5. NAAS

44 9 2
                                    

Hmm, btw ini aku buatnya emang pakai sudut pandang orang pertama serba tahu ya Gaiss. Mungkin di cerita selanjutnya bisa pakai sudut pandang orang ketiga.
Silakan mau berimajinasi tentang siapa aja :v
Semoga aja kalian tetep suka 😁😉

Aku menatap cermin panjang portrait sehingga dapat memantulkan seluruh tampilanku dari ujung kepala hingga kaki. Dress batik selutut bercorak flora dengan warna dasar orange tampak pas menempel di kulitku yang berwarna kuning langsat. Rania menitipkannya pada bu Anita tadi malam saat aku sudah tidur. Ditambah lagi Sneakers berwarna putih lengkap dengan sling bag senada dan rambut ikal lurus sepunggung yang tergerai. Aku dapat melihat lengkung tipis di bibirku sekarang. Setelah semalam mengadu kepada sang pencipta alam. Hingga akhirnya Tuhan mengirimkan seseorang yang membuatku merasa lebih tenang.

Flash back on

Aku membuka mataku perlahan dan melirik jam dinding yang membentuk sudut 15 derajat diantara angka 1 dan 12. Aku terenyak, otot mataku serasa kaku digerakkan, kedua kelopak mataku sembab, bahkan kerongkonganku sakit walau tak pernah minum es sejak lama. Aku mencoba bangun dari posisiku. Tak kusangka, semalam aku tertidur di lantai bersandar pada kasur. Hand wrap ditanganku masih melilit walau tak lagi erat. Aku mencoba berdiri dan duduk di kasurku. Mataku mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kamar. Hingga akhirnya pandanganku terhenti pada sebuah gambaran tangan di sebuah kertas A3 yang telah robek menjadi beberapa bagian yang lebih kecil di lantai. Aku menatapnya tajam, jemariku mencengkeram erat spay kasur berwarna putih itu, aku menarik napas otomatis. Memejamkan mata sembari mempererat cengkeraman itu, menahannya beberapa detik hingga seluruh amarah menjadi lebih pudar. Kemudian menghembuskannya perlahan sembari membuka mata. Dan Istiqfar dalam lirih.

Aku melirik ponselku, dan meraihnya hingga kudapati 17 panggilan tak terjawab dan 6 sms dari Rania masuk. Lalu otomatis segera kusetel data ponselku hingga getaran berkali-kali terjadi bersamaan dengan banyaknya pesan yang masuk.

Drrrtttt, ddrrrttt....

Aku melemparkan ponsel itu asal kemudian beranjak menuju kamar mandi sekedar mencuci muka membasmi toxic malas dan letihnya wajahku. Kemudian aku kembali dan kuraih ponsel itu. Tercatat sebanyak 1284 pesan chat masuk, dan 19 panggilan tak terjawab. Aku memutar bola mataku malas. Hingga sesaat sebelum kuletakkan benda itu pada nakas, ponsel itu bergetar lagi dan sebuah pesan chat masuk.

Kak Yash

Dek? Pasti baru bangun, kan?
- 01.1

Tanyanya seolah dirinya paham betul kebiasaanku saat dirundung lelah.

Udah tahu nanya kenapa? 🙄 - 01.16

S

end. Dan notifikasi mengetik pun muncul. "Astagah, lama banget sih. Chat apaan coba. Panjang pasti," dumelku dalam hati. Dan akhirnya pesan itu terkirim.

Yaelah nih anak. Lo abis kena masalah apa lagi? Si Rania sampai telfon gue gara-gara telfonnya nya nggak Lo angkat berkali-kali. Lo nggak lagi nyoba bunuh diri kan, Ki???
-01.18

Sembarangan banget sih kalau ngomong -_-
-01.18

Gue telfon Nih, jangan balik tidur. Ntar gue ngomong sama nyamuk lagi.
-01.18

Kemudian sebuah panggilan video masuk, "Ah, nih orang beneran maksa banget sih!" Aku menyernitkan dahi sebal. Kemudian menaikkan lingkaran berwarna hijau itu keatas hingga wajah seseorang kudapati dari ponselku.

Cowok berambut cepak lurus rapi itu menampakkan simpul senyum di wajahnya, kemudian setengah terkekeh, "Woyy, kenapa Lo anak kecil?"

"Nggak Apa-apa," jawabku datar.

ELIXIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang