadinya kaya begini, kumpul di ruang tengah diskusi meja bundar. Eh bukan cuk.. orang di sini nggak ada meja bundar, adanya kasur lantai sama satu sofa panjang menghadap tv. Haha skip
Mama duduk di sofa, si kecil di pangkuan mama. Papa duduk di samping mama tengah mengajak ngobrol si kecil. Si kecil? Diem diem bae, cuma kadang senyum. Mungkin si kecil membatin ini aki ngomong apaan dah, macam orang gila. Ngomong sendiri dijawab sendiri. Haha yakali yuk yang ada lu yang batin gitu.
Mbak felic tengah di dapur membuat minuman dan camilan. Lah bapaknya si kecil, alias biang onar malam ini lagi tiduran tengkurap di sampingku sambil menulis  nama yang tercetus dari mulut kami. Kalian nggak tanya aku? Aku lagi tiduran sambil mantengin tukang ojek pengkolan.
Kalo lagi iklan macam begini, aku kembali menyimak diskusi ini.

"Gimana kalo paijah?" Seruku
Mas hito langsung menonyolku dengan pulpen.

"Cantik cantik kok paijah.. tantemu itu lho dek, nggak mikir." Cibir mama, tangannya melempariku dengan bantal.

"Mama ih. Jahat banget sama yuki"

"Cucuku.. mau dikasih nama paijah?" Papa bertanya pada si kecil. Karena merasa diajak ngomong, si kecil senyum.

"Tuh dedeknya ajah mau" kataku jumawa. Mas hito meraup wajahku kasar.

"Iya namanya paijah, nanti kalo punya adik cowok namanya paijo. Gitu ya yuk.."seru mbak felic di dapur.

"Apa apaan. Mas ndak mau ya anak anak mas namanya katro semua."

"Catty"

"Hani"

Emm.. aku juga nggak mau kalah.

"Suzy"

Semua memandangku. Ada yang aneh?

"Bae suzy, namanya cantik."

Mas hito memicingkan mata "siapa itu bae suzy? Pasti artis korea." Aku nyengir.

"Udah udah, aku udah ada nama kok." Mbak felic datang membawa nampan. Segera ku ambil toples berisi camilan, debat ini sungguh menguras tenaga.

"Emang namanya siapa dek? Kok mas nggak dikasih tau?"

Hahaha nyaho.

Tak awh! "Ish sakit mas. Itu pulpen juga ada fungsinya kali mas. Buat nulis. Bukan buat nyiksa pala yuki"

"Hanun aulia. Bagus kan?"

*

Acara tasyakuran terlaksana dengan lancar dan hidmat. Hanya mengundang tetangga terdekat dan beberapa kerabat dekat mbak felic mas hito dan mama. Kerabat mama dari solo juga datang, bahkan sampai acara selesai tante indah dan om sinyo -yang sempet kenalan sebentar denganku- masih berada di sini. Katanya menunggu anaknya datang.
Dari penampilan mereka dan tutur katanya, mereka -om dan tante- tipikal orang yang sopan, kalem dan penyayang. Seperti saat mereka akan minum, mereka mencari tempat duduk. Jarang sekali di jaman sekarang orang masih mematuhi adat kesopanan, yang ada haus tinggal minum entah duduk, berdiri atau pun jongkok.

"Nak yuki kerja di mana?"

Mama menyenggol lenganku.

"Oh maaf tante. Yuki kerja di kedai kopi tante."

"Tempatnya di mana nak?"

"Jakarta pusat om"

"Nak yuki udah punya pacar?"

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang