prolog

159 54 36
                                    

"Kau tau bahwa aku tak akan bisa menunjukkan dan memberitahukan kelemahanku. Aku memakai topeng ketika bertemu denganmu. Tapi aku masih menginginkanmu."
[Lagu The Truth Untold by ot7]

___

Gadis itu memandangi kotak hijau kecil di tangannya. Yang mana, ia telah memilikinya sejak lama. Kotak itu masih sama. Tak ada perubahan meski hanya sedikit saja. Walau benda itu juga telah melewati waktu yang lama, tapi ia, tetap menjaganya.

Tangannya bergerak membuka penutup kotak itu. Saat kotak itu menampakkan isinya, seutas senyuman kecut terukir di wajah manis itu. Kisah cukup memalukan langsung terputar di benaknya. Tak ada yang hilang dari ingatannya tentang hal yang berhubungan dengan 'dia'.

Hari Selasa menjadi hari yang cukup menyebalkan bagi seorang gadis tujuh tahunan itu. Dimana ia akan melaksanakan tugas piketnya diwaktu teman sekelas telah pulang.

Namun, Selasa kali ini berbeda. Jika biasanya ia akan segera menyapu setelah menemukan sapu. Maka tidak dengan hari ini.

Dua orang yang masih berada di kelas, menghalangi pergerakan gadis yang saat ini kembali keluar setelah tadi tiba di ambang pintu.

Ia yang begitu penasaran, membuka pendengaran dan menyipitkan mata berusaha memastikan apa yang sedang mereka lakukan.

Di dalam sana seorang lelaki tengah gugup sejadinya. "Em..aku mau ngomong," ucap Deon akhirnya. Ia berdiri di depan meja gadis itu dengan kotak kecil di tangannya yang sudah ia siapkan beberapa hari sebelumnya. Vrasya menoleh dengan kening mengerut.

"Aku..em..aku suka kamu." Anak tampan itu menyodorkan kotak yang telah ia buka, menampilkan cincin dengan ukuran kecil di dalamnya. Tak lupa huruf 'P' dengan tempelan satu permata di atasnya.

Vrasya mengerutkan keningnya menatap benda bulat sedikit berkilau di dalam kotak itu. Pandangannya bertambah aneh ketika melihat huruf yang menempel di benda itu.

Vrasya mengambil benda itu dan melemparnya ke lantai. Gadis itu tak suka jika ada yang menukar namanya. Meski nyatanya banyak yang memanggil namanya dengan awalan 'P' dibanding 'V'.

"Awal huruf namaku bukan 'P' tapi 'V'!"

Deon terdiam memandangi benda yang ia beli sendiri dengan uangnya, kini benda itu sudah berada di lantai yang kotor nan berdebu. Padahal lelaki itu membelinya setelah mengumpulkan uang jajannya sejak beberapa minggu lalu.

Vrasya mendongak. "Minggir, aku mau lewat!" Vrasya berlalu meninggalkan Deon yang masih tak berkutik.

Alea yang menyadari pergerakan Vrasya bergerak mundur dan bersembunyi di balik dinding di samping kelas satu itu.

Tak lama ia melihat Deon berjalan keluar kelas dengan langkah yang agak lunglai, seperti... kecewa mungkin, terka Alea.

Lala yang baru menemukan sapu mendapati Alea yang tengah bersembunyi. Ia pun menepuk pundak sahabatnya itu hingga membuat Alea sedikit terlonjak kaget.

"Ngapain?" Alea tersenyum kemudian menggeleng dan berlalu meninggalkan Lala menuju kelasnya. Lala mendengus kemudian mengikuti Alea ke kelas yang tak lama juga disusul Odi dan Leo,teman piket mereka lainnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang