Chapter II

35.8K 1.4K 73
                                    

Selamat Membaca!

__

Althar : The Rubic

Chapter II

Resta berjalan mondar-mandir di depan kedua sahabatnya, mengigit kuku jari telunjuk menyalurkan rasa tak menyenangkan yang sedari tadi muncul di hatinya. Bel istirahat kedua sudah berbunyi 10 menit yang lalu dan ia masih di sini- di kelasnya. Laki-laki itu, Althar adalah murid kelas X MIPA 1- kelas elite yang jelas tak selevel dengan kelas antah berantah yang sayangnya adalah kelasnya, X MIPA 5. Kelasnya adalah urutan kelas MIPA terakhir.

"Mending lo makan, Res." ucap Danita yang sedari tadi mengamati Resta yang berujung ia lapar sendiri.

"Langsung datengin kelasnya aja, tanya gimana. Gue temenin deh." Tasya memberi masukan, namun Resta menggeleng.

"Big no, Tasya! Gak bisa, kamu gak lihat pandangan mereka ke kelas kita?"

Danita mengangkat tangan kanannya setuju, "bener! Kita bisa aja dimalu-maluin di sana."

Benar-benar tak habis pikir dengan arah pikiran kedua sahabatnya, Tasya menghela napas. "Anak-anak MIPA 1 pada sibuk olimpiade tau, gak? Kurang kerjaan juga ngurusin hidup orang. Yang ada kalo lo gak ke sana si Anak Pemilik Yayasan yang makin jengkel."

"Lagian salah sendiri ngeselin, kalo gak ngeselin gak mungkin aku tampar." cibir Resta memajukan bibirnya seperti seekor bebek yang membuat Tasya ingin sekali menariknya.

"Yah, akibat ditanggung pelaku." balas Tasya mengedikkan kedua bahunya tidak ikut campur. Lagi pula memang gadis itu yang cari masalah dengan merebut buku orang- lalu melakukan kekerasan pula. Bukannya jahat, Resta harus tahu semua perbuatnya harus dipertanggungjawabkan. Tasya juga yakin laki-laki itu tak mungkin memberikan balasan yang di luar batas.

Suasana kelas yang tadinya sepi mendadak penuh dengan suara membuat ketiganya mendongak memusatkan perhatian pada sang penyebab- yang kini berdiri di depan pintu kelas dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Rambut hitam legam dan tubuh jangkung hampir setinggi pintu, tidak lain si pembuat kehebohan adalah Althar.

Ketua kelas X MIPA 5, Aldo Bareto berjalan ke arah mereka bertiga setelah berbicara dengan Althar. Resta menatap kedua sahabatnya yang dibalas dengan tawa Tasya yang terpingkal-pingkal.

"Baru pertama kali gue lihat pangeran sekalian cahaya ilahinya." ujar Danita menatap Althar dengan cahaya yang memantul dari lapangan utama sampai memiringkan kepala.

"Sya, tolongin." Resta menatap sahabatnya yang dari sekecil malika- kedelai hitam sampai puluhan kali lipatnya, berharap persahabatan mereka selama ini membuat Tasya mau bersusah-susah pula bersamanya.

Namun memang pada dasarnya Tasya yang cuma mau enaknya, ia menggeleng. "Gak bisa, Resta. Masalah gue tuh, udah banyak. Dia juga bukan lawan yang sepadan buat gue. Tetap semangat, oke? Inget, gue sayang sama lo."

"Demi apa punya temen kaya gini."

"Res, dipanggil Althar." ucap Aldo yang berhasil membuat Resta menggeleng cepat.

Resta tahu ini salah, tapi tetap saja ia belum siap dengan ini semua. Ia tidak bisa! Orang-orang tak boleh memaksanya!

"Buruan temuin, lo gak mau, 'kan, kelas kita AC-nya dimatiin setahun? Mau lo? Gue sih enggak." kata Aldo sudah seperti ibu-ibu kompor dengan ekspresi wajah menyebalkan yang membuat Resta ingin memukulnya saja.

"Udah sana, Althar baik kok."

***

"Ada apa, ya?" tanya Resta dengan wajah sok polos bak orang yang baru saja dipukul kepalanya sehingga hilang ingatan.

Althar : The RubicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang