Keandra Arfan Maheswara.
- Salah satu moswanted di sekolah. ✔ - banyak cewek yang ingin dia
jadikan pacar. ✔
- Jadi pusat perhatian setiap dia
berjalan di koridor sekolah. ✔
- Banyak yang bersorak disaat
bermain basket. ✔
- Juara umum di sekolah. ✔
- Selalu di pandang dengan tatapan
memuja. ✔Dan andai semua itu benar adanya andai keinginannya itu bisa menjadi nyata.
Andai Keandra itu memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan....
Keandra hanya bisa berucap 'andai'
Karna semua itu hanya sebuah harapan. jangankan jadi pusat perhatian, ada teman cewek satu kelas yang mencuri-curi pandang padanya saja dia hanya mampu berharap.
Berjalan di sepanjang koridor sekolah dia hanya mampu menunduk tak berani melihat kiri atau kanan karna Kean terlalu takut mendapati kenyataan bahwa tatapan yang mereka berikan bukan sebuah tatapan memuja hanya tatapan jijik, mencibir tentang gaya berpakaina dan semuanya yang melekat pada tubuhnya.
Keandra menghembuskan nafas pelan kembali ketempat yang menyimpan banyak kenangan yang kurang menyenangkan itu butuh perjuangan tapi demi ijazah yang membutuhkan waktu tiga puluh enam bulan untuk mendapatkannya Keandra menekan sedikit rasa sesak itu.
"hanya sebentar" batinya terus merapalkan mantra itu dari gerabang hingga dia berdiri di lantai dua gedung sekolah tempatnya menimba ilmu demi satu cita-cita yang dia harap bisa terwujud selain menjadi orang yang banyak di kenal masyarakat.
"misi kak" Keandra yang sedang melihat kerumunan orang-orang di lapangan perlahan membalikan badan saat satu suara menyapa indra pendengarannya.
"ya"
Hanya itu yang keluar dari mulutnya karna kini di depannya sudah berdiri satu orang cewek cantik berkulit kuning langsat dan tolong garis bawahi cewek! yang bahkan teman satu kelasnya saja tak pernah ada yang menyapa jika bukan ada tugas kelompok.
Cewek itu menggunakan seragam putih biru mengangsurkan buku juga alat tulis tak lupa ada senyum yang dia tampilkan saat berucap..
"kak boleh minta tanda tangan?"
kendra bergeming 'tanda tangan' dia mengulang kata itu dalam pikirannya. Dari sekian banyak orang yang berdiri di pagar pembatas lantai, Kean menjadi salah satu yang di mintai tanda tangan. tersenyum tipis serta menggeleng pelan Kean tetap mengambil buku yang masih menggantung di udara.
"Kinan, ngapain minta tanda tangan sama yang cupu"
Samar, Kean mendengar kaliamat itu saat tangannya masih menggoreskan alat tulis diatas buku bergaris yang masih bersih, belum terdapat tulian lain di sana tapi Kean tidak tau di halaman sebelumnya sudah berapa banyak yang mengisi setiap halaman.
"maaf kak....." Kean diam, 'apa buku ini akan di ambil lagi? Apa anak ini menyesal sudah meminta tanda tangannya?" meski pikiran itu terus berada di otaknya tapi tangan Kean tetap menggoreskan tinta di atas kertas putih karna tinggal satu garis lurus untuk menjadi sebuah 'tanda tangan'
"boleh sekalian tulis motifasi kakak selama sekolah di sini dan setelah lulus nanti?" bibir Kean melengkung sedikit membentuk senyum tipis saat mendengar kalimat itu, mengangkat kepalanya sebentar, mengangguk pelan lalu menuliskan apa yang murid baru itu minta lalu menyerahkan buku itu kembali pada pemiliknya.
"makasih kak" Kean tersenyum dan mengangguk pelan. Kinan pergi setelah membalas anggukan itu sebelum pergi kearah kerumunan yang berada di sebelah kanan.
"kebiasaan deh suka mandang fisik" Kean semakin mengembangkan senyum saat cewek yang bernama Kinan mengucapkan kata itu, meski pelan tapi Kean masih bisa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penguasa Hati
Hài hước"menikahlah dengan ku" Kinan mengernyit saat mendengar kalimat itu. Mereka baru bertemu beberapa kali dan laki-laki itu tanpa tedeng aling-laing mengajaknya menikah "gila apa itu orang?" pikirnya. Kinan diam, bahkan untuk membuka mulut 'pun rasanya...