💕 12. The Meaning of Happiness💕

1.2K 174 22
                                    

Bagi Chandra Pradipta kebahagiaan Prita Dominuque adalah prioritasnya. Entah apa yang merasuki Chandra, yang membuat lelaki itu menjadi pemuja Prita sejati sejak bertemu dengan gadis itu di depan gerbang rumahnya. Namun, Chandra benar-benar ingin melindungi gadis yang pernah ditemuinya dulu dalam keadaan berantakan sesudah dibully.

Malam ini setelah membeli cincin pernikahan, Chandra kembali lagi ke kantor. Tubuhnya begitu lelah, tetapi tugas pekerjaan membuatnya harus kembali ke kantor yang kini sudah tidak ada siapa-siapa di situ kecuali ... Honey.

"Honey, ngapain kamu di mejaku?" tanya Chandra dengan alis yang berkerut. Honey terlonjak saat suara Chandra tiba-tiba mendominasi ruangan yang sepi.

"Udah pulang kamu?" tanya Honey.

"He em ... Kan aku bilang bakal balik, ga percayaan banget sih!" Chandra melepas jaket dan menyampirkan di sembarang sandaran punggung kursi. Lelaki itu menarik kursi beroda dan mendekatkan pada kubikelnya. Mata Chandra memicing memeriksa apa yang dikerjakan Honey. "Heh?! Kamu lagi kerjakan pekerjaanku, Hon?"

"Habisnya aku liat kerjaanmu masih numpuk gini ...." Mata Honey tak berpindah dari layar laptop dan jarinya masih menari di atas tuts keyboard untuk menginput data.

"Hon, kok bisa ya, kamu baikkkkk banget jadi sahabat!" puji Chandra bersemangat. Kantuknya tiba-tiba hilang karena merasa ada yang membantunya.

Honey kali ini tergelitik dengan ucapan Chandra. Gadis itu menoleh, menatap tajam pada bola mata yang bersinar ditempa cahaya lampu.

Sahabat? Kalau boleh, aku ingin kamu menganggapku lebih dari sekedar sahabat.

Honey mendesah kuat. Teringat alasan Chandra yang pergi meninggalkan pekerjaannya, yang menggelitik rasa penasaran Honey. Hati-hati Honey merangkai kalimat agar tidak terdengar menginterograsinya.

"Ehm, tadi kamu katanya pergi cari cincin nikah? Kok ga pernah tahu sih kamu gandeng cewek? Tiba-tiba mau nikah aja ...."

Chandra sepertinya tak sadar sedang dikorek informasinya. Matanya masih menjelajah angka-angka yang harus di input. "Iya, hamil duluan."

"APPPAAA??" Kali ini benar-benar Honey melepas apa yang dikerjakannya. Dia menggeserkan badannya sehingga kini menghadap Chandra yang sedang memanyun-manyunkan bibirnya berpikir dengan rangkaian data di atas lembaran kertas itu.

"Ya ampun Chand, kamu gila ya?!" imbuh Honey.

"Kamu pikir seperti itu?" Chandra melirik Honey yang kini menatapnya dengan pandangan memicing.

"Mana aku tahu?!" kesal Honey dibuat penasaran oleh lelaki yang sudah menjadi temannya sejak semester satu kuliah.

"Itu alasan kami agar menikah. Padahal menjamahnya saja aku belum pernah." Rahang Honey seolah tertarik dengan gravitasi bumi membuat mulutnya menganga dengan sangat lebar.

"Biasa aja kali Hon!" kata Chandra saat melihat reaksi Honey yang dianggap Chandra berlebihan.

"Biasa, biasa! Gendeng (Gila)! Wong lanang sedheng (Laki-laki gila)!! Bisa-bisanya kamu membohongi orangtua kalian!" Entah kenapa Honey kini yang naik pitam, seolah yang melakukan itu adalah anak lelakinya kelak.

"Hon, santai kenapa? Aku udah pusing, jangan kamu bikin tambah pusing." Ucapan Chandra semakin membuat Honey terperangah.

"Pusing? Mananya bagian yang pusing. Muka santai kaya gitu. Ya elah Chand, parah ya, demi nikahin gadis itu kamu rela bohongin orang tua kamu." Honey masih saja mencerocos tak jelas, membuat Chandra merasa harus menyudahinya.

Lelaki itu meletakkan berkas-berkas itu dengan kasar di permukaan meja, membuat Honey terlonjak. Wajahnya yang sedari tadi menunduk menatap berkas itu, kini mendongak dan menatap Honey dengan nyalang.

Tangled (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang