move

40 6 0
                                    

Perpindahan itu benar benar terjadi sebenarnya ia sedikit nyaman dirumah itu. Ada Bi Imah yang selalu ramah terhadapnya serta Papa dan Zaya yang selalu baik kepada Rana dan ada mama yang selalu memarahinya tapi seiring berjalannya waktu ia mulai terbiasa akan semua itu.

"Kenapa pindahan secepat ini"kata mama."mama sama papa baru aja pulang apa Rana yang maksa untuk kalian pindahan gak betah dirumah ini?" Lanjutnya sambil mengarah kepadaku.

"Bukan dia ma, memang Dimas yang mau pindahan."

"Yah tapi kenapa tiba-tiba gini sih."

"Gak tiba-tiba kan uda sebulan kita disini."

"Yaudah mah mereka itu mau mandiri."lerai papa yang sedari tadi jengah melihat istrinya yang keras kepala.

"Mau romantisan mah."timpal Zaya sembarangan.

"Sudah siap semuanya."tanyanya kepada Rana.

"Iya."

"Kita pergi dula ya."ucapnya"nanti kapan- kapan main kesini kko."

"Kalian yang akur ya, papa gak mau dengar yang macem-macem tentang kalian berdua."kata papa serius.

"Mbak Rana sering-sering main ya."ucapnya sembari memeluk Rana erat"Nanti kapan-kapan Zaya juga main kesana deh,oke."

"Iya Zaya."ucapku bales memeluknya erat.

Tittttttt............

"Cepetan naik."

"Mah pah, Rana pergi dulu Assalanualaikum."Rana menyalami mereka berdua.

"Waalaikumsalam." jawab mereka serentak.

-------
Didalam mobil hanya keheningan yang terdengar dan lalu larang kendaraan diluar sana. Entah AC mobil ini yang dingin atau udaranya tapi disini sangat dingin padahal ia memakai gamis panjang.

"Boleh aku matiin AC nya."

"Terserah."singkatnya.

Ternyata perjalanannya cukup lama tetapi berada disampingnya selama ini membuatnya tidak nyaman.

30 menit berlalu.....

Mobil ini berhenti didepan rumah yang sangat besar menurutnya. Rana langsung saja menyusul pria itu yang duluan turun.

"Bisa cepat gak." tiba tiba dia berhenti

Bruk....

"Aw...."

Hening......

Rana tidak tau kalau pria itu berhenti didepannya dan akhirnya ia menabrak punggu pria itu.

"Kalau jalan pake kaki dan mata kamu."

"Ma...af."

Dia kembali berjalan menelusuri rumah ini. Rana sempat terkejut rumah ini terlalu besar untuk mereka berdua, mempunyai dua lantai serta 2 kamar. Asik dengan dunianya sendiri
Tanpa sadar dia berhenti tetap didepan ku, untungnya kali ini Rana tidak menabrak punggung nya.

"Kamarmu yang itu saya yang ini"setelah itu dia masuk kekamarnya meninggalkan Rana yang mematung. Pria itu memang dingin dan jarang bicara pada Rana tapi kali ini kenapa sangat berdeda.

Rana melangkahkan kakinya disebuah kamar yang akan ia tempati selama bersama pria itu, karena jujur saja ia sendiri tidak tau sampai kapan ia akan bersama pria itu.

Nuansa kamar ini sangat tenang. Dengan nuasa biru laut yang mendominasi kamar ini terlihat tenang.

Rana membuka hijabnya dan merapikan rambut sebahunya itu. Ia berniat shalat dulu lalu itu kebawah.

Terjebaknya Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang