Kayanna memutuskan untuk keluar kelas menemui Junior setelah Dara melengos begitu saja, pergi tanpa pamit sembari menggendong tas ranselnya.
" Jun, " Kayanna memanggil Junior yang tentunya tidak digubris oleh pria itu.
" Jun, ada yang mau gue omongin." Junior yang ingin beranjak segera dicegah oleh Kayanna yang menarik tangannya.
" Apa?"
" Gimana soal les?"
" Gak gimana-gimana."
" Lo jadi ngajarin gue kan?"
" Enggak. Kan udah gue bilang kemarin."
Kedua bahu Kayanna mendadak turun. Raut wajahnya yang tertunduk berubah menjadi sedih dan kecewa.
" Muka lo gak usah dijelek-jelekkin gitu. Udah jelek tambah jelek." Baru kali ini ada yang mengatakan bahwa gadis itu jelek. Hanya Junior.
" Makannya ajarin gue! Lo kan udah janji!" Kayanna mendongak kearah Junior.
" Kenapa sih maksa?"
" Ya, karena gue pengin."
Sekonyong-konyong terdengar suara bel masuk kelas yang mungkin bisa menyelamatkan Junior dari Kayanna.
" Udah bel, gue mau ke kelas."
Kayanna sudah kehilangan akal untuk membujuk pujaan hatinya itu. Mungkin dengan bersimpuh di depan kaki Junior dapat meluluhkan hati pria tersebut.
" Jun, please ajarin gue belajar ya... Jangan cabut perkataan lo please..."
" Jangan paksa gue, Kay."
" Junior!! Ajarin gue!!!" Kayanna merengek dan menggoyang-goyangkan kaki Junior— mirip seperti anak kecil yang meminta mainan kepada Ayahnya.
Junior yang mulai risih karena ia dan Kayanna dijadikan tontonan seru para murid, akhirnya mengalah. Ini adalah satu-satunya cara agar ia tidak mendapatkan malu di depan banyak orang.
" Gue bakal ngajarin lo. Udah deh bangun. Malu dilihatin orang," ujar Junior pelan.
" Beneran Jun?"
" Hmm,"
" Yeaayyy!!" Kayanna bangkit dari posisinya lalu berteriak kegirangan. Gadis ini sudah tidak mengenal lagi kata malu ketika dirinya sudah mengenal kata cinta. Pertama kalinya ia melakukan berbagai kegilaan ini. Berbagai cara sanggup ia lakukan untuk mendapatkan hati pangerannya. Persetan dengan dampak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Setelah para penonton merasa kecewa karena pertunjukan sinetronnya sudah selesai, mereka pun memutuskan untuk bubar barisan.
" Gila ya lo."
" Gue?" Tunjuk Kayanna kepada dirinya sendiri.
" Iya lah." Junior beranjak menuju kelasnya. Bel masuk sudah berbunyi sedari tadi. Tidak akan ia melewatkan pelajaran satu detik pun. Menurutnya, belajar itu adalah salah satu kunci kesuksesannya untuk meraih cita-citanya—menjadi seorang dokter dan jangan lupa, ia juga ingin merangkap sebagai atlet basket.
" Gue gini juga gara-gara lo." Jawab Kayanna pelan sambil menatap Junior yang semakin menjauh dari penglihatan.
***
Pelajaran sedang berlangsung. Tetapi pikiran Junior selalu tertuju kepada gadis yang bernama Kayanna. Entah apa yang membuatnya sampai berpikir seperti itu." Woy, jangan ngelamun aja napa. Ntar kesurupan baru tau rasa." Bisik Digo yang duduk di sebelahnya.
" Bawel ah. Gue lagi mikir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Verruckte Liebe
Teen FictionBermula dari seorang cewek yang tergila-gila kepada cowok dingin yang masuk ke sekolah barunya. Junior yang apapun kosakata yang ia keluarkan, nada bicara dan ekspresinya tetap sama. D A T A R.