Two

47 6 1
                                    

     Dunia tak seindah yang kalian banyangkan ada banyak kejadian yang tak bisa menuntut logika untuk menjelaskannya.

      Dulu....
Kita hidup berdampingan dengan makhluk sihir yang disebut"Mage"dan makhluk tekhnologi atau"zeo"mereka hidup berdampingan menciptakan dunia yang penuh keajaiban.

    Magezeo
Itu adalah namanya,nama dari dunia dimana akal logika kalian tak bisa memahami semua.ilmu pengetahuan dan sihir menjadi satu bahu membahu membangun sebuah dunia yang aman dan damai.

     Hingga... Tiba-tiba sebuah kegelapan menyerang.merasuki pikiran makhluk zeo mengubah semua yang semula damai menjadi benci.peperangan melanda kaum Mage dan zeo.

     Hingga tiba saatnya nanti 5 elements tiba dari kalangan manusia mencoba untuk mencapai sebuah dunia yang damai menemukan kunci dari perdamaian dunia.

    "Ini cerita apaan sih!ngapain juga mama nyimpen dongeng kayak gini" protes Nadine sambil menaruh buku kusam tadi ke tempatnya.

   "Ngomong ngomong,gue juga baru tau ada tempat ini dirumah gue?"guman Nadine.

    Ia berjalan menelusuri.melewati meja kerja mamanya dan sampai pada sebuah foto.foto yang terlihat sangat bahagia.

    "Papa"

    "Sedang apa kamu disitu nad?"sebuah suara sukses membuat Nadine melonjak kaget dan refleks menoleh ke arah pintu.

    "Mama?"

    "Kamu sudah lama disananya?"

     "Hmmm..."

     "Sudah sana!mama mau kerja"usir mama Nadine sambil mendorong tubuh anak sematawayangnya.

     "Hmmm... Mah,sejak kapan mama nyimpen foto papa?setau aku mama benci banget sama papa"

   Deg!

    "Nadine!kamu sudah ngutak ngatik barang mama ya!kamu sekarang sudah tau tempat ini jadi mama mohon jangan sekali kali kamu masuk keruangan mama!"tekan mama Nadine.

    "Tapi ma...."

     "Sudah!sana belajar!"perintah mamanya tegas, mengeluarkan Nadine dari ruangannya dan sesegara menutup pintu ruangan itu.

   "Mama nih.. aneh banget deh hari ini?"

  "PMS kali ya?"batin Nadine dan setelah itu ia pergi ke kamarnya.

                                ~~~
Disaat yang sama....

    "Ranya pulang sama gue aja dah" bujuk Ren memohon pada Ranya.

    "Ogah!sana pergi gue jijik liat Lo,mirip kayak cacing yang Lo bunuh tadi"ucap Ranya menggidik.

    "Ya elah... Masalah itu lagi, udah lupain ajalah itu masa lalu sekarang kita itu harus menatap masa depan" Ren sok bijak sambil menunjuk jarinya ke arah depan seolah olah menunjuk masa depan.

    "Ih!apaan sih Lo ngaco deh!"
   
     "Sana pergi!"usir Ranya sambil terus mendorong badan Ren agar menjauh darinya.

   "Yakin nih mau diusir?kayaknya udah sore mendung lagi"

    "Emang udah sore"

     "Kata Mbah nya Mbah buyut gue,gak baik gadis perawan sendirian dipinggir jalan apalagi udah sore sepi lagi jalanannya."

     "Itu tahayul Ren"ucap Ranya setenang mungkin.

     "Ya terserah lu deh, gua sih gak maksa" ucap Ren seraya menjauh dari Ranya.

    "Oh ya!"langkah Ren berhenti dan menoleh ke belakang.

    "Lo lupa kejadian kemaren? seorang siswi tewas mengenaskan di pinggir jalan"

     "Tepat dijalan yang Lo injek tuh"lanjut Ren ia tersenyum licik kearah ranya dan sekarang ia sudah berlari menuju parkiran karna hujan sudah mulai turun.

    "Eh Ren!tungguin gua..... Gua nebeng deh"teriak Ranya karna tiba tiba-tiba saja hawa dingin menyeruak di sekitarnya dan itu berhasil membuat bulu kuduk Ranya meremang.

   "Dasar cewek lemah"guman Ren sambil tersenyum puas.

   "Lo emangnya tau rumah gue?"tanya Ranya sebelum ia naik ke atas motor Mogenya Ren.

     "Ya nggak lah!makanya itu gue pingin ngatarlo biar tau alamat rumah lo.itung itung biar gue bisa deket sama camer"

     "Ih!Lo modus ya!"

     "Siapa yang modus coba,gue cuma mau pedekaten sama Lo"jelas Ren sejelas jelasnya.

     Dan itu berhasil membuat pipi Ranya merona seketika.

    "Eh jadi naik gak?"tanya Ren yang posisinya sudah diatas motor.

    "Eh iya ya,tungguin Napa?"protes Ranya karna Ren yang sudah naik diatas motor siap nuntuk lepas landas.

    "Pegangan!"teriak Ren karna saat ini mereka sudah melaju dengan cepat menerobos hujan yang semakin deras.

    "Gak mau,modus Lo"

     "Ya udah"serah Ren,ia mengegas motornya lebih cepat.dan itu berhasil membuat Ranya dengan sendirinya memeluk punggung nya.

    "Ati ati donk"Ranya memukul pundak Ren dengan keras.

    "Au!"teriak Ren karna merasa kesakitan.

    "Eh Lo gak papa?"tanya Ranya khawatir.

    "Nggak apa apa,sini!"perintah Ren seraya menarik tangan Ranya dan meletakkannya di perut Ren.

    "Pegangan yang erat gue mau tancap gas!"teriak Ren.

    Dan Ren merasakan pegangan tangan Ranya semakin erat di perutnya.
Ia tersenyum dan itu membuat Ranya tersipu malu.

    "Mana rumah Lo!"teriak Ren karna Meraka masih diatas kendaraan yang sedang ngebut.

   "Itu disebrang jalan!"tunjuk Ranya mengarahkan Ren ke rumahnya.

   Setelah itu ia kembali mengebut dan masuk ke arah kompleks rumah Ranya.

    "Itu!tinggal belok!kearah pagar itu!itu Ren!"

   "Ah berisik tau!"

   "Hahha maap deh"

Mereka tiba dirumah besar nan mewah.mungkin rumah ini satu satunya yang termewah didaerah kompleks rumah Ranya.

   "Wissss...ternyata bener Lo anak konglomerat"ucap Ren sambil terus melihat rumah Ranya yang sangat megah dan tentu sudah memakirkan sepada motornya.

   "Ranya!"
Sebuah suara berhasil membuat Ranya dan Ren menoleh seketika dan melihat sebuah wajah yang sedang cemas memikirkan sesuatu

Another lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang