"Jeno suka kucing?" Tanya Haechan.
"Hm. Dari yang kudengar, dia suka kucing."
"Tapi.. aku lebih suka anjing." Haechan menatap Jaemin, "Bukankah Jeno mirip dengan anjingnya paman Leeteuk?" Sambungnya.
"Samoyed maksudmu?"
Haechan menganggukan kepalanya, senyum cerah terbit di wajahnya, "Apalagi kalau ia tersenyum. Matanya seperti hilang. Benar-benar mirip dengan samoyed!" Serunya.
Jaemin yang mendengar itu menyetujuinya juga, karena yang dikatakan Haechan memang benar, Jeno lebih mirip dengan samoyed.
"Jadi, sekarang kamu mau ngapain?" Tanya Jaemin akhirnya.
Haechan mengelus dagunya, seolah sedang berpikir, "Mungkin.. aku akan memelihara kucing?"
[•]
Sekarang Haechan, Mark dan Taeyong sedang menghabiskan malam minggu mereka dengan menonton film di ruang tengah. Haechan dan Taeyong duduk di sofa sedangkan Mark selonjoran di bawah.
"Beruang itu lucu." Tunjuk Haechan ke arah layar televisi yang menampilkan gambar beruang. "Bagaimana kalau kita memelihara kucing?" Sambungnya, mendapatkan tatapan aneh dari Mark.
"Tadi adek bilang beruangnya lucu, kenapa sekarang malah ingin pelihara kucing?"
"Memangnya kita bisa pelihara beruang? Tidak bisa, kan. Jadi lebih baik pelihara kucing saja. Sama-sama lucu kok."
"Emang adek bisa ngerawatnya? Ngerawat diri sendiri aja masih nggak bisa."
Haechan menatap tajam Mark, mengalihkan pandangannya ke Taeyong yang masih fokus dengan tontonannya.
"Kan ada kak Taeyong yang bakal bantuin adek." Ucapnya manja dengan kedua tangan yang sudah bergelayut di lengan Taeyong.
"Adek lupa kalau kakak alergi bulu kucing?"
Ah iya. Haechan baru ingat kalau kak Taeyong alergi dengan bulu kucing.
"Adek mana inget, kak. Yang adek inget kan cuma makanan aja." Ejek Mark.
Haechan melemparkan bantal sofa ke arah Mark namun Mark dengan cepat menangkapnya, "Kak Mark nyebelin!".
Melihat Haechan merajuk dengan memaju-majukan bibirnya membuat Mark gemas sendiri. Senang sekali ia bisa mengerjai adiknya ini.
"Lebih baik adek pelihara koala saja. Biar kalian bisa tidur bersama. Kan adek juga suka tidur seperti koala." Lagi-lagi bantal sofa terlempar ke arah Mark.
"Kalau begitu kakak pelihara buaya saja!" Ucap Haechan yang tidak terima dikatai suka tidur.
"Kenapa jadi buaya?"
"Soalnya kakak mirip buaya! Kakak buaya!" Pekiknya kesal sampai wajahnya sedikit memerah.
"Aaaaaa!"
Mark menarik paksa kaki Haechan yang menjuntai ke bawah, menggelitiki telapak kakinya juga. Haechan yang tidak tahan geli akhirnya berontak, kakinya menendang-nendang ke segala arah agar terlepas dari Mark.
"Kak, geli!" Rengeknya. Kini Haechan sudah berpindah posisi, tidak lagi di sofa tapi duduk di bawah bersama Mark dengan keadaan seperti ikan yang menggelepar.
Taeyong yang sejak tadi mencoba fokus dengan filmnya menutup kedua telinganya. Kedua adiknya ini memang tidak bisa diam kalau sudah bertemu.
"Gimana kalau kita pelihara ikan saja? Diantara kita tidak ada yang alergi ikan. Terus kalau ikannya sudah besar juga bisa kita makan. Bukannya adek suka makan ikan, ya?" Usul Taeyong. Berharap setelah ini keduanya menghentikan perdebatan tidak jelas ini.
Mark di bawah sana sudah menahan tawanya ketika melihat wajah Haechan yang semakin tertekuk. Wajahnya bahkan semakin memerah, dapat Mark pastikan setelah ini adiknya akan berteriak dengan keras.
"NGGAK MAU! MAUNYA KUCING! KUCING!"
Tuh kan, benar kata Mark.
[•]
Gara-gara gagal pelihara kucing, beberapa hari ini Haechan cemberut. Dia masih kesal sekali dengan kak Mark, menurutnya ia gagal memelihara kucing adalah karena kak Mark.
Tidak mau tau! Pokoknya yang salah kak Mark.
Mark sendiri sejak kemarin malam sudah mencoba berbagai cara buat membujuk Haechan. Dia sudah ngejelasin semuanya ke Haechan alasan kenapa mereka nggak setuju buat melihara kucing, dan alasan utamanya karena kak Taeyong alergi dengan bulu kucing.
Jadi mau tidak mau, Haechan tidak ingin jadi adik yang egois. Dia nggak mau alergi kakaknya kambuh. Tapi tetap saja rasanya kesal sekali setiap melihat wajah kak Mark.
"Aku perhatikan, dari tadi kamu diem terus. Lagi ada masalah?" Tanya Jeno.
Tidak biasanya teman sebangkunya ini diam. Biasanya ada saja topik obrolan yang mereka bahas. Ya walaupun hanya dia jawab sekenanya.
Haechan menghelas nafas, "Aku mau pelihara kucing, tapi nggak diizinin." Jelasnya dengan bibir yang mengerucut kesal.
Mendengar kata kucing, membuat Jeno semakin tertarik dengan topik yang akan mereka bahas. Ia bahkan sudah menyimpan ponselnya ke dalam laci.
"Kenapa?"
"Kak Taeyong alergi segala dengan semua hewan berbulu. Badannya bakal gatal-gatal dan bersin-bersin kalau terkena bulu hewan." Mulainya. "Makanya nggak mungkin banget buat aku pelihara kucing di rumah."
Jeno masih diam. Menunggu kelanjutan dari cerita Haechan.
"Kak Taeyong akhir-akhir ini sering pulang malam karena banyak kerjaan di kantor. Kak Mark juga sering pulang telat bahkan tidak pulang ke rumah gara-gara kampusnya mau ngadain event besar-besaran." Helaan nafas terdengar.
"Aku hanya merasa... kesepian." Cicitnya.
Haechan tidak bohong. Ia tidak semata-mata ingin memelihara kucing agar seperti Jeno tapi ia juga ingin menghilangkan rasa sepinya jika ia hanya sendirian di rumah.
Pelayan hanya datang ketika pagi hari dan sore hari untuk membersihkan rumah dan juga memasak sarapan dan makan malam. Jadi, ketika ia sendirian di rumah, rasanya benar-benar sepi.
Dan sudah dua minggu lebih Haechan benar-benar merasa sepi. Kedua kakaknya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Terkadang ia mengajak Jaemin bermain ke rumahnya tapi Jaemin akan pulang sebelum jam makan malam tiba, sehingga lagi-lagi Haechan harus menghabiskan makan malamnya sendiri.
Makanya ketika sabtu kemarin kedua kakaknya pulang cepat, ia segera menarik keduanya ke ruang keluarga. Menghabiskan waktu bersama.
"Jangan sedih begitu."
Haechan tersentak ketika merasakan telapak tangan Jeno mengusap kepalanya.
"Aku punya banyak kucing lucu di rumah. Kalau kamu mau, kamu bisa bermain dengan mereka, datang saja ke rumahku. Mereka pasti senang bertemu teman baru. Apalagi jika temannya semenggemaskan dirimu."
Akhirnya, jam istirahat mereka habiskan dengan membahas bola-bola bulu kesayangan Jeno.
HAPPY NEW YEAR 🎉🎉