Happy Reading ❤
Maaf ya kalau banyak typo 😁❤
👑
Orang itu memegang kedua pipi Adelia dengan satu tangannya. "Karena lo udah berani gangguin Lio, lo bakal jadi target bully selanjutnya. Asal lo tahu, Lio nggak suka ada cewek yang ganggu kaya lo, dan dia nyuruh gue buat ngehukum lo," ujarnya dengan dingin.
Adelia mendorong orang itu. "Lo siapa?"
"Gue Dion temennya Lio," jawab Dion santai.
Adelia meragukan kalau Dion temannya Lio, ia tidak percaya Lio akan menyuruh temannya untuk menghukumnya. Itu tidak mungkin.
"Gue nggak percaya, pergi lo!" sentak Adelia.
Adelia tersentak ketika ada orang yang menyiramnya pakai air dari belakangnya. Seragamnya benar-benar basah kuyup. "Lo gila ya?! Apa sih maksud lo kaya gini? Hah! Lo pikir gue bakal percaya kalau Lio yang nyuruh lo, dia baik, dia nggak mungkin kaya gini!"
Emosi Adelia benar-benar meluap, ia merasa sangat kesal. Ia langsung pergi begitu saja tanpa tahu siapa orang yang telah menyiramnya tadi, ia tidak menengok ke arah orang itu.
"Boleh juga dia. Terus bully dia sampai dia bener-bener benci sama Lio, kalau dia nggak percaya lo suruhannya Lio, buat dia tersiksa sampai dia pindah ke sekolah lain kaya orang sebelumnya," ucap orang itu.
"Siap Bos, lo tenang aja, gue bakal bikin dia kena mental," ujar Dion pada orang itu. Dion tersenyum tipis saat menerima uang dari orang itu.
Untung saja koprasinya masih buka, ia jadi bisa membeli seragam baru. Ia tidak mau nanti Papanya melihatnya seperti ini.
Malam harinya Adelia terus memikirkan siapa sebenarnya orang itu. Apa dia sering melakukan itu pada orang yang telah mengusik Lio? Apa benar ia suruhannya Lio?
Adelia keluar rumah untuk mencari udara segar di luar, ia berkeliling komplek sendirian padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Seiring berjalan ia tidak melihat satu orangpun, tapi ia tidak merasa takut sedikitpun.
Adelia mendengar suara kegaduhan dari tempat yang tidak jauh darinya. Adelia melangkahkan kakinya ke sumber suara tersebut.
Adelia membulatkan matanya saat melihat segerombolan orang tengah memukuli seseorang sampai orang itu tak berdaya.
"Hai stop!" teriak Adelia.
Saat mendengar suara Adelia segerombolan orang itu kabur dengan membawa motor masing-masing, dan sepertinya motor orang yang dipukuli itu juga dibawa oleh mereka.
Adelia mendekati seseorang yang terlihat tidak sadarkan diri itu. Adelia benar-benar terkejut ketika mengetahui kalau orang itu adalah Lio. Adelia berlutut di samping Lio. "Lio!" panggilan Adelia.
Adelia menatap Lio yang tidak sadarkan diri. Ia berdiri melihat sekelilingnya untuk mencari bantuan, tapi nihil, tidak ada orang satupun di sekitarnya. Adelia bingung harus bagaimana sekarang, apalagi ia tidak membawa handphonenya.
Adelia mencoba mengembalikan kesadaran Lio, ia terus memanggil-manggil Lio. "Lio, bangun!"
Lio mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Adelia tampak lega ketika Lio membuka matanya, ia membantu Lio untuk duduk. "Ambilin handphone gue di saku celana gue, telpon temen gue yang namanya Julian," pinta Lio.
Adelia segera mengambil handphone Lio, ia terdiam saat melihat wallpaper handphone Lio adalah seorang perempuan yang terlihat seumuran dengannya, dan tentunya perempuan itu terlihat sangat cantik.
"Buruan!" titah Lio.
Adelia mencari kontak Julian lalu meneleponnya, ia sudah mencoba beberapa kali Julian tetap tidak mengangkat telponnya. "Nggak diangkat Lio, gimana dong?" tanya Adelia bingung.
"Kalau gitu coba telpon Andrea," balas Lio. Adelia segera mencoba menelepon Andrea, tidak diangkat juga, menyebalkan. Lio mendengus kesal, Lio tahu Julian dan Andrea pasti sedang bermain PS sampai telponnya diabaikan begini.
"Lo ke rumah gue dulu aja, gue takut mereka balik lagi buat mukulin lo," ucap Adelia.
Lio tidak punya pilihan lain, ia tidak bisa apa-apa selain menyetujui usulan Adelia. Adelia membantu Lio berdiri lalu ia melingkarkan tangan kanan Lio di pundaknya.
"Makasih," ucap Lio pelan, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Adelia tersenyum tipis saat mendengarnya.
Jalanan benar-benar sepi, Adelia tidak bisa meminta tolong pada seseorang untuk membantunya membawa Lio ke rumahnya.
Rumahnya masih lumayan jauh, tapi napasnya sudah mulai tidak stabil dan merasa sudah kelelahan membantu Lio berjalan.
Lio melirik wajah Adelia yang tampak berkeringat. "Udah cukup, gue mau jalan sendiri aja," ujar Lio.
Adelia langsung menatap Lio tajam. "Apaan sih, nggak! Nggak usah sok kuat Lio, gue tau lo kesakitan. Sabar ya, bentar lagi kita sampe rumah gue," balas Adelia.
"Lo juga nggak usah sok kuat, udah keliatan kalau lo kecapean bantu gue jalan. Kita istirahat sebentar di sini," ucap Lio.
Adelia menghembuskan napas kasar, ia membawa Lio ke pinggir jalan lalu duduk di sana. "Lo kuat kan? Nggak bakal pingsan kan? Gue makin repot kalau lo pingsan," ujar Adelia.
"Gue nggak papa, lo nggak usah khawatir gue nggak bakal pingsan," balas Lio.
"Lio, apa gue boleh nanya sesuatu?" ucap Adelia sambil menatap Lio.
Lio membalas tatapan Adelia. "Ada apa?"
"Apa bener lo sering bully orang yang udah mengusik kehidupan lo sampai ada yang pernah keluar dari sekolah gara-gara itu?"
Lio mengalihkan tatapannya ke arah langit malam. "Menurut lo aja, kalaupun gue bilang nggak pasti lo nggak bakal percaya kaya yang lainnya," jawab Lio.
Adelia menangkup wajah Lio sambil tersenyum. "Apaan omongan lo itu, tentu aja gue percaya sama lo Lio! Gue tau lo orang baik, lo nggak bakal berbuat jahat kaya gitu," ucap Adelia.
Lio hanya terdiam mendengar jawaban Adelia, baru kali ini ada orang yang mengatakan kalau ia orang yang baik. Tanpa Lio sadari ia tersenyum tipis, senyum yang sudah lama hilang itu kini kembali lagi.
👑
Gimana menurut kalian part ini? Komen ya 😁❤
15 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelio
Teen FictionAdelio merupakan cowok yang selalu menyimpan lukanya sendirian. Ia tidak pernah bercerita tentang luka yang ada di dalam hatinya pada siapapun. Kehidupannya begitu hitam, tidak ada yang menyenangkan, tidak ada yang memberi warna pada kehidupannya, i...