Jum'at mubarokah. Sejak fajar kadzib membentang tadi, Nafisah sudah bangun dari tidurnya, lalu mengambil wudhu' dan pergi ke mushollah dan mendirikan sholat tahajjud. Sedikit demi sedikit santri puteri PP Nurul Huda berdatangan untuk ikut melaksanakan sholat tahajjud juga dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah.
Memang sudah menjadi tradisi di Nurul Huda, setiap jum'at pagi, membaca surah Al Kahfi dan setelah itu, semua santri keluar dari pondoknya masing-masing untuk membersihkan seluruh sudut pesantren secara gotong royong. Hari menjelang pagi yang cerah. Matahari terbit, menyingsing dari ufuk timur. Terik cahayanya menghangatkan tubuh dan membangkitkan semangat untuk segera menyelesaikan tugas pagi itu.
Menit demi menit terlewati. Seiring semakin tingginya posisi matahari dan panasnya cahayanya, bersih-bersih pun diakhiri. Semua santri kembali ke pondok masing-masing dan bersiap-siap untuk menunggu orang tua masing-masing yang akan mengunjungi mereka. Sudah tiga bulan orang tua Nafisah tak berkunjung ke pondok setelah mengirim untuk kali keduanya pada bulan April lalu, untuk tahun kedua Nafisah di pesantren.
Saat Nafisah sedang bersama Anna yang juga tidak dikunjungi hari ini, ada seorang temannya yang memanggilnya untuk segera ke posko pengiriman. Sungguh, Nafisah benar-benar tak menyangka saat melihat ayah dan ibunya berdiri menyambut kedatangannya di posko pengiriman santri putri.
Sesaat kemudian, Nafisah sudah berada dalam dekapan hangat mereka berdua. Oh Tuhan, tak terbayang seberapa bahagianya hati Nafisah saat mendapat kejutan seperti ini.
Nafisah menatap lekat-lekat wajah kedua orang tuanya itu. Rasa rindu yang telah lama tersimpan di hatinya, kini telah terobati karena kehadiran ayah dan ibunya. Terima kasih tuhan, engkau telah menjelmakan kebahagiaan itu dalam hidupku hari ini. Batin Nafisah berbisik.
"Ibu... ayah... Nafisah kangen..."
"Iya, ayah dan ibu juga kangen sama kamu. Gimana kabarmu nak? Kau baik-baik saja?"Visual Hasan, ayah Nafisah.
Visual Nariyah, ibu Nafisah
Siapa tahu, ada yang kangen wajah Nafisah. Nih...
Nafisah, diikuti ayah dan ibunya beranjak, mencari tempat yang kosong untuk ditempati mereka duduk. Setelah menemukan tempat di pojokan posko, yang berdekatan dengan jendela, mereka bertiga duduk. Tak henti-hentinya Nafisah menatap wajah keduanya.
"Nafisah baik bu... yah..."
"Gimana, udah ada lelaki yang bisa dibuat mantu sama ayah dan ibu?"
Ucap Hasan seraya menyunggingkan senyum di wajahnya. Menggoda Nafisah.
"Ayah, kok nanyanya gitu?" Nafisah tampak malu-malu kepada Hasan dan Nariyah.
"Siapa tahu saja... ayah sudah tak sabar ingin punya mantu..." Goda Hasan lagi.
"Ayah.... Nafisah kan baru kelas dua MTs, masak udah mau punya mantu...?" Rengek Nafisah.
"Ayah penasaran saja, siapa yang akan jadi suami kamu nantinya nak. Apalagi melihat wajah anakku ini yang semakin cantik saja..." Nafisah tersipu malu mendengar pujian Hasan.
"Udah udah... jangan hiraukan apa kata ayahmu..." Nariyah menengahi.
"Ayah hanya bercanda nak... gak usah cemberut."
"Ayah... bikin Nafisah takut deh..."
"Kenapa harus takut nak?"
"Nafisah belum siap saja. Lagian Nafisah masih enak-enak aja disini. Nafisah masih ingin melanjutkan MA disini yah..."
"Sungguh?" Tanya Hasan tak percaya.
"Iya..." Nafisah menjawab dengan sangat yakin.
"Alhamdulillah..."
Tahmid pun terdengar di telinga Nafisah. Nariyah dan Hasan senang dengan jawaban Nafisah yang sangat yakin itu. Rasa khawatir mereka berdua pun mulai berkurang, melihat kondisi buah hatinya yang sudah mulai menginjak remaja itu, dan bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungan barunya di Nurul Huda. Kalian pasti mengerti lah, orang tua mana yang sanggup berpisah dari anak-anaknya. Hanya sabar dan positif thinking--percaya bahwa anaknya akan baik-baik saja, yang mampu membuat mereka tak begitu mengkhawatirkan anak-anaknya.
Perbincangan terus berlanjut, dan tentunya tetap disertai dengan tawa-tawa renyah mereka bertiga. Sudah lama Nafisah tak merasakan kehangatan bersama keluarganya. Hari itu, benar-benar menjadi hari bahagia untuk Nafisah.
Setelah beberapa saat saling melepas rindu, Hasan dan Nariyah neminta untuk diantar menemui kyai Luthfan serta keluarganya. Memang setiap mereka berkunjung ke pondok, tidak akan pernah luput untuk menyempatkan sedikit waktunya untuk sowan ke dhelem (madura.red/rumah kediaman kyai beserta keluarga).
***
Waktu terus berlalu. Ujian akhir semester genap baik di jenjang sekolah formal maupun diniyyah, mulai digelar. Acara demi acara musabaqah dilaksanakan untuk memeriahkan akhir tahun mereka. Diantaranya musabaqah qiroatul kutub untuk semua jenjang di madrasah diniyyah.
Dan saat pengumuman juara lomba Nafisah dan Anna termasuk ke deretan pemenang lomba. Senyum-senyum indah menawan telah mengembang dari bibir keduanya. Keduanya juga berpelukan dengan sangat erat. Kebahagiaan itu juga mengalir pada kedua orang tua Nafisah yang kebetulan hadir saat acara haflatul imtihan, dan keluarga Anna yang berhalangan untuk hadir karena tiba-tiba mendapat musibah.
Susah dan senang pasti selalu menghiasi jalan mereka menapaki kehidupan dunia yang penuh dengan fatamorgana ini. Tawa dan air mata pasti selalu menemani perjalanan mereka. Melawan kejamnya dunia kepada mereka berdua yang seolah tak pernah mau berada di pihak mereka. Mereka selalu berada dalam kondisi yang membuat mereka salah.
Tapi Alhamdulillah dengan kesabaran dan ketabahan hati yang selalu mereka tanamkan dalam hatinya, meski itu sangat sulit untuk mereka lakukan, mereka bisa melewati semuanya. Hingga tanpa terasa Nafisah dan Anna sudah melewati masa MTs-nya di Nurul Huda, dan sekarang mereka sudah berada di bangku MA Nurul Huda, tapi dengan jurusan yang berbeda. Karena penentuan jurusan di seleksi dengan tes, Nafisah diterima di jurusan IPA, sedangkan Anna di jurusan IPS.
****
End...
See you next part guys...
Don't forget to vote and comment!Salam dari aku, khairotinnajmah
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahiidah (Tamat)
Сучасна прозаCerita ini menceritakan tentang perjalanan seorang santri dalam menempuh jalan hidupnya, tidak terkecuali kisah percintaannya, hingga ia menemui ajalnya, karena tragedi yang terjadi di pesantren, dan semoga, ia ditakdirkan untuk menjadi seorang Syah...