#7

1.8K 81 3
                                    

Punggungnya menabrak dinding kamar itu. Segera ia menghela nafasnya dengan sedikit lega, dan mengusap-usap dadanya. Lalu, ia kembali menatap ke arah luar jendela. Tapi ia kembali terkejut, saat melihat bentuk hantu dalam sinar bulan, yang perlahan-lahan menjadi nyata itu, adalah seorang pria, yang sedang berdiri di dekat jendela, dan membelakanginya. Dengan sedikit takut dan juga ragu, Anna pun mencoba berjalan menuju jendela kamarnya, dan melihat pria itu, dari arah yang lebih dekat.

"G-Gabriel?" ucapnya, dengan sedikit gugup.

Segera pria itu membalikkan tubuhnya, dan menghadap Anna. Dan rupanya benar, pria itu memanglah Gabriel. Melihat wajahnya Gabriel, membuat Anna langsung menyunggingkan senyuman.

"Ah, akhirnya kau datang juga" ucap Anna, yang terlihat senang sekali.

"Kau mencariku? Ada apa?" tanya Gabriel, yang berada di luar jendela.

"Ada yang ingin kubicarakan padamu" jawab Anna, dengan raut wajahnya, yang langsung berubah dalam seketika.

"Bicarakan? Apa?" tanya Gabriel lagi, dengan dahinya yang mengerut.

Dengan berat, Anna menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya, "Aku sangat merindukan kakakku, tapi Count sudah mengancam diriku. Katanya, jika aku melarikan diri dari sini, maka ia akan membunuh, orang yang paling kusayangi, yaitu Axell" jawabnya, yang kemudian mengangkat kepalanya, dan menatap Gabriel, "Sekarang, aku baru menyadari, kalau semua perkataanmu, memanglah benar. Jika aku tak mengkuti kemauanku, maka saat ini, aku masih bisa menikmati hidupku, sebagai seorang manusia" sambungnya, dengan raut wajah, yang terlihat begitu menyesal.

Namun Gabriel malah mendengus, dan memutar bola matanya, "Makanya, jangan selalu mengikuti kemauanmu. Dulu, aku kan sudah pernah memperingatimu, di dalam mimpimu, untuk tidak datang ke puri milik Count Dracula ini, agar kau tetap aman, dan tetap bisa menjalani hari-harimu, sebagai seorang manusia, tapi kau malah keras kepala" cibirnya, dengan kedua tangannya, yang ia lipat di dadanya.

Anna pun langsung terdiam, dan menudukkan kepalanya. Ia merasa, apa yang baru saja Gabriel katakan, memanglah benar. Bahkan, sepenuhnya benar.

"Lalu apa mau mu sekarang? Kau ingin melarikan diri, dari puri ini?" tanya Gabriel, sehingga membuat Anna, langsung mengangkat kepalanya.

Tapi Anna malah menggelengkan kepalanya, dan menghela nafasnya lagi, "Entahlah, saat ini aku benar-benar bingung. Jika aku pergi dari sini, maka Count akan membunuh kakakku. Dan jika aku meminta izin pada Count, untuk mengunjungi kakakku dulu, maka sudah pasti, ia tak akan mengizinkannya" jawabnya.

Mendengar apa yang baru saja Anna katakan, membuat Gabriel menggangguk setuju. Karena ia tahu benar, bagaimana Count.

"Kalau begitu, malam ini juga, aku akan pergi ke negerimu, untuk mengunjungi kakakmu, dan melihat bagaimana keadaannya" ujar Gabriel, sehingga membuat Anna langsung menatapnya.

"Benarkah?" tanya Anna, dan Gabriel langsung menjawabnya, dengan anggukkan, "Ah, terima kasih banyak Gabriel, kau benar-benar mengerti diriku" ucap Anna, yang kemudian langsung menarik tangannya Gabriel, dan menggenggamnya.

Namun Gabriel hanya terdiam, sambil menatap Anna dengan bingung. Tapi tiba-tiba, terdengar suara pintu di bawah, yang dibanting dengan keras, sehingga membuat mereka berdua begitu terkejut.

"Sepertinya Count telah kembali, dan aku harus segera pergi dari sini" ujar Gabriel, sambil menarik tangannya, yang sedang digenggam oleh Anna. Lalu ia segera menghilang begitu saja, seperti ditelan oleh cahaya bulan.

Dan kini, tinggal lah Anna seorang diri, bersama dengan Count.






**********************





Jerman,

Kini waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam, tapi saat ini Axell masih terjaga, dan sedang merenung di dalam kamarnya, dan tidak biasanya ia seperti itu. Karena biasanya, Axell selalu tidur di bawah jam 12. Tapi semenjak kepergiannya Anna, ia selalu tidur pada larut malam, dan tentu saja itu membuat waktu tidurnya jadi berkurang, karena ia harus bangun pada pagi hari, untuk hunting foto. Sehingga membuat kedua matanya, jadi terdapat lingkaran hitam, seperti panda. Bahkan, moodnya juga jadi gampang rusak, hanya karena hal sepele saja. Dan bukan hanya itu saja, kini ia jadi gampang cemas, dan juga depresi.

"Anna, aku harus mencarimu kemana? Aku sangat merindukanmu. Hari Minggu nanti, ayah dan ibu akan datang ke sini, untuk mengunjungi kita, dan sekarang sudah hari Jum'at, maka itu artinya, aku harus segera membawamu pulang. Tapi bagaimana caranya? Sedangkan, aku sendiri tak tahu, di mana keberadaanmu" batinnya, sambil memegangi kepalanya.

Namun tanpa ia sadari, di luar jendela kamarnya, ada seorang pria yang sedang memperhatikannya, dan itu adalah Gabriel.

Sedari tadi, makhluk kegelapan itu sedang memperhatikan Axell, dan sesekali ia menghela nafasnya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kasihan sekali Axell, jika Anna benar-benar tak kembali ke sini, maka ia akan gila, atau lebih parahnya ia akan mati, dengan kondisi tubuhnya, yang semakin lama, semakin memburuk" batinnya, sambil menghela nafasnya lagi dengan kasar.

"Anna, aku sangat merindukanmu. Kembalilah, kumohon. . ." ucap Axell, dengan air mata, yang mulai membasahi pipinya.

Ya, kepergiannya Anna memang membuat Axell, merasa begitu terpukul. Karena ia sangat menyayangi, adik semata wayangnya itu. Dan selama beberapa tahun ini, Axell lah yang selalu menjaga, dan merawat Anna. Sejak kecil, mereka selalu bersama, dan tak pernah terpisahkan. Bahkan, saat kedua orangtua mereka hendak pergi, keluar negeri karena perkerjaannya, dan ingin membawa Anna, Axell malah tidak mengizinkannya. Ia meminta pada kedua orangtuanya, untuk membiarkan Anna tinggal di sini bersama dengannya, bahkan ia juga berjanji, akan menjaga dan merawat adiknya itu, dengan sangat baik. Dan maka dari itu, kedua orang tuanya mengizinkannya. Tapi kini, Anna malah menghilang. Dan hal itu, membuat Axell jadi terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri, meskipun itu bukanlah salahnya, melainkan salahnya Anna, yang sudah terlalu nekad, dan mengikuti kemauannya.













To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang