Oneshoot story🌸
•
•
[Jeffrey Lokal]
📍Jakarta, Indonesia.
Bagaimana rasanya Date dengan seorang Jeffrey setiap hari Minggu?
•
Pasangan bar-bar. Tidak, hanya sang perempuan lah yang bar-bar. Untuk lelakinya kalem, sungguh kalem.
"Jadi pergi ga s...
"DEK BANGUN REY DIBAWAH TUH, MOLOR MULU NURUN SIAPA COBA" Teriak kak Taeil dengan melempar lemparkan bantal dari sofa ke mukaku.
"Yakali ah, masih jam berapa ini, SAKIT WOY" Ucapku. Sedikit ngegas karena aku sudah bangun pun kak Taeil masih melemparkan bantal ke mukaku. Sebal.
"Lah ngeyel melek noh turun sono" katanya dengan melebarkan mataku yang masih enggan dibuka. Sontak aku menoyor kepalanya dan keluarlah kata kata mutiara.
"SAKIT GOBLOK. PERGI LU DARI KAMAR GUE. GUE TIMPUK JUGA NIH." Ucapku sambil mengambil sendal yang biasa ku kenakan.
"Gue turun, sampe lu bo'ong, gue timpuk pake sendal beneran lu." ucapku satu detik sebelum meninggalkan kamarku.
Aku terkejut, Rey benar benar ada di ruang tengah bersama Jisung yang tidur di pahanya. Aku jadi memikirkan bagaimana jika Rey memiliki seorang putra bersamaku. Kkk.
Dengan aku yang masih mengenakan piyama dan rambut serta wajahku khas orang bangun tidur, aku menghampiri Rey. "Pagi" sapaku, lalu duduk disebelahnya.
Rey menoleh, terlihat ia mengenakan kacamata yang ia pilih minggu lalu bersamaku. Kemarin Rey memberitahuku bahwa kacamatanya sudah bisa diambil, jadi ia mengambilnya sendiri, karena aku lebih memilih melanjutkan drakorku. -
Hari Minggu ini, berbeda. Kami tidak date seperti biasanya. Melainkan, hanya bermalas malasan di rumahku sambil menemani Jisung tidur.
Sebenarnya, tadi Rey sempat mengajakku pergi ke taman kota setelah aku mandi, tetapi aku menolaknya karena rindu rumah. Hehe. Alasan kedua adalah malas. Juga karena diluar sedang hujan.
"Yang, ada makanan ngga?" Tanya Rey dengan meletakkan handphone nya diatas meja.
"Mau mie? Kalau ind*mie sih, banyak. Berbagai macam rasa." Kataku.
"Gapapa deh. Mau juga ngga? Biar aku buatin sekalian. Sekali kali. Hehe." ujarnya sambil berdiri.
"Boleh. Yang soto ya, dua bungkus jadikan satu." Kataku.
"Mau aja lu jadi babunya Nanda, Rey." itu suara kak Taeil, aku hafal betul. Langsung aku menoleh kearah kak Taeil dengan pandangan 'gausah cari masalah, ayo gelud'. Rey hanya tertawa ringan menanggapinya. -
Rey kembali ke ruang tengah dengan nampan yang berisi tiga mangkuk mie kuah, satu botol besar sprite dan dua gelas kosong. Aku bertanya.
"Itu satunya siapa?" "Kak Taeil minta juga tadi."
Untuk kalian yang mau, aku mengadakan giveaway dengan hadiah kak Taeil.
Saat kami makan dengan sedikit obrolan, Jisung terbangun dengan sendirinya, mungkin karena suara teriakanku dan kak Taeil yang sesekali bertengkar.
"Kak, mau mie juga dong Jisung." ucap Jisung dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Bikin sendiri, udah gede." jawabku satu detik sebelum memasukkan segarpu mie kedalam mulutku.
"Lah, lu udah dua puluh tahun mie masih dibuatin Rey. Jisung masih sebelas tahun lu suruh bikin sendiri." ucap kak Taeil.
"Lah lu lebih parah lagi, dua puluh lima tahun mie masih nyuruh dibikinin pacar adeknya, belum nikah, gaada calon, pendek, jelek pula. Heran mama ngidam apa waktu isi lu bang." kataku yang dibalas dengan senyuman Rey disebelahku. Manis.
"Adek macem apa lu. Tau tau gue nikah mampus lu." ucap kak Taeil tak terima.
"Sudah sudah. Nanda, kak Taeil, lanjut makan aja, Jisung mau kakak buatin mie?" ucap Rey menengahi. Aku jadi tidak enak, inikan rumahku tetapi Rey yang dari tadi di dapur. Aku berharap Jisung sudah hilang mood untuk makan mie.
"Ga! Mau ngebersihin kuping dulu Jisung. Gatel nih denger dua toa masjid bunyi barengan." kata Jisung dengan melangkahkan kakinya menuju tangga untuk naik ke kamarnya. -
Aku, Rey, Kak Taeil, dan Jisung sedang diruang TV menonton serial kartun favorit Jisung. Tidak, hanya Jisung saja yang melihat TV. Sedangkan Rey membaca novel dan aku tiduran di paha Rey sambil menikmati wajah tampan Rey dari bawah. Hehe.
"Kenapa sih, yang? Jangan dilihatin gitu ah malu." ucap Rey yang menutup wajahnya dengan novel di tangannya. Telinganya merah, menandakan ia benar benar malu. Kkk.
"Munduran dikit dong Rey kalau pakai kacamata gitu." ucapku. Rey memasang muka bingungnya.
"Maksudnya gimana?" tanya Rey sambil melepaskan novel dari tangannya yang sekarang ia gunakan untuk mengelus rambutku.
"Iya, munduran dikit gantengnya. Kelewatan sih Rey. Sebel ganteng banget kamu." kataku yang kembali disambut dengan telinga merah Rey. Aku sendiri malu ngomong ngomong.
"Apa sih, nda. Gajelas banget kamu tuh." ucap Rey yang kemudian aku disuruh duduk, katanya ia haus. Alasan saja.
Aku mengekori Rey menuju dapur. Ia mengambil minum di lemari es dan menuangkannya di gelas yang sebelumnya sudah ia ambil.
"Kenapa ikut kesini? Haus juga?" Tanya Rey sambil memberikan gelasnya kepadaku.
"Ga." jawabku singkat. "Aku ngantuk. Kalau mau baca novel dikamarku aja, aku baru beli boneka lucu, sini aku tunjukin." sambungku dengan melangkahkan kaki menuju kamarku yang diikuti Rey dibelakangku.
"Mana bonekanya?" Tanya Rey saat tiba dikamarku.
"Itu" aku menunjuk salah satu boneka anjing koleksiku. Aku mengoleksi bermacam boneka anjing ngomong ngomong.
"Lucu banget ini Nda. Astaga." ujar Rey dengan menggendong boneka yang tadi ku tunjuk.
"Aku foto ya, nih bonekanya pakein kacamata ku biar samaan kaya kamu." ujarku yang memakaikan kacamata pada boneka anjingku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yaampun bonekanya gemes, jadi pengen ngarungin yang gendong -Author.
Aku tersenyum melihat hasil jepretan ku. Begitupun Rey.
"Tumben kamu pengen foto foto gitu, biasanya paling malas kalau urusan foto." ujar Rey.
"Lagi pengen aja, kamu juga cocok banget sama kacamatanya." ujarku lalu tersenyum.
"Lu punya kepribadian ganda kali dek, depan gue sama Jisung kaya macan. Ini depan Rey kaya kucing minta ditabok." ucap kak Taeil dari depan pintu kamarku yang entah sejak kapan ia berada disana.
"Sirik aja lu. Cari cewek sana." ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Ini chapter sempet ilang huwe :') Terus sy nulis ulang. Sebel. Sempet ngambek sama wattpad nih sy :v