0.1 Obrolan Ringan

136 17 2
                                    

Please do your vomments here.









●●






“BUNDAAA! ABANG PULANG!” ―adalah suara putra sulung keluarga Lee yang kini tengah mengenyam di bangku Sekolah Menengah Atas tingkat dua.

Mark Lee namanya.

Yang dipanggil bunda itu mulai menuruni anak tangga, menggelengkan kepala ketika irisnya menangkap si sulung tengah terbaring di sofa ruang tamu. “Capek banget kayaknya. Habis ngapain?”

Sparing basket,” Mark mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Irene. Dia kemudian menepuk punggungnya sembari nyengir. “Pijitin atuh, Bun,”

Hm,” Irene berdeham meski akhirnya dia juga melakukan permintaan Mark. “Kakak mana? Tadi ‘kan bareng kamu,”

“Gak tahu tadi misah,” Mark menjawab santai kemudian menoleh ke samping. “Minjem hape Bunda dong,”

“Tuh, di meja,” Irene menunjuk meja dengan dagunya. “Itu siapa yang chat? Coba buka, Bang,”

Mark kemudian membuka aplikasi Whatsup. “Jeno, Bun,”

“Oh, Kakak ...,” Irene manggut-manggut. “Apa katanya?”

Bunda aku mau main sama Jaemin, ya. Udah chat abang tapi belum di bales―ah, tapi hape aku gak bunyi, Bun,” Mark membuka ponselnya. “Oh iya! Ini ada chat dari Jeno deng, hehe.”

“Jangan di silent makanya,” Irene menegur sembari mengencangkan pijitannya.

“Adu-duhh─sakit, Bunda!” ringis si sulung. “Ya udah sih, ‘kan lupa!”

“Suruh jangan pulang lebih dari jam lima,”

“Lah, tumben,” Mark berkomentar. “Biasanya juga jam tujuh belum pulang baru Bunda telponin―”

“Bilangin aja sih, Bang!” Irene memotong pembicaraan Mark. “Bilang Om Donghae mau kesini gitu.”
“Oh―WAIT―” Mark terdiam sejenak, membulatkan bola mata dan memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan sang bunda “SIAPA? OM DONGHAE!? NGAPAIN―astaga!”

“Ya mampir aja, kenapa sih!?”

“Gak boleh, Bunda!” Mark melotot. Iya, dari jamannya dia masih kelas 2 SMP, pria bernama Lee Donghae ini gencar sekali mendekati bundanya. Padahal pertemuan mereka bisa dibilang hanya sekilas―waktu itu Donghae merupakan guru olahraga di sekolah Mark, dan karena suatu hal penting, Irene harus ke sekolah Mark dan bertemu sama Donghae ini. Sampai gak tahu kenapa, mereka jadi dekat seperti sekarang.

Mark Lee jelas gak sudi.

Apa yang mau dibanggain dari Lee Donghae?

Iya sih, meskipun guru, beliau ini termasuk jejeran rich people dengan kekayaan yang sanggup menghidupi tujuh generasi, tapi otoriter parah.

“Berisik kamu.” Irene bangkit dari duduknya dan beranjak menuju dapur. “Cepetan balesin chatnya Kakak.”

“BUNDA IH GAK MAU! OM DONGO ITU GAK BOLEH KESINI!”

Mark memberengut ketika bundanya tidak merespons lagi. Kalau Jeno diberi kabar bahwa Donghae akan bertamu, dia sih pasti senang. Wong beliau selalu membawakan barang mahal setiap mampir untuk mereka, jadinya Jeno respect. Iya, Jeno itu tipe orang yang disuguhi barang mahal dan banyaknya tak terhingga, dia langsung luluh. Mark sih gak gitu. Dia itu macam FBI kalau sudah menyangkut keluarganya, apalagi bundanya ─cinta pertama hidup dan matinya.

Gak boleh ada yang berani dekati Irene sebelum bisa meluluhkan hati Mark Lee yang sekeras batu akik.

Titik.

🎶Seems like we’ve been here before,
Your eyes are seeing straight right through─🎶

Mark menatap ponsel bundanya yang kini berkedip, tanpa sadar mulai menyunggingkan senyum sumringahnya ketika yang ditunggu menghubungi Irene.

“Halo, Om?”

... “Oh, hei Mark. Bundamu mana?

“Lagi di dapur, Om. Ada apa?”

... “Oh gitu, ya. Sore ini kalian free? Niatnya sekitar jam empat, Om mau kesana, sih ...,”

Mark menyeringai. “Wah, free kok, Om! Bunda juga ada di rumah, dia mah gak kemana-mana, hehe!”

... “Oke, deh. Mau dibawain sesuatu?”

“Makanan, Om!”

... “Oke, deh. Salam buat bundamu, ya.”

“Oke. Bye, Om!”

Klik.

Mark melempar dua buah ponsel itu ke sofa di sampingnya dan mulai berteriak, “BUNDAAAA!”

“Abang jangan teriak-teriak!”

Tersenyum lebar, Mark tidak mengindahkan peringatan sang bunda. “OM SUHO MAU KESINI JAM EMPAAAAT!”






●●











Hi!


What do you think so far?











Jika ada kritik dan saran, please comment below, ya!

Thank you

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Harta, Tahta, BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang