Semua orang di dalam ruangan itu tidak ada yang memberikan respon apapun lewat kata-kata.
Solar, Damian, Charis, bahkan wanita yang sedari tadi berada di pojok ruangan itu hanya diam, larut dengan pikirannya masing-masing. Rhea yang sudah lelah menjadi penonton tanpa tau apa-apa akhirnya memutuskan untuk berdiri dan keluar dari ruangan kecil itu.
Namun baru saja kakinya menginjak lantai dan berusaha untuk menopang beban tubuhnya, Rhea langsung terjatuh ke bawah, merasa lemas dan kaget, menyadari betapa tak bertenaganya ia.
Damian langsung sigap merengkuh Rhea ke dalam pelukannya, kemudian membantunya berdiri dan kembali berbaring di atas tempat tidur. "Terima kasih." ujar Rhea pelan, terkejut oleh kelembutan yang diberikan oleh Damian padanya. Perlu diingat sekali lagi, bahwa Rhea sedang berada diantara orang asing yang sama sekali tidak ia ketahui asal-usulnya.
"Ah," Charis segera memecah keheningan yang langsung terasa di ruangan itu. "sepertinya kita lupa kalau Rhea masih butuh makan. Hahaha, bukankah sebaiknya kita keluar dan membuat beberapa makanan?" Charis menatap Damian seolah memberi isyarat padanya.
"Akan kubuatkan sup. Keluarlah ketika kau sudah sedikit bertenaga." ujar Damian singkat, kemudian berjalan keluar ruangan, diikuti oleh Charis dan Solar lalu wanita di pojok ruangan itu.
Mereka menutup pintu kayu berwarna coklat itu dari luar, dan membiarkan Rhea beristirahat sebentar lagi. "Aku akan membantu Damian di dapur." Solar langsung menarik lengan baju Damian dan menyeretnya pergi, yang hanya dibalas oleh anggukan pelan dari Charis.
"Terima kasih, Charis."
Charis menatap wanita yang sedari tadi hanya tersenyum padanya itu.
"Kau berutang padaku, Serena." Charis memukul pelan lengan wanita yang ada di sampingnya itu, kemudian mengajaknya untuk pergi.
Dua perempuan itu hanya berjalan dalam diam menyusuri lorong panjang, membiarkan langkah kaki mereka menjadi satu-satunya suara yang terdengar menggema. Charis sesekali menoleh ke arah Serena, terlihat seperti ingin mengucapkan sesuatu namun tidak jadi. Begitu terus hingga akhirnya Serena menoleh dan berkata, "Hm?"
Charis berhenti dan mengajak Serena untuk melihat ke luar salah satu jendela yang ada di sepanjang lorong itu. Pemandangan padang bunga yang indah langsung memenuhi pandangan mereka, hembusan angin yang lembut menggerakkan tangkai-tangkai bunga itu, seolah mengajak mereka berdansa.
Charis menoleh ke arah Serena, lalu akhirnya menyuarakan apa yang sedang ia pikirkan sejak tadi.
"Kau.. yakin tidak apa-apa?" tanyanya penuh hati-hati.
Serena hanya tersenyum lembut, "Memangnya ada apa denganku?"
"Aku mengusulkan rencana itu karena kau yang memintanya. Dan tidak ada lagi orang yang berani melakukan hal itu. Kau tau kan?"
"Lalu?" tanya Serena lagi.
"Kau yakin tidak apa-apa?"
Serena mendekatkan diri pada jendela di depannya, dan menghirup udara yang beraroma bunga itu. "Kami sudah pernah membicarakan hal itu, Charis. Aku hanya perlu menjaganya agar tetap hidup."
"Siapa yang ingin kau jaga agar tetap hidup? Kau tau dengan jelas bagaimana cara kerja kontrak itu, Serena. Aku tau, bukan hakku untuk ikut campur urusan kalian, tapi hal ini juga bukan hanya tergantung dari keputusanmu." Charis menepuk pundak wanita di sampingnya itu. "Kau sudah bicara pada Lucian?"
Serena hanya menggeleng pelan dan tersenyum, "Dia selalu menghindariku. Lagipula aku merasa bersalah. Aku tidak punya muka untuk berbicara dengannya sekarang." Wanita itu menghembuskan napas panjang, sebagai tanda bahwa diskusi kali ini sudah selesai. "Sebaiknya aku memanggil Rhea. Kurasa sebentar lagi sup buatan Damian sudah siap." ujarnya dan langsung menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Lead
FantasiaMenjadi pemeran utama, berarti kau harus kehilangan segalanya sejak awal. Menjadi pemeran utama, berarti kau harus mengalami kesedihan yang seolah tak ada akhirnya. Menjadi pemeran utama, berarti kau harus berkorban demi keselamatan dan kebahagiaan...