Vina

494 50 10
                                    

Tinggalkan jejak votE & komen.
🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆





Vina yang baru membuka pintu rumahnya terdiam sesaat, matanya mengedar ke seluruh penjuru ruang. Dia terdiam sejenak, memang dia akui, rumahnya selalu berantakan, namun ini? Seperti kapal pecah. Semua perabot hiasan pecah berserakan di lantai.

Vina memincingkan bibirnya, "Papa dan Mama bertengkar lagi," gumamnya lantas menuju kamarnya.

Belum sampai menuju kamarnya, lebih tepatnya depan kamar Mamanya, Vina penasaran mendapati pintu kamar Mamanya terbuka sedikit. Suara tangisan Mamanya terdengar, Vina mengintip dari celah pintu yang terbuka. Matanya lalu membulat sempurna. Dia syok.

Sungguh Vina sangat terkejut mendapati mamanya yang hendak bunuh diri dengan cara gantung diri. Vina lantas menerobos masuk lalu mencegah Mamanya.

"Ma, apa yang mama lakuin? mama jangn nekat Ma?" pekik Vina histeris menggagalkan aksi nekat Mamanya.

"Mama udah gak kuat Vin," keluhnya meratapi nasipnya.

Vina memeluk Mamanya erat, Vina menangis sejadi jadinya, dikecupnya berulang puncak kepala Mamanya.
Mencoba menenangkan Mamanya.

"Ka-kalau Mama gak ada, Vina sama siapa Ma?" ucapnya menyayangkan perbuatan Mamanya.

"Papamu tadi bawa perempuan ke rumah Vin, Trus papamu mau menceraikan Mama, Vin." Ucapnya sambil menangis.

"Vina mohon Ma, jangn lakuin hal kayak tadi. Kalau mama nggak sama Vina, Vina mau jadi apa nanti Ma? mama apa gak sayang lagi ama Vina?"

Mendengar penuturan Vina, Mamanya hanya menggelengkan kepalanya. Menyesali apa yang hendak dia lakukan tadi.

Sumpah, hati Vina sebenarnya rapuh dari yang terlihat. Keluarganya jauh dari kata harmonis. Vina berasal dari keluarga berada, ekonominya sangat baik. Papanya pengusaha sukses, namun dia gila perempuan.

Vina kurang perhatian dari Papanya.

Setelah kondisi mamanya mulai tenang dan mamanya tertidur pulas, Vina keluar dari kamar Mamanya sambil membawa tali untuk gantung diri mamanya tadi.

Ia berjalan gontai menuju kamarnya, duduk di pinggiran ranjang. Sejenak ia termenung. Air matanya tumpah kala terlintas kejadian barusan. Terlambat satu menit saja dia sudah kehilangan orang yang paling dia sayangi, Mamanya.

Pukul sembilan malam, Vina keluar dengan mobilnya, mencoba menenangkan diri menuju Cafe yang sering ia datangi waktu weekend.

Vina baru saja duduk menunggu pesanannya datang, namun bukannya ketenangan, justru yang dia dapatkan sebuah pukulan keras untuk hatinya. Hatinya teriris, sakit.

Bagaimana tidak, Vina mendapati seorang paruh baya sedang merangkul, memeluk bahkan berciuman bibir dengan wanita di meja ujung pojok kanan belakang. Papa Vina.

Vina menggelengkan kepalanya, emosinya meluap kala itu, dadanya terasa terbakar mendapati Papanya bercumbu dengan seorang wanita muda, bisa di bilang lebih muda dari Vina. Wanita itu tidak malu-malu mencecap bibir papa Vina di tempat umum seperti ini.

"JALANG!!" umpat Vina lantas menghampiri mereka.

Brakk!!

Vina memukul meja itu dengan tangan kirinya keras, sampai piring,gelas dan sendok berdenting.

"PAPA!!"

Vina berteriak. Teriakannya membuat semua pengunjung menyorotinya. Termasuk Leo yang baru saja datang sendirian, untuk bertemu seseorang.

"Jadi lo Jalang yang udah ngerayu bokap gue!" tunjuk Vina tajam.

Papa Vina berdiri dari duduknya. Malu, sudah pasti itu yang telukis di wajah papanya.

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang