END

4.1K 152 39
                                    

Play Music On Mulmed

Aku mematung , sebuah senyuman terbit dari bibirku kala melihat Dia? Iya, Dia penyebab kebahagiaanku. Anugerah terindah dari-NYA untukku. Dia suamiku.

"Hey! Mengapa kau bangun sayang? Ingat kata dokter kau harus bedrest. Aku tak ingin kau pingsan dan pendarahan lagi!"

"Aku akan baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir."ucapku sambil mencubit pipi suamiku, terlihat wajahnya yang kesal saat aku mencubit pipinya. Benar-benar sangat lucu saat aku melihat wajahnya yang kesal, ingin sekali aku tertawa melihatnya.

"Tidak usah ditahan, tertawalah"

"Kau mengemaskan saat kesal."kalimat itu meluncur dari bibirku. Sekilas, aku lihat suamiku menyunggingkan senyum tapi setelahnya wajahnya begitu sangat datar.

"Ck! Wajahmu datar lagi, menyebalkan sekali. Dulu kau mengatakan akan menjagaku dan mencintaiku bukan? Apa sekarang tak berlaku lagi? Wajahmu sangat jelek seperti itu!Lihat Papa sayang, wajahnya sangat datar. Apa dia benar Papamu? Mama tidak yakin memiliki suami sepertinya? Wajahnya jelek sekali."ucapku pada perut buncitku.

"Hush! Dia anakku! Aku yang membuatnya. Apa kau melupakan hari itu sayang? Dan aku itu suamimu dan akan tetap menjadi suamimu selamanya."

"Wajahmu sangat serius sekali. Aku hanya bercanda tadi."aku mengerucutkan bibirku.

Aku terkejut saat dengan tiba-tiba suamiku mengendongnya ala bridal style menuju kamar kami yang berada di lantai atas. Jantungku melompat gembira saat melihat sosok suamiku yang sangat perhatian seperti ini daripada melihatnya berbicara dengan wajah yang datar.

Dia mendudukanku diatas ranjang. Mencium kening, pipi, dan terakhir bibirku cukup lama yang membuat ada gelenyar aneh dalam perutku.

"Istirahatlah! Jika butuh sesuatu katakan padaku. Dan jangan turun tangga sembarangan!"titahnya padaku.

"Mau kemana?"tanyaku.

Suamiku yang tadi melangkah menuju pintu keluar menoleh kearahku. "Kau lupa atau bagaimana? Aku harus menjemput putriku hari ini."

"Aku boleh ikut?"pertanyaanku membuat pria yang menatapku tajam. "Tidak boleh!"

"Aku juga ingin menjenguknya. Apa hak kamu melarang ku bertemu putriku?"

"Tidak ya tidak. Jangan membantah!"

"Pergilah! Dan jangan kembali lagi ke rumah!"

****

Aku tertidur di sofa karena menunggu kedatangan suamiku. Tadi siang aku mendapatkan pesan darinya bahwa dia akan pulang malam dan bagaimana dengan putriku? Tentu dia kini sedang berada dirumah nenek dan kakeknya alias mama dan papa mertuaku. Ya, selama beberapa tahun ini kehidupanku sedikit berubah, menjadi lebih berwarna rasanya dan itu karena suamiku.

Aku langsung menutup mataku dengan cepat kala mendengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumah. Beberapa menit kemudian indra penciumanku menangkap aroma parfum yang selalu dipakai olehnya.

Aku mendengar ia mengumpat, mungkin ia tengah marah denganku karena aku tidur di sofa dengan keadaan hamil besar seperti ini. Lalu aku merasakan tubuhku diangkat, aku juga merasakan sebuah benda kenyal bersentuhan dengan keningku.

Tubuhku sudah mendarat diatas tempat tidur yang sangat empuk tentu dengan mata yang masih tertutup.

Pintu kamar mandi terbuka dan langkah kaki mulai menjauh bisa dipastikan Suamiku itu tengah mandi karena aku mendengar  suara gemericik air yang berasal dari shower yang dihidupkan disana.

Beberapa menit kemudian telingaku menangkap suara pintu terbuka.

"Ck, masih mau pura-pura tidur lagi?"suara itu membuatku langsung membuka kedua mataku serentak.

Disana seorang pria berdiri di depan lemari dengan lilitan handuk yang masih berada di pinggangnya. Ia mendekat kearahku, meraih pergelangan tanganku.

"Mengapa pulang terlambat?"kataku.

"Ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Aku sudah mengirimi pesan bukan?"

"Tapi jangan sampai malam begini. Aku khawatir"spontan aku memeluknya. Entah, kenapa sejak aku hamil aku malah semakin manja dan cepat khawatir contohnya seperti sekarang aku memeluk suamiku tanpa rasa malu sedikitpun.

"Lepas sayang"

"Tidak mau! Aku mengkhawatirkan mu harusnya kau mengerti itu! Hiks.."

"Cup..cup jangan menangis"

"Hikss..aku tidak akan menangis lagi. Jika kau tidak menyuruhku melepaskan pelukan ini."

"Justru ini bahaya sayang. Adikku tegang, memang kau mau aku terkam?"

"Boleh?"

"Ck, jangan bercanda. Aku tak mau melakukan hal bodoh yang akan menyakitimu dan anak kita."

"Tapi kata dokter kita boleh melakukannya."












Lanjut...?Comment



Tanggapan kalian ttg Chen married? Gimana?

Luka Istri Pertama✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang