Cara mengecek kalender yang tergantung manis di ruang tengah. Hari ini hari Minggu, tentu saja tidak ada kuliah sehingga ia bisa bersantai seharian di rumah. Chanwoo sedang keluar sebentar, mengantar Mom dan Dad yang mulai hari ini menginapnya di hotel dekat apartemen kakaknya. Padahal awalnya orangtuanya hanya ingin datang ke resepsi anak teman mereka saja, tapi kenapa jadi betah tinggal di sini?
"Hem, minggu depan ada long weekend. Chanwoo mau nggak ya liburan?" gumam Cara, mulai mengecek harga hotel di berbagai daerah wisata di aplikasi ponsel.
Karena liburnya tiga hari, maka wajar kalau hotel-hotel menaikkan harga sewa mereka. Cara jadi sebal sendiri melihat hotel yang pernah ia tempati bersama keluarganya saat libur musim dingin tahun lalu harganya jadi dua kali lipat. "Gila aja, cari untung banget, sih," namanya juga orang berbisnis.
Cara yang merasa nggak menemukan solusi liburan untuk minggu depan pun memutuskan untuk meluapkan kekesalannya di dapur. Mumpung lagi ada bahannya, Cara mau buat potato swiss roll untuk makan siang. Semoga sih Mom dan Dad nggak mengajak suaminya buat makan di luar.
Nggak lama, Chanwoo pulang dengan sekantung apel di tangan. Cara yang baru saja memasukkan swiss roll ke dalam oven keluar dari dapur.
"Apel dari mana?" tanyanya.
"Tadi Mom minta singgah sebentar di supermarket karena mau beli sabun mandi, katanya nggak suka kalau pake yang dari hotel. Yaudah aku sekalian beli buah aja," jawab Chanwoo. Dia segera berbaring di sofa ruang tengah.
"Kirain diajak makan di luar."
"Nggaklah, gue tau kok lo kalo liburan gini pasti selalu masak di rumah," Chanwoo berujar dengan senyum kecil terpasang di bibir. Asli, ada kalanya Cara pengen memeluk suaminya erat-erat, dan hal yang seperti ini adalah salah satu penyebabnya. Chanwoo memang sering sekali membuat emosinya naik secara drastis, tapi cowok itu juga punya keahlian menerbangkan hatinya hingga ke langit ketujuh. Oke, Cara lebay kali ini.
Tangan Chanwoo menarik istrinya hingga Cara kini ikut berbaring di sofa. Sebelah tangan Chanwoo menjaga agar Cara tidak terjatuh dari sofa.
"Masakan lo—apapun itu—masih lama kan jadinya? Mending kita bermesraan dulu. Dari kemarin karena ada ortu lo gue jadi nggak enak kalo meluknya kelamaan," ucap Chanwoo.
Mendengar ucapan Chanwoo yang tumben-tumbennya sweet itu Cara jadi malu sendiri. Ia balas melingkarkan lengan di badan suaminya. "Padahal Mom sama Dad kayaknya nggak bakal marah kok kalo lo meluk-meluk gue," suara Cara teredam saking eratnya Chanwoo memeluk.
"Btw, Chan, minggu depan kan long weekend tuh, kita nggak mau liburan kemana gitu?" Mumpung lagi bareng Chanwoo, Cara nggak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengajak suami liburan.
"Liburan? Kemana? Gue aja baru tau ada tanggal merah minggu depan," maklum, akhir-akhir ini ia sibuk membantu Papa di kantor, sehingga tidak update dengan hal di sekitarnya. Padahal dulu semasa sekolah Chanwoo suka banget dengan tanggal merah, karena itu berarti ia bisa main game seharian di dalam kamar.
Dengan posisi seperti ini, Cara nggak bisa mengambil handphone yang tergeletak di meja kecil di depan sofa, sehingga ia bergerak untuk turun dari sofa. Tetapi Chanwoo lebih cepat. Ia memeluk Cara lebih erat lagi.
"Woi, udah dulu napa. Gue mau ambil hape doang kok ini," Cara memukul bahu suaminya.
"Nggak, nanti aja. Gue masih mau pelukan sama lo," tolak Chanwoo.
Sebenarnya Chanwoo tidak hanya sekedar memeluk Cara. Gimana mau tetap disebut pelukan kalau tangannya sudah mulai berkeliaran kemana-mana.
"Chanwoo, tangan!"
"Iya iya."
.
.
.
Sampai menjelang tidur pun Cara masih belum mendapat jawaban apakah minggu depan mereka akan liburan ke suatu tempat atau tidak. Sedikit banyak Cara kesal juga dengan sikap suaminya yang acuh tak acuh ini. Di group chat gengnya, semua cewek sudah punya tujuan tersendiri. Lisa yang kedatangan keluarganya dari Thailand malah sudah merencanakan akan bolos kuliah demi bisa mengikuti acara jalan-jalan keluarganya. Dasar.
"Chanwoo, ayo dong liburan," Cara menggoyang-goyangkan tubuh Chanwoo yang sudah terbaring sempurna di atas tempat tidur.
Chanwoo melirik malas ke arah Cara. "Masih lama kan? Nanti aja dipikirinnya, besok aku kerja nih, males banget," ujarnya.
"Nah, justru itu! Minggu depan pasti kamu bakal sibuk banget, kita jadi nggak bisa ngomongin liburan deh!" Cara ikut berbaring di samping Chanwoo dengan pipi menggembung. Ia berbaring miring sehingga bisa menatap Chanwoo yang malah melihat ke arah langit-langit kamar.
Bukan hanya Cara yang sejak siang memikirkan liburan, Chanwoo juga. Ia sedang menimbang-nimbang apakah ayahnya mau memberikan cuti sehingga ia dan Cara bisa menghabiskan waktu liburan lebih dari tiga hari. Chanwoo tahu ia memang karyawan baru yang kayaknya kurang ajar sekali meminta liburan tambahan, tapi ia kan anak si pemilik perusahaan?
Dasar nepotisme.
"Aku nggak janji bisa liburan, babe. Kamu tau kan kalo aku masih baru di perusahaan Papa, nggak bisa seenaknya minta cuti," kata Chanwoo.
"Nggak usah minta cuti, tiga hari kan cukup buat jalan-jalan. Ke Busan gitu misalnya, atau Jeju?" kalau sudah seperti ini, Chanwoo sudah mulai susah dibujuk.
Kayaknya Cara harus mengeluarkan senjata terakhirnya, deh. Semoga saja ampuh, karena kalau nggak bisa dipastikan ia akan malu seumur hidup.
Chanwoo masih menatap plafon kamar dengan otak yang sedang memperhitungkan kemungkinan ia bisa mengambil cuti tambahan ketika ia merasakan napas hangat Cara di sisi kanan wajahnya. Ia belum sempat menoleh saat Cara berbisik, "Nanti kalau kita jadi liburan aku bakal kasih kamu itu."
Itu? Itu apa?! Chanwoo nggak salah berpikir, kan?
"Itu?"
Cara tidak tahu apakah strateginya ini berhasil atau tidak, tapi dari reaksi Chanwoo yang langsung mendorong tubuh istrinya hingga kini ia berada diatas Cara dengan kedua lengan di sisi-sisi kepala Cara sebagai penopang, kayaknya berhasil.
"Kalau gue mintanya sekarang, gimana?" suara Chanwoo turun satu oktaf.
"Nggak bisa, kan belum liburan! Lagian besok juga lo berangkat kerja pagi-pagi," Cara memang iseng, meski mulutnya berkata demikian, namun jemarinya bergerak pelan menyusuri hidung mancung Chanwoo, turun ke bibir, leher, dan dada bidang suaminya.
Shit, Chanwoo really needs to persuade his father into giving him another day off.
.
.
.
Besoknya Chanwoo berangkat kerja dengan semangat. Sesampainya di kantor, ia segera menuju ruangan sang ayah.
"Tumben jam segini udah di kantor, biasanya telat dikit," Papa berkomentar saat anak semata wayangnya masuk dan menutup pintu.
Chanwoo mendekati meja Papa dengan semangat membara.
"Pa, Chanwoo mau cuti tambahan pas long weekend nanti!"
Papa mengernyitkan dahi. "Hah, buat apaan? Udah lama lho itu liburannya," tukasnya.
Heran, kali ini Chanwoo mau apa lagi? Awas kalau liburan untuk main game, kasihan Cara!
"Mau bikinin Papa sama Mama cucu, kok!" seolah Chanwoo bisa membaca pikiran ayahnya.
Papa terkesima. Kalau demi punya cucu sih jawabannya, "Oh, boleh deh kalo gitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
husband | jung chanwoo
RomancePunya suami kayak Chanwoo itu antara cobaan ataupun nikmat dari Tuhan. start : 190107 end : ?