36. 2. Gak Pacaran.

4.5K 402 12
                                    

Selamat membaca.
Jangan lupa vomentnya.


"Kalo makan berdua rasanya kenyang banget padahal makannya cuma dikit. Mungkin karena aku makannya sama wanita tercantik yang namanya sudah lama terpatri dihatiku kali, ya? Apalagi disuapin, satu sendok aja kenyangnya sampe setahun."

"Nih, minum dulu." Letta tidak menanggapi gombalan Fian yang semakin menjadi, ia malah mememberikan Fian air minum yang sudah ia minun setengah untuk menghabisinya.

Setelah makanan dan minumannya habis, Fian membereskan kotak bekal dan tempat air minum Letta untuk dimasukkan ke dalam tas Letta.

"Yuk," ajak Fian tanpa memberitahu tujuannya. Ia menarik lembut tangan Letta agar mengikutinya tanpa memedulikan protes gadis itu.

Letta protes karena bel masuk akan segera bunyi.

"Semua guru bakal rapat, jadi tenang aja kalo kita lambat masuk kelas," jelas Fian.

Akhirnya Letta pasrah dan mengikuti langkah Fian yang membawanya entah ke mana.

UKS.

Fian membawa Letta ke UKS. Ia memandang Fian bingung. Kenapa ia membawanya ke UKS. Apakah cowok itu sedang sakit?

Ia menghadap Fian dan menangkup wajahnya.

"Kamu sakit? Yang mana yang sakit?" tanya Letta khawatir. Ia menempelkan punggung tangannya di kening Fian dan lehernya.

Fian tertawa kecil dan mengacak pelan rambut Letta.

"Enggak, Sayang, cuma pusing doang," jawab Fian sambil tersenyum lebar. Ia sangat menyukai jika Letta khawatir padanya.

"Sekarang temenin aku tidur, ya?" pinta Fian penuh harap.

Tentu saja Letta mengiyakan permintaan Fian. Ia membantu Fian melepaskan sepatunya saat cowok itu ingin baring di kasur UKS.

"Ta, pijitin dong," pinta Fian sambil menarik tangan Letta agar memijat pelipisnya.

Letta memijit pelipis Fian membuat cowok itu memejamkan matanya. Fian menikmati pijitan Letta yang membuat pusingnya sedikit mereda.

"Mau minim obat gak?" tanyanya.

Fian membuka matanya dan menatap Letta.

"Gak usah, paling kalo tidur sebentar udah gak pusing lagi," ucap Fian.

Fian mengambil tangan Letta yang masih memijat pelipisnya mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping. Ia mengecup tangan Letta lalu menggenggamnya.

"Ta, mau dengar cerita aku lagi gak?"

Tanpa berpikir panjang lagi, Letta mengiyakan ucapan Fian. Entah kenyataan apa lagi yang akan Fian ceritakan.

"Kamu tau gak kalo Arkan itu benci sama aku?"

Letta menggeleng pelan. Satu kenyataan yang baru saja ia tahu —bahwa Arkan membenci Fian. Entah  apa yang terjadi dengan Fian dan Arkan sebelum mereka bertemu.

"Cuma kesalahpahaman. Sebenarnya Arkan itu sepupuku---"

"Serius? Kok, kamu gak ngasih tau, sih?" sela Letta cepat.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang