24

1.4K 83 6
                                    

Ayra Pov's

Pulang sekolah ini harusnya gue nonton match abang gue sama suami gue di istora. Tapi apa daya, tubuh gue berkata lain. Gue harus pulang ke rumah karena badan gue gak enak banget.

"Gue anter ya Ra." kata Fanya.

Gue hanya mengangguk lemah aja. Kebetulan Fanya hari ini bawa mobil juga jadi gue lebih enak daripada harus nunggu Ibu jemput.

Gue pun pulang ke rumah di anter Fanya. Sepanjang perjalanan yang gue pikirin adalah alasan yang bakal gue utarain ke A Fajar kenapa gue gak nonton pertandingannya.

Gue gak mau bilang kalo gue sakit. Takut itu nanti mengganggu konsentrasi dia. Apalagi ini masih babak awal.

"Napa lo? gelisah amat." kata Fanya dengan mata yang fokus pada jalanan.

"Gue bilang apa ya ke A Fajar?"

"Ya bilang lo sakit lah." kata Fanya.

"Gak bisa. Nanti ganggu fokus dia."

"Jujur aja sih. Kalo lo bohong terus dia tau malah bikin fokusnya ke ganggu." kata Fanya.

Gue menghembuskan nafas kasar. Gue takut A Fajar malah khawatirin gue.

"Nanti gue bilangin okey. Dah sana lo turun gue mau ngeistora sana sana."

Fanya mengusir gue dari mobilnya karena emang udah sampe di rumah gue. Gue pun turun dengan lemas.

"Get well soon beb. Bye!" kata Fanya lalu pergi bersama mobilnya.

Gue berjalan masuk ke rumah dengan langkah yang lemas. Gue gak kuat untuk naik ke atas kamar gue. Jadinya gue langsung rebahin diri di sofa ruang tamu gue aja.

Baru aja gue merem, tiba tiba ponsel gue berdering menandakan telpon masuk. Gue kira ini A Fajar yang bakal nanyain kenapa gue gak dateng ke istora.

"Ra abang lo udah main nih. Kok lo gak keliatan ada di istora?" tanya seseorang di seberang sana.

"Gue gak ke istora Lif. Badan gue gak enak." jujur gue.

"Lo sakit? kok gak bilang gue sih?"

"Dih ngapain juga gue bilang ke lo." kata gue dengan serius yang di buat bercanda.

"Ya biar gue gak ke istora lah hehe." kata Alif.

Gue gak ngerti sih apa maksudnya jadi gue cuma bergumam aja.

"Ah yaudah dah Bye!" Lalu Alif memutuskan sambungan sepihak.

Setelah Alif memutuskan sambungan sepihak, Ibu dateng menghampiri gue. Ibu memegang dahi gue untuk mengecek suhu tubuh gue.

"38,3 nih." kata Ibu.

Gue cuma cengengesan aja denger terawangannya.

"Sok tau ibu ih." kata gue.

Lagian inu cuma ngecek pake tangannya aja masa bisa tau segitu suhunya.

Ibu cuma bales ucapan gue dengan senyuman hangatnya.

"Mau dimasakin apa biar makan?" tanya Ibu karena ibu tau daritadi pagi gue susah makan.

"Hmm yang ada kuahnya aja bu seger kayaknya." kata gue walaupun gue gak tau nantinya itu makanan bakal masuk apa enggak ke perut gue.

"Yaudah Ibu masak ya." Ibu pun pamit ke dapur untuk masak.

Gue memilih untuk tidur karena gak ada yang bisa gue lakuin selain itu.

Rasanya baru sebentar gue tidur tapi tiba tiba Ibu udah bangunin gue untuk segera makan dan lagi ibu gak sendiri. Ada seseorang yang gue kenal disana. Bukan A Fajar tapi Alif.

"Ngapain lo kesini?" tanya gue heran.

"Jenguk lo lah." kata Alif.

"Bukannya lo di istora?"

"Gak jadi nontonnya. Ada yang lebih penting." kata Alif.

"Apaan?" gue menyuapkan sup yang ibu udah siapin ke mulut gue.

"Lo."

"Hah?" tanya gue bingung.

"Budek lo. Nih gue bawain makanan buat lo."

Alif menyerahkan kantong plastik berisi makanan ringan yang banyak. Gue cuma bisa bilang makasih aja. Selanjutnya kita cuma ngobrol ngobrol santai.

Tiba tiba aja pintu rumah gue terbuka secara di dobrak. Bikin gue yang ada di ruang makan kaget terperanjat. Alif pun sama kagetnya kayak gue.

Gue panik melihat seorang pelakunya, A Fajar. Sedangkan pelakunya menatap gue dan Alif dengan marah.

Dia nyamperin gue dan Alif yang lagi di ruang makan dengan langkah penuh emosi. Begitu sampai dia langsung menarik kerah bajunya Alif. Bikin gue refleks berdiri ingin memisahkan tapi takut.

"Lo jangan deket deket Ayra lagi. Dia milik gue." gue mendengar penekanan di tiap kata yang A Fajar lontarkan.

Sedangkan Alif tersenyum sinis.

"Cuma pacaran dan lo udah nge-klaim Ayra milik lo?" kata Alif menatap A Fajar sengit.

A Fajar gue liat dia gak jawab apa apa dan langsung menghempas cengkramannya pada kerah baju Alif.

"Serius Ra? lo semurah itu mau di klaim padahal cuma pacar?" tanya Alif pada gue.

Gue gak mengerti kenapa Alif bicara kayak gitu. Kenapa dia malah semakin memancing emosi A Fajar.

Sejujurnya tubuh gue gak kuat buat ngadepin kayak ginian. Gue lemes banget.

"Stop Lif. Pergi dari sini." ucap gue yang terlihat seperti memohon.

Gue gak mau ada baku hantam disini. Gue tau laki laki ketika gak bisa kontrol emosinya pasti akan melayangkan satu bogeman. Yang gue tau Alif sedang memancing amarah A Fajar dan gue takut A Fajar kelepasan.

"Jangan mau di klaim kayak gitu Ra. Lo perempuan punya harga--"

"LIF PERGI DARI SINI." teriak gue akhirnya.

Alif hanya menatap gue dengan tatapan yang gue gak bisa artikan lalu dia pergi dari rumah gue.

Sekepergian Alif gue masih melihat sorot mata A Fajar yang marah.

"Bagus ya. Gak nonton pertandingan suaminya terus malah berduaan sama cowok lain." kata A Fajar lalu ia pergi ke kamar gue.

Gue kembali mendudukkan tubuh gue di kursi makan. Gue butuh menenangkan diri gue sebelum menghadapi A Fajar yang pasti emosinya menggebu gebu. Ditambah kondisi badan gue yang enggak fit dan sekarang air mata gue ikut turun yang pastinya bikin gue makin lemas.

●●●

Update lagi heheheh

makasih bgtt bgt yg udah baca dan mau meninggalkan jejak. semoga kalian selalu bahagia hueheh

btw aku seneng kalo ada yang komen. jadi dikomen juga yahh!!!

Too Young To DipinangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang