7*

1K 106 3
                                    




































Sudah 9 bulan usia kandungan gue, sudah 9 bulan juga gue di sini, di negeri orang. Jujur, terkadang gue kangen sama mas wooyoung tapi, ntah apa yg gue kangenin gue juga bingung pemirsa.

"Nona? Anda tidak apa-apa? Apa ada sesuatu?"

"Nona kenapa? Dari tadi saya panggil kenapa diam saja? Semua baik-baik saja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Nona kenapa? Dari tadi saya panggil kenapa diam saja? Semua baik-baik saja?"

"Nona kenapa? Dari tadi saya panggil kenapa diam saja? Semua baik-baik saja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Gue pengen peluk guanlin kuat-kuat rasanya. Makasi banget nyariin gue bodyguard ganteng dan babysitter cantik bingit kayak gini.

"Ehehe, saya gapapa. Saya lagi terpesona aja sama kalian. Ko bisa sih pada cakep-cakep gini?" Tanya gue sambil tersenyum jahil ke mereka berdua. Yg di jahili membuang muka, oh astaga mereka ini sudah dewasa tetapi di gombali ibu hamil masih malu-malu? Lucu sekali melihatnya.

Saat ini kami bertiga sedang belanja bulanan. Rasanya seperti keluarga saja. Gue senagai anak pertama yg selalu gemas dengan pertengkaran kecil adik-adik gue.

"Mending yg ini a' buat si teteh."
"Ngga dek, yg ini lebih bagus tau buat bayi."
"Sok tau ih, emang aa' udah pernah punya bayi?"
"Ya ntar kalau si teteh lahiran ya punya dong, kan kamu juga."
"Ngga boleh, ntar aa' ga boleh pegang-pegang dede bayi nya."
"Hih, ko kamu yg galak. Kalau si teteh bolehin gimana?"
"Ga boleh pokoknya."

Ya kurang lebih seperti itu lah percakapan mereka di depan rak seafood sana. Gue cuma geleng-geleng kepala ngeliatnya. Saat ini gue lagi di depan rak susu bubuk. Gue bimbang, mending beli yg full cream atau low fat ya?

"Yang ini aja. Aku ga suka full cream, bikin eneg."

Suaranya dekat sekali, bisa gue rasain di belakang gue ada orang. Dia menopang dagunya di bahu kanan gue. Kami tidak bergerak, tidak berbicara. Diam dengan posisi ini selama 4 menit. Setelahnya bisa gue rasain dia memberanikan diri untuk melingkarkan tangannya di perut gue sambil mengelusnya.

"Halo jagoan, bentar lagi kita ketemu." Gue ngga sanggup. Gue nangis disini. Gue juga ngga tau kenapa gue nangis, pengen aja gitu.

"Excuse me, sir, please keep your distance from our lady." Suara tegas itu menyadarkan kami berdua. Gue merasakan tangan gue di tarik secara lembut oleh somi. "Nona gapapa? Ada yg luka? Dia ada nyakitin nona?" Gue ngga jawab, gue cuma nangis. Bisa gue lihat dari sini, lelaki itu berusaha mendekat ke gue namun di tahan oleh jungkook. "Somi, bawa mobil antar nona pulang. Belanjaannya nanti aku yg urus." Setelahnya gue pergi, gue masih memandangi dia. Dia nangis memohon agar gue ngga pergi. Dia kurus, apakah hidupnya menyedihkan sekarang?



Selama perjalanan pulang, somi berusaha ngajak gue ngomong. Tapi, gue g tertarik dengan segala topiknya. Gue ngga tau, kejadian tadi terulang terus di otak gue.

"Nona, ayo makan dulu. Setelah itu kita istirahat. Besok nona ada jadwal jumpa dokter." Hening, gue ngga berniat mengeluarkan suara. Gue membalas perkataan somi hanya dengan pergerakan badan.

Terdengar suara pintu utama di buka, gue langsung melihat siapa gerangan yg datang. Disana ada jungkook, pulang dengan banyak tas belanjaan di tangannya dan jangan lupakan senyum manis nya itu setiap melihat ku.

"Nona, lihat apa yg saya beli tadi."

Aku tertawa keras sekali, anak ini ada saja tingkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Aku tertawa keras sekali, anak ini ada saja tingkahnya. "Kamu pakai itu di sepanjang jalan?" Yg ditanya hanya nyengir, aku semakin gemas di buatnya. Aku berdiri ingin mengahmpiri jungkook, ingin mencubit pipinya. Belum sampai langkahku mendekatinya, aku lemas, oh astaga ketuban ku pecah.






















"Nona masih kuat? Tolong tetap membuka mata ya nona." Somi berulang kali mengingatkan gue agar tetap kuat. Bukannya apa, bayi dalam perut gue ini ada 2. Somi takut gue ngga sanggup melahirkan dengan normal. "Saya kuat somi, saya masih bisa normal." Terlihat mata somi sudah hampir menangis. Gue tertawa melihatnya. "Nona jangan memaksakan, tolong di pikirkan lagi."

Ini sudah bukaan terakhir. Posisi anak gue juga memungkinkan untuk normal. Tapi, kenapa dia belum datang juga?










"Maaf, aku belum terlambatkan?"
























TBC

Husband • 𝗝𝘂𝗻𝗴 𝗪𝗼𝗼𝘆𝗼𝘂𝗻𝗴 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang