2. Penjelasan

6 1 0
                                    

Empat pilar berwarna putih menjulang tinggi di setiap ujung ruangan itu, menopang sesuatu yang memisahkan udara luar dengan ketegangan yang ada dalamnya. Tidak banyak yang bisa dideksripsikan, hanya tiga orang mengenakan jubah berwarna pucat dengan aksen emas sedang berdiri di suatu tempat yang tampaknya lebih tinggi dari tempat lainnya. Ditambah beberapa pria bertubuh besar yang sedang menggenggam pangkal pedangnya, dengan tatapan dingin seolah tak memiliki jiwa, serta seorang gadis yang sedang dirantai kedua tangannya di tengah ruangan. 

Seorang wanita berjalan menghampiri gadis di tengah ruangan itu, mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk ke lantai, lalu menyiramkan air yang berada dalam sebuah nampan dengan keras. 

"Haahh, uhuk.." Seolah sudah mendapatkan kembali oksigen yang berfungsi untuk menjaga tubuhnya tetap hidup, gadis itu perlahan membuka matanya. Manik mata berwarna violet tampak terpantul dari bayangan yang dihasilkan oleh genangan air di bawahnya. Rhea menatap manik mata itu sambil mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya secara penuh. 

Keningnya berkerut ketika melihat pantulan di depan wajahnya itu. Ada mata yang sedang melihat ke arahnya, warna mata yang sama dengan miliknya. Rhea baru saja akan mempercayai bahwa apa yang dilihatnya saat ini adalah pantulan dari dirinya sendiri, namun hal itu sirna ketika ia kembali memperhatikan pantulan itu dengan seksama. 

Warna mata itu tetap sama dengan miliknya, hanya saja tidak dengan wajah yang saat ini sedang ia lihat. 

Mungkinkah jatuh dari ketinggian bisa membuat wajah kita berubah total? Bahkan menjadi lebih cantik? Kalau begitu operasi plastik menjadi tidak berguna sama sekali. Rhea tertawa sarkastik sambil melihat ke arah pantulan bayangan itu. Sepertinya dia sudah gila sekarang. 

"Rhea Deiana," sebuah suara memecahkan pikirannya yang sedang kacau saat ini. Rhea mengangkat kepalanya dan mencoba mencari siapa yang barusan mengucapkan namanya dengan lantang. 

Tapi, wajah yang sudah tak asing lagi bagi Rhea kini justru menarik seluruh perhatian yang dimiliki oleh gadis itu. Wajah yang sebelumnya banyak mengisi hari-harinya yang berat. Wajah yang sebelumnya banyak mengukir senyuman pada diri Rhea. Wajah yang sebelumnya berniat untuk membunuhnya dengan menariknya terjun dari ketinggian. Wajah yang sebelumnya sudah dua kali menghunuskan pedang ke arah lehernya.

Rhea menatap wajah itu dengan berbagai emosi. Antara senang, sedih, bingung, dan marah. Tapi ia yakin, emosi yang paling dominan saat ini adalah yang paling akhir. Rhea menatap wajah itu dengan tajam, namun hanya dibalas dengan pandangan dingin seolah tak peduli.

"Rhea Deiana, kau bersalah atas percobaan pembunuhan tuan Devyrillus Colson malam tadi, dan berusaha untuk melarikan diri. Apa kau mengakui perbuatanmu?" suara itu kembali mengambil perhatian Rhea. 

Apa tadi dia bilang? Dev siapa? Siapa yang mencoba membunuh siapa?! Bola mata Rhea membulat sempurna setelah mendengar kalimat omong kosong barusan. Rhea mengangkat tubuhnya dan maju untuk setidaknya berusaha melingkarkan tangannya pada leher pemilik wajah yang ia lihat saat ini. Namun tubuhnya langsung terhempas ke belakang, dan akhirnya ia menyadari bahwa kini kedua tangannya di rantai ke dua sisi yang berlawanan. Dengusan keluar dari mulut gadis itu.

"Aku tidak tau Dev mana yang kalian bicarakan," Rhea kembali bangkit, kemudian melanjutkan, "tapi setidaknya biarkan aku mencekik leher pria mengerikan itu!" Rhea kembali maju ke depan dengan kecepatan penuh serta sisa tenaga yang masih ada padanya.

Namun, dari sudut yang berlainan, dengan kecepatan yang jauh melebihi Rhea, wanita pemegang nampan tadi bergerak maju. Lalu tanpa basa basi segera menerjang Rhea dan berusaha untuk menghentikannya dengan cara mencekik leher Rhea.

Akan tetapi, yang terjadi selanjutnya bukanlah penyerahan diri Rhea pada wanita itu, namun keduanya justru terpental ke dua arah yang berlainan. Cukup keras hingga menghasilkan dentuman yang menggema di seluruh ruangan dan membuat Rhea kembali tak sadarkan diri. 

The Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang