..
.
Sehari setelah wisuda, Winwin tiduran santai di kasur kos nya. Kamar kos nya kini terlihat luas karena semua barangnya sudah dibawa pulang diangkut oleh mobil orangtuanya kemarin setelah acara wisuda. Dirinya tidak ikut pulang kemarin karena hari ini ia masih pergi kekampus untuk melegalisir ijazah. Sore tadi, ia juga menyempatkan untuk mentraktir semua teman kosnya sebagai tanda perpisahan.
Jadi sekarang, urusan Winwin sudah selesai dan ia bisa pulang dengan tenang besok. Bahkan ibunya sudah memamitkan dirinya pada ibu pemilik kos-kosan bahwasanya ia akan pulang dan tidak akan ngekos lagi.
Winwin mendadak merasa sedih ketika sadar ia akan segera berpisah dengan kamar yang ia huni selama empat tahun ini. Kamar yang tidak terlalu luas itu telah menjadi saksi bisu bagaimana ia menjalani roller coaster kehidupan perkuliahan di kota dingin yang terkenal dengan buah apelnya, Malang.
Sebenarnya, Kota Malang tidak sedingin itu kalau boleh jujur. Mungkin karena sebenarnya yang dingin itu adalah daerah Kota Batu dan area Kabupaten Malang dan bukan area Kota Malang. Atau mungkin, hanya kasur kos Winwin yang tidak pernah membiarkan ia kedinginan satu kali pun.
Winwin masih bermelankolis ria ketika ponselnya berbunyi tanda ada telepon masuk.
Dari Jaehyun, teman dekatnya yang juga baru diwisuda kemarin.
“Neng ndi?” Jaehyun bertanya dari seberang sana. (dimana?)
“Kos, opo’o?” (kos, kenapa?)
“Mantap.. Ayo melu aku nang suroboyo, nang pelabuhan.” (ayo ikut aku ke surabaya, ke pelabuhan)
“Heh??” Winwin mengerutkan dahinya heran. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 5 sore lebih sedikit. “Arep lapo? Wes jam yahmene loh.” (mau ngapain? udah jam segini loh)
“Nyusol bulek ku, westalah ayok, tak bayari tenang ae.” (nyusul bibiku, udah ayok, aku yg bayar tenang aja)
“Numpak opo, bro? Adoh masalahe.” (naik apa, bro? jauh masalahnya)
“Numpak bis, engkok mulihe numpak travel, gampang lah, pokok e ndang siap-siapo, aku mariki otw kosmu.” (naik bis, nanti pulangnya naik travel, pokoknya cepet kamu siap-siap, aku habis ini otw kos kamu)
“Iyo..”
Meski masih tidak paham dengan rencana Jaehyun, Winwin menurut juga untuk bersiap-siap. Ia mandi dengan cepat dan memakai pakaian seadanya karena baju-bajunya sudah ia bawa pulang semua.
Tak lama kemudian Jaehyun datang.
“Bulek paklik ku arep muleh nang Lembata tapi kapal e sek engko bengi jam siji dadi sak iki sek neng omahe dulurku seng neng suroboyo terus aku kon nyusol mrono,” Jaehyun menjelaskan. (paman bibiku mau pulang ke lembata tapi kapal nya masih nanti malam jam satu jadi sekarang masih di rumahnya keluargaku yg di Surabaya, aku disuruh nyusul kesana)
Bulek yang dia maksud adalah adik perempuan dari ayahnya yang kemarin mewakili orangtua Jaehyun yang berhalangan hadir saat wisuda. Jaehyun sekeluarga memang berasal dari Lembata, sebuah Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Meskipun Jaehyun merupakan rakyat timur atau biasa disebut Rakat, dia fasih berbahasa Jawa karena dia banyak bergaul dengan teman-teman dari Jawa semasa kuliah.Menurut Winwin, Jaehyun ini orangnya sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Dia mudah menjalin komunikasi dengan siapa saja dan pandai menempatkan dirinya. Misalnya, saat ia berbicara dengan teman-teman sesama rakat dari kampung halamannya, dia menggunakan bahasa daerah. Atau untuk teman yang berbeda daerah, karena setiap daerah disana berbeda bahasa, dia memakai bahasa Indonesia dengan logat. Tapi ketika bicara dengan Winwin, dia secara otomatis menggunakan bahasa Jawa. Dan karena Jaehyun masih tergolong newbie dalam perbahasajawaan, dia sering mencampur ucapannya dengan bahasa Indonesia.