..
.
Cai Xukun menghela napasnya dengan kasar. Ia kemudian mengusap wajahnya dan menatap Taehyung yang tengah tertidur. Tangannya terangkat kemudian membelai rambut Taehyung dengan lembut. Sangat jelas terlihat rasa khawatir dan frustasi di wajah tampan pemuda pirang itu. Xukun perlahan menurunkan tangannya, menatap jendela kecil tak jauh darinya untuk perlahan memperhatikan awan di langit yang perlahan bergerak menjauh.
"Jadi..." suara Xukun terdengar pelan.
"Master, ada apa denganmu? Terakhir kali aku melihatmu seperti ini adalah saat kita berada di Lembah Awn. Bahkan kejadian itu membuat bibimu sendiri tewas." Xukun kemudian menunduk, ia memejamkan matanya sambil menumpukan kepalan tangannya di dahi.
"Hah... Ada apa sebenarnya? Kau tiba-tiba menggunakan energi wizard-mu sejak dua hari lalu. Kau bahkan membiarkan wanita itu mengetahui tempat kita karena energimu." Xukun semakin memelankan suaranya. Ia sama sekali tidak peduli Taehyung akan mendengarnya atau tidak. Yang jelas menurut Cai Xukun semua ini terlalu rapi jika dikatakan kebetulan.
"Dan apa yang harus ku katakan pada Jungkook tentang kondisimu. Dia pasti--"
Xukun tiba-tiba menghentikan kalimatnya. Ia berdiri dengan cepat dan menatap Taehyung yang masih tertidur dengan pandangan tidak percaya.
"Master, apa jangan-jangan kau--" Cai Xukun mundur beberapa langkah kemudian berbalik.
"Sejak awal kau memang tahu 'kan?" Xukun melanjutkan tanpa sedikitpun melihat ke arah Taehyung.
"Sejak awal kau memang sudah tahu dan merencanakan ini semua?"
"Sialan!" Xukun meremas rambutnya dengan frustasi saat tiba-tiba ia memikirkan satu hal.
Dengan langkah tergesa, Xukun berjalan menjauhi Taehyung dan membuka pintu gubuk dengan kasar. Ia bahkan tak menoleh sedikitpun saat menutup kembali pintunya. Bahkan Cai Xukun tak pernah tahu jika saat dirinya mengumpat tadi, Taehyung tengah membuka matanya dan memperhatikan Xukun yang tengah terkejut.
"Maaf," Taehyung bergumam pelan saat ia yakin tak ada yang mendengar suaranya.
*****
Suasana malam ini terasa lebih sunyi. Semua orang enggan berbicara ataupun membahas semua kejadian siang tadi. Hoseok yang biasanya selalu ceria dan memiliki banyak topik pembicaraan kini hanya terdiam. Pemuda itu tengah mengenakan tudung pakaiannya dan membuat api unggun. Menjaga api agar tetap menyala dan membuat mereka merasa hangat. Di sisi lain, Jimin yang terbiasa menggoda Yoongi kini hanya menatap pemuda berambut hitam disampingnya sambil tersenyum. Yoongi yang tengah membereskan barang-barangnya terlihat sangat menggemaskan bagi Jimin.
"Kalau kau tetap manatapku dengan senyum mesum seperti itu, aku akan mengambil kedua matamu dengan tanganku sendiri." Yoongi melirik sinis pada Jimin yang semakin melebarkan senyumnya.
"Kalau senyuman ini adalah senyum mesum, lalu bagaimana dengan senyum mempesona? Atau kau mau melihatku tersenyum tampan?" Jimin menggeser duduknya mendekati Yoongi.
"Tetap di sana atau aku akan membuatmu menyesal." Yoongi mengacungkan pisau kecil yang ia ambil tak jauh darinya.
"Oh ayolah. Mengikuti kalian adalah keputusan terberat untukku. Tapi, aku tak menyesal jika kau ada dalam kelompok ini." Jimin mengusak rambutnya kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Yoongi.
"Astaga, orang ini." Yoongi memejamkan matanya dengan perasaan dongkol. Ia enggan meladeni manusia bernama Park Jimin sebenarnya. Hanya saja, ia tak mungkin membiarkan dirinya jadi objek mesum pria itu 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard [Taekook] END ✓
FanficJeon Jungkook, anak matahari yang ditakdirkan menjadi bulan. Anak bungsu pemalu yang ditakdirkan hidup mandiri. Mencari sang matahari untuk menyempurnakan sinarnya, yang sebenarnya tanpa ia sadari sang matahari selalu berada disampingnya, melindungi...