30

86 5 0
                                    

Mereka berdua sampai.

Tempat parkiran mobil itu kelihatannya terlalu sempit. Terlihat saat Rio dan Nisa berdesakan keluar dari mobilnya diantara banyaknya mobil mobil yang terparkir disana.

"Eh,kayaknya udah banyak yang nonton deh,dapet kursi gak ya?"ucap Rio khawatir.

"Insyaallah dapet kak, masuk dulu yuk".

"Bismillah aja ya."ucap Rio lagi.

Mereka berdua masuk kedalam gedung yang disambut manis dengan penjaga keamanan disana. Rio berjalan didepan Nisa dengan membawa jajanan ringan milik mereka.

Di sana,seperti ruangan besar, terlihat sudah padat orang orang. Kursi kursi hampir semuanya berisi sampai sampai Rio dan Nisa kebingungan mencari kursi yang masih kosong. Rio beberapa kali melihat ke kiri dan kekanannya,sesekali melihat ke depan ujung sana.

Tampa berfikir panjang,Rio menggenggam tangan Nisa dan melewati padatnya kerumunan orang orang,ia berusaha menerobos orang orang untuk duduk diujung sana,tepatnya tiga buah kursi kosong. Cukup untuk mereka berdua.

Ihsan maulana mustofa singkatnya IMM sedang duduk disudut ruangan sana bersama semua rekan rekannya, tentunya mereka mempersiapkan semua sesuatu yang akan mereka perlukan untuk menghadapi turnamen yang tinggal beberapa jam lagi.

Penerangan lampu di kursi para penonton tidak terlalu terang namun Ihsan dapat melihat jelas satu satunya gadis berhijab disana. Bersyukur sekali rasanya, hari ini tak ia sangka sebelumnya bertemu orang yang sudah lama ia ingin temui. Ihsan terus saja memperhatikan wanita berhijab itu berharap bahwa seseorang yang dilihatnya akan melihatnya juga. Namun janggal dihati Ihsan, genggaman tangan itu, genggaman itu mengusik mata dan hatinya. Banyak prasangka sekarang mengelilingi pikirannya. Bagaimana bisa bergenggaman?,apakah mereka..... Tidak tidak.

"Apa yang kamu lihat nyata,"ujar Jhonatan menepuk bahu Ihsan.

"Sok tau kamu."elak Ihsan.

"Jangan pikir gua gak tau apalagi sok tau. Kita sama sama punya mata, sama sama punya hati, sama sama cowok, sama sama duduk disini, sebelahan, di satu ruangan dan kita sahabatan. Masa iya gua gak tau perasaan lo."jelas Jhonatan yang membuat Ihsan terdiam kaku. Apa yang diucapkan Jhonatan memang benar adanya. Ihsan tidak bisa membohongi perasaannya saat ini bahwa dia memang hancur melihat itu.

"Tapi gua yakin Nisa gak gitu orangnya."lanjut Jhonatan berusaha menenangkan Ihsan.

"Gua lambat Jho, gua terlalu sibuk sama kerjaan gua. Bahkan gua gak kontekan sama sekali sama Nisa. Sekarang gua gak tau gimana lagi."

"Gua paham San perasaan lo, tapi gua gak mau gara gara ini lo jadi gak semangat gak konsen nanti. Gua yakin mereka cuma temen,semangat dong."jelas Jhonatan.

"Iya Jho."

"Singkat amat ngejawabnya. Habis turnamen gua minta lo temuin Nisa. Tanya apa yang pengen lo tanya. Gua gak bisa temenin lo, ini tentang kalian berdua."ujar Jhonatan menepuk bahu Ihsan pelan kemudian tersenyum sedangkan Ihsan hanya membalasnya kembali dengan senyuman.

                               *****

"Maaf Nis, kakak tidak bermaksud megang megang tangan kamu. Ee... Kakak... Cuma takut kamu .....gimana ya jelasinnya ke kamu."Ujar Rio khawatir Nisa akan membencinya, karena sampai saat ini dia masih menghormati Nisa dengan sikapnya.

"Hmm, tidak apa apa kak, bukan salah kak Rio juga."ucap Nisa tersenyum kemudian duduk yang dilanjutkan oleh Rio.

"Kamu kok malah senyum senyum sih Nis, kamu tau nggak kalau senyum kamu itu buat orang yang ngeliatnya pengen cubit pipi kamu."

Karena Allah(IMM)[SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang