Aku Sayang Bunda

48 1 0
                                    

Aku menatap layar laptop yang sedang menayangkan drama Korea kesukaanku yaitu Drama It's Okay to Not Be Okay yang memang sedang digemari pencinta drama internasional, saat berada di adegan yang menegangkan tiba-tiba terdengar suara bunda yang memanggilku dari balik pintu kamarku. Aku menekan tombol pause dan segera membuka pintu,"kenapa bun?" tanyaku sedikit kesal.

Bunda menyodorkan uang lima puluh ribu,"beli gula sana," ujar bunda.
Aku mengambil uang tersebut dan berjalan dengan langkah ogah-ogahan. "Kenapa sih pas lagi bagian seru selalu diganggu," ujarku dalam hati.

Aku berjalan menuju minimarket dekat rumah dan membeli 1 kg gula. Dengan Langkah tergesa aku keluar dari minimarket, masuk ke rumah, dan segera meletakkan gula di atas meja makan. Aku langsung menuju ke kamarku untuk melanjutkan menonton drama.

Saat sudah berada di depan kamar suara bunda kembali terdengar,"Git, tolong bunda angkat jemuran!" seru bunda dari arah dapur.
Aku menghela nafas dan melangkahkan kaki ke depan rumah. Aku mengambil jemuran dengan asal-asalan agar cepat selesai, lalu meletakkannya di tempat setrika.

Aku memang harus membantu bunda karena saat ini bunda bekerja sehingga tidak bisa selalu mengurus pekerjaan rumah. Sudah setahun sejak kepergian ayah, aku tentu saja tidak bisa membiarkan bunda bekerja sendiri.
Tapi rutinitas ini mulai membuatku sebal karena aktivitasku mulai terganggu, waktu untuk melakukan kegiatan pribadiku menjadi berkurang. Aku melihat ke arah jam, ternyata sudah pukul 16.00 WIB. Aku tersenyum dan langsung berlari ke kamar untuk berganti pakaian.

Aku akan pergi dengan Rama pacarku, hatiku berbunga-bunga setiap kali kami akan kencan. Baru 1 bulan sejak kami memulai hubungan ini, tapi dia sudah bisa membuatku senang begini. Setelah berganti pakaian, aku mematikan laptop dan meletakkannya di meja belajar.

"Bun, aku pergi dulu ya," pamitku pada bunda.
"Kemana? Sama siapa?" tanya bunda.
"Sama teman, mau kerja kelompok," bohongku. Bunda memang belum mengetahui apapun tentang Rama. Aku ragu untuk memberitahu bunda karena memang dari awal bunda tidak mengizinkanku untuk pacaran.

"Jangan malam-malam pulangnya," ujar bunda. Aku hanya menganggukkan kepala dan melesat pergi. Di depan gerbang rumahku terlihat sebuah mobil Fortuner hitam yang terparkir, itu adalah mobil Rama aku hapal sekali plat mobilnya.

Aku membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. "Maaf ya lama nunggu," ujarku.
"Gak papa kok," jawab Rama sambil tersenyum manis ke arahku. Hatiku seketika meleleh melihat senyumnya itu.

Sebelumnya, perkenalkan namaku Brigita Maharani. Aku berumur 20 tahun, ini adalah tahun pertamaku di universitas. Kehidupanku biasa-biasa saja sama seperti remaja usia 20 tahun lainnya, namun sebagai seorang Aquarius aku mendambakan kehidupan 20 tahun yang bebas dan tidak terkekang. Cukup sampai disini dulu perkenalanku.

Tak terasa waktu berjalan, aku dan Rama sudah sampai di sebuah café berkonsep outdoor. Rama ternyata sudah melakukan reservasi di café ini, aku cukup tersentuh dengan niatnya. Kami diantar ke meja yang sudah dipesan, aku menatap takjub ke arah taman yang berada di samping meja ini. Rama benar-benar megaturnya sesuai dengan kesukaanku.

Aku sangat suka café ini, pemandangannya indah, ada berbagai spot foto yang bagus, dan café ini juga dihiasi lampu-lampu gantung yang cantik.

"Gimana kamu suka?" Tanya Rama.
"Aku suka, nuansanya kesukaan aku banget," ujarku seraya menatap sekeliling.
"Git," panggil Rama.
"Iya?" jawabku.

"Habis ini temenin aku ke club yuk," ajaknya.
Aku menatap Rama tidak enak,"Kayaknya aku gak bisa deh, soalnya bunda pasti marah kalo aku pulang malem." Jawabku.

"Ayolah sekali ini aja, masa kamu nolak terus sih." Rama mengenggam tanganku.
Rama menatapku dengan wajah memohon. Memang bunda tidak pernah mengizinkanku untuk keluar larut malam apalagi pergi ke tempat seperti itu, akhirnya dengan berat hati aku menganggukkan kepala karena tidak enak hati untuk menolak ajakan Rama.

Aku Sayang BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang