"Ini Semua gara gara kamu ! bisa gasi sehari aja gak bikin ulah. Kamu lihat sendiri kan akibatnya !" Kak Aliys mulai membentaku, dan bersiap untuk mendaratkan tanganya di pipiku."Apa ? mau tampar aku ? tampar aja kak ! tampar ! aku memang anak yang tak berguna, puas !" Dengan gemetar, aku membalas semua ucapan Kak Alys sambil terisak.
Melihat aku yang mulai terisak, Kak Alys pun langsung menurunkan tanganya kembali.
"Kenapa ? kenapa ga jadi kak hiks hiks. Asal kakak tahu, aku begini juga karena kakak ! Kakak gatahu kan gimana rasanya jadi anak yang dikecualikan hiks hiks. Siang berganti malam, malam berganti siang Mama dan Papa selalu saja membanggakan Kakak tanpa memikirkan perasaanku. Mereka selalu membeda bedakan Aku dengan Kakak, dan mereka selalu menganggapku tak berbakat. Hiks hiks."
"A..Adibaa.. maksud..Kaka bukan begitu." Ucap Kak Alys pelan sambil memandangku.
"APA ? Kakak ga ada bedanya dengan mereka ! Kakak selalu saja memikirkan diri sendiri. AKU BENCI KALIAN."
Saat itu, kesabaranku benar benar sudah berada di ujung tanduk. Aku tak bisa mengontrol apa yang aku ucapkan. Semua yang ada dikepalaku keluar begitu saja lewat mulutku.
Kak Alys mulai menetaskan air matanya, mungkin sekarang dia baru menyadarinya. Akupun tak mempedulikanya sama sekali.
"BRUGG.." Aku masuk ke kamar sambil menutupkan pintu dengan keras.
Kak Alys pun segera menyusulku,
"Adiba...Adiba maafin Kakak. Buka pintunya Adiba, Kakak sayang Adiba.."
Aku tak mengubrisnya sama sekali. Kata itulah yang terakhir ku dengar setelah perang adu mulut berakhir, rasanya sakit sekali. Dunia ini rasanya sangat tak adil, sepertinya di dunia ini akulah yang paling tidak berguna.
***
Suara gemuruh dari langit mulai terdengar, sepertinya Langit sedang mengerti apa yang aku rasakan. Tetesan air berkali kali menyentuh genting rumah, malam ini sepertinya akan menjadi malam yang panjang.
Butiran butiran hangat itu terus mengalir deras di pipiku. Dengan lemas, aku berjalan menuju meja belajar dan mulai membuka catatan harianku.
Dibawah rintikan hujan, ku merenung.
Memikkirkan semua hal yang telah terjadi pada diriku,
Diri ini memang selalu menipu,
Seolah olah bahagia, tapi nyatanya bersedih tersedu sedu.
Salahkah aku jika menginginkah kebahagiaan seperti orang lain ?
Mendapatkan sebuah keluarga yang hangat tanpa sebuah pilu.
Bisakah diri ini hidup tanpa sebuah es ?
Rasanya memang sulit sekali mecari sebuah kehangatan di antara bongkahan es.
Kuberharap semoga suatu saat nanti keajaiban itu akan datang dan merubah segalanya.
Dan semuanya menjadi nyata bukan hanya sekedar mimpi.
-Adiba
tik...tik...tik... suara jam dinding itu terdengar keras di telingaku, aku terbangun. Jam 10.00 malam,Aku menghembuskan Nafas panjangku. Semuanya memang nyata, bukan mimpi.
"Ya Allah selama ini aku kurang apa sih ? rasanya dunia ini terasa berat sekalii."
Setelah cukup lama termenung dijendela kamar, akupun mulai memutuskan untuk pergi dari penjara es ini. Aku benar benar sudah tidak sanggup, aku mulai membereskan semua pakaian dan barang barang ku.
Dengan mengendap endap, akupun sukses keluar dari rumah.
***
Aku mulai melangkahkan kakiku di bahu jalanan dengan lemas, suara kendaraan yang berlalu lalang malam ini ramai mengunjungi telingaku.
Lampu lampu jalan bersinar terang menyinari jalanan yang gelap gulita. Perlahan, angin angin yang sedang berkeliaran bebas mulai menyapa tubuhku.
Akupun mulai melihat ke sekitar, rasanya diri ini benar benar kesepian ditengah ramainya jalanan malam.
Aku memencet sebuah tombol di sebuah tiang dekat trotoar penyebrangan, semua kendaraan yang sedang melaju itupun akhirnya berhenti.
Aku bersama beberapa orang disekitarku mulai menyebrangi jalan, aku benar benar lemas dan berjalan sambil menundukan pandanganku. Entah kenapa, rasanya berat sekali jika harus melihat semuanya dengan tinggi.
Hingga akhirnya, sebuah motor melaju kencang tanpa kendali mengahampiri diriku. Orang orang yang berada disekelilingku berteriak histeris dan segera bergegas menghindar.
Namun entah kenapa lagi lagi aku hanya terdiam kaku ditengah jalanan.
Hingga akhirnya..."BRUGGG" motor itu menabrak tubuhku dengan seketika.
Samar samar aku melihat keadaan di sekitarku, kulihat orang orang mulai mengerumuniku. Rasanya sakit sekali, entah kenapa sekujur tubuhku tiba tiba bergetar. peluh keringat bercampur darah segar mengucur deras di kepalaku. Dadaku juga semakin lama semakin terasa sesak.
Dalam keadaan yang mengenaskan ini, Aku melihat seseorang yang tak tampak mukanya. Seseorang itu memakai jubah berwarna hitam dan membawa tongkat, Ia berdiri di samping kepalaku. Tubuhku seketika bergetar hebat.
"Astagfirullahalazim..." Ucapku pelan.
Namun itu sama sekali tak mengurangi rasa sakit di sekujur tubuhku, malahan rasa sakit itu terasa semakin menjadi jadi. Hingga akhirnya, semuanya tampak kabur.
Saat itu, aku merasa ada yang memangku tubuh kecilku dan membawaku kemobil, aku tak tahu siapa yang mengangkatku, yang jelas saat itu aku benar benar sudah tidak memikirkan hal apapun lagi.
***
Hayolooo Adiba kenapa ? Hihii siapa ni yg menyelamatkan Adiba, stay terus ya wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Sebuah Mimpi
Fiksi RemajaDibalik sebuah mimpi, semuanya memang hanya tampak seperti angan angan yang semu. Namun Adiba yakin bahwa mimpi itu akan segera tergenggam di tanganya.