"Oi oni. Keluarlah. Ini darah kesukaanmu."
Sanemi mengarahkan tangannya yang terluka dilubang bekas tusukan sebelumnya. Darah itu menetes masuk melalui lubang tersebut. Nezuko menggeram di dalamnya.
"Shinazugawa-san."
"Sanemi." Panggil Kira dan Obanai bersamaan.
"Dia tidak akan keluar jika dibawah sinar matahari, loh." Ucap Kira. Manik merah darahnya yang masih menyala membuat Tanjirou ketakutan.
"Kau harus membawanya ke tempat yang gelap, Sanemi." Sambung Obanai.
"Maafkan saya Oyakata-sama."
Lalu, Sanemi melesat membawa kotak Nezuko masuk ke dalam kediaman Kagaya.
***
"Oi Oni. Keluarlah." Sanemi terus menusuk kotak Nezuko sebanyak tiga kali. Ia tetap mengarahkan tetesan darah diatas lubang bekas tusukan.
"Nezu-"
"Akkh." Belum sempat menyelesaikan perkataannya panggung Tanjirou ditekan oleh Obanai.
'Kuat sekali. Aku tidak bisa bernafas dibuatnya.' Batin Tanjirou merasakan dadanya yang sesak.
Tanjirou berusaha keras untuk mencari udara dan mengucapkan nama Nezuko barang sekali saja. Tapi Obanai tidak memberikannya ruang dan semakin kuat menekan punggung Tanjirou dengan sikunya.
"Iguro-san. Kau terlalu kuat menekannya. Dia jadi tidak bisa bergerak dan bernapas." Tegur Shinobu.
"Jika aku melonggarkannya. Anak ini pasti akan balik menyerangku."
"Kamado-kun." Manik merah gelap Tanjirou menatap Shinobu.
"Jika kamu memaksakan diri untuk bernapas disaat paru-parumu ditekan. Paru-paru bisa meledak, loh."
Tanjirou menatap horor. Ia memfokuskan diri pada Nezuko di dalam sana. 'Akh. Ne-zu-ko.'
"Keluarlah oni. Ini darah kesukaanmu." Sanemi disana masih berusaha memancing Nezuko untuk keluar dari kotaknya.
"Mrrrgghh." Nezuko terus berusaha menahan diri. Air liur menetes disela bambu yang digigitnya.
Klang.
Tak sabaran Sanemi membuka kotak yang memang tidak dikunci itu. Keluarlah gadis iblis berkimono merah muda dengan motif simetris dari dalam kotak. Gadis iblis itu tak lain dan tak bukan adalah Nezuko.
Tes. Tes. Tes.
Darah terus menetes dari tangan Sanemi yang sengaja dilukai sebelumnya. Nezuko menatap Sanemi dengan penuh nafsu. Nafsu yang ditahan setengah mati.
"Akh. Ne-zu-ko." Walau begitu Tanjirou tetap memanggil nama adiknya seolah panggilan itu adalah mantra agar Nezuko tidak menyerang Sanemi.
"Tanjirou kau tidak perlu khawatir. Jika yang kau katakan tadi adalah benar, Nezuko tidak akan mungkin menyerang Shinazugawa-san. Percayalah pada adikmu sendiri Tanjirou." Ucap Kira dengan santai.
"Lagi pula aku, Shinazugawa-san, Iguro-san, pilar yang lain, dan juga Oyakata-sama membutuhkan sebuah bukti. Karena aku sudah terseret dalam hal ini, aku sangat membutuhkan hal itu sekarang. Bukan sekedar diomongan saja."
"Satu lagi. Apa kau tahu Tanjirou? Aku menunggu momen ini dari awal. Karena menurutku hanya Shinazugawa-san saja yang berani melakukannya didepan Oyakata-sama langsung. Bukankah itu menarik?" Lanjut Kira dengan sedikit berbisik. Tanjirou maupun Obanai masih dapat mendengarnya.
Semua pasang mata masih fokus dengan Nezuko dan Sanemi. "Oi oni. Waktunya makan."
Tes. Tes. Tes.
Tap.
"Kau terlalu keras menekannya."
Tiba-tiba Giyuu datang dan mecengkram tangan Obanai tak kalah kuat dengan yang dilakukan Obanai pada Tanjirou. Hal itu membuat Tanjirou berlari ke depan sana. Tidak sampai naik karena dia terduduk sesudahnya. Tanjirou tak punya cukup tenaga setelah pertarungan di Gunung Natagumo.
"NEZUKO!!"
"Mrrhhhg." Nezuko menatap lekat darah yang menetes dari tangan Sanemi. Kemudian--
"Hmph." Memalingkan wajahnya.
Nezuko sama sekali tak menyentuh ataupun menyerang Sanemi. Mata hitam besar Sanemi pun membola karena reaksi Nezuko tersebut. Bukan hanya Sanemi tapi mata pilar yang lain juga ikut membola. Tanjirou yang terduduk dapat bernapas dengan lega.
"Hah. Padahal kupikir akan seru jika ada adegan dimana Nezuko menyerang Shinazugawa-san." Kira mendesah kecewa.
"Kalau kau ingin membunuh, lakukan di tempat lain." Giyuu mendudukkan diri di samping Kira. Ia berbicara seperti sudah tahu niatan Kira.
"Maksudnya Giyuu-san, aku ingin membunuh Shinazugawa-san atau membunuh Nezuko?"
"Keduanya."
"Ya ampun. Jangan bercanda Giyuu-san. Ini murni karena aku butuh bukti yang kuat untuk keputusanku." Kira menautkan kedua alisnya. Tak terima karena perkataan Giyuu.
"Terserahmu saja."
"Oh ayolah Giyuu-san. Ya ampun. Kalian terlalu tegang dengan semua ini." Kira memegang kepala dan menggeleng pelan.
"Kalian bertigalah yang membuat ini menjadi menegangkan." Ucap Giyuu pada akhirnya.
"Hah. Souda ne."
Tanjirou melihat interaksi kecil dua kakak seperguruannya itu. Hidungnya mencium aroma yang asing dari keduanya. Aroma perasaan yang terpendam. Tanjirou tidak tahu perasaan apa itu.
Lalu mata Kira berhenti menyala. Disaat Tanjirou sudah sembuh nanti ia pastikan akan menanyakan hal mengenai mata Kira. Mata yang penuh misteri itu membuat Tanjirou penasaran saat pertama kali melihatnya.
'Mereka berdua, terlihat cocok.'
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfic[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...