chapter 1

14.4K 161 16
                                    

persahabatan adalah hal yang paling penting, karena ketika kita memiliki teman kita pasti akan merasa; bahagia, senang, sedih bersama sama.

sama seperti lagu 'persahabatan bagai kepongpong' seperti itu lah isi dari cerita ini.

suka dan duka mereka hadapi bersama, sampai suatu kejadian merebut segala canda tawa itu. tapi tidak berapa lama kemudian mereka menemukan cahaya baru.
_________________________________________

---oOo---

Ayam berkokok, burung burung berkicau menandakan hari sudah pagi. Cahaya matahari pagi menembus masuk ke dalam sebuah kamar memalui cendela dan membangunkan si pemilik kamar. Aria namanya seoarang gadis remaja, berumur 15 tahun yang masih duduk di bangku SMP.

"Hoam... jam berapa sekarang?" Gumam Aria sambil memposisikan tubuhnya duduk di sisi tempat tidurnya. "Jam 5 toh." Lanjutnya lagi seraya melirik jam kecil yang berada atas di meja samping tempat tidurnya.

Aria pun bangkit dari kasurnya, berjalan ke lemari pakaian dengan sedikit sempoyongan karena kesadarannya yang belum 100%.

Selesai mengambil pakaian Aria langsung melesat menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
Tidak sampai 30 menit ia sudah selesai melakukan ritual mandi.

Setelah mandi Aria langsung memberesakan kamarnya, setelah selesai ia melesat keluar kamar dengan pakaian sekolah melekat di badannya dan tas sekolah di dekapnya.

"Seperti biasa, kamu tidak telat bangun." Ucap ayah Aria yang berada di ruang tamu, melihat anak semata wayangnya menuruni tangga rumah menuju meja makan.

"Anakmu ini sudah dewasa sayang, dia sudah mandiri." Sahut ibu Aria yang baru keluar dari kamar mandi, usai mencuci muka.

"Hehehe, selamat pagi ayah ibu." Ucap Aria sambil tersenyum, seraya berjalan mendekati ke dua orang tuanya.

"Selamat pagi sayang, ayo sekarang kita makan. Makanan ibu sudah menunggu." Balas ibu Aria sambil menatap tepat ke iris mata coklat turunannya.

"Ayo, perutku juga sudah lapar." Balas Aria.

Keluarga kecil itu sekarang sudah duduk manis di meja makan, di atas meja makan sudah tersedia nasi, daging ayam, dan sayur. Makanan yang sederhana tapi bergizi.

Keluarga kecil itu pun makan dengan tenang, tergadang juga terdengar tawa di meja makan tersebut.
____________

Jam menunjukan pukul setengah 7 itu berarti waktunya Aria berangkat sekolah dan juga ayahnya yang harus berangkat kerja.

"Aria sebelum berangkat jangan lupa minum obatnya." Ucap ayah Aria seraya bangkit dari kursinya.

"Iya, ayah." Balas Aria sambil menuju kotak obat yang berada di dapur.

"Tidak ada yang tertinggal?" Tanya ayah Aria yang sudah berada di atas motornya dan melihat Aria berjalan menuju ke arahnya.

"Tidak ada."

"Aria tunggu! Ini bawa obatnya." Ucap ibu Aria sambil menyerahkan botol obat berwarna putih ke arah Aria.

"Engga ah bu, males."

"Kamu harus bawa Aria, ibu nggak mau kamu kenapa-napa di sekolah nanti." Balas ibu Aria sedikit cemas.
"Ini bawa." Lanjunya lagi.

"Benar kata ibumu, bawa saja obatnya untuk jaga jaga." Sahut ayah Aria setuju dengan istrinya.

"Iya dehhh." Ucap Aria sambil menerima obat yang di pegang oleh ibunya.
"Aku berangkat ya." Ucap Aria yang sudah berada di atas  motor ayahnya.

"Hati-hati."

Motor ayah Aria pun bejalan membelah jalan menuju sekolah Aria.
___________

Tidak sampai 30 menit mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah Aria.

"Dah ayah, hati-hati di jalan ya." Ucap Aria ketika  ia sudah turun dari motor sang ayah.

"Ya, belajar yang rajin ya."
"Dah." Lanjutnya lagi seyara memacu motornya menjauh dari sekolah Aria.

Aria pov

"Aria!"

Aku mendengar suara yang familiar di telingaku, aku pun menengok sumber suara yang memanggil nama ku tadi.

Aku pun melihat sahabat ku yang iris matanya biru safir, dan terkenal hiperaktif itu mendekat ke arah ku.

"Hai Aria, jalan bareng yuk." Sapa dan ajaknya.

"Hai juga Fanny, ayo." Balasku sambil berjalan bersama Fanny memasuki sekolah.

Di sepanjang jalan menuju kelas aku dan Fanny saling mengobrol dan tidak jarang di sapa oleh beberapa teman dari kelas sebelah. Sesampainya di kelas kami pun langsung menuju bangku.
Beruntungnya aku dan Fanny duduk bersebelahan.

Aria pov end

"Kalian kok lama?" Nanya laki-laki berkaca mata ketika  melihat Aria dan Fanny.

"Lama apanya? Kalian kali yang kecepetan." Balas  Fanny ketika sudah sampai ke tempat duduknya dan melihat dua sahabat laki-lakinya sudah berada di tempat duduknya.

"Entah ni. Si mata empat, dia sudah kangen mungkin dengan Aria." Ucap sahabat laki-laki yang satu lagi dengan nada dingin ciri khasnya. Yang memiliki iris mata merah darah. Panggil saja Val nama panjangnya Valtra.

"Apa? Aku? tidak! Kamu kali tuh. Dan satu lagi jangan panggil aku mata empat Val. Gini-gini aku juga tamvan, banyak pansnya." Balas laki-laki yang di panggil mata empat, sengit.

"Iya dah, seterah kamu Victor." Ucap Fanny dan di akhiri tawa kecil.

"Huffff kalian sama saja." Balas Victor laki-laki yang di sebut 'mata empat'.

"Hahaha." Aria pun ikut tertawa kecil.

Inilah persahabatan yang sangat indah. Walau pernah berantem tapi akhirnya berbaikan kembali. Itulah persahabatan.
_________________________________________

Terima kasih,
Sudah mampir baca cerita ini.
Aku minta saran, kritik dan komentar dong.. dan jangan lupa kasih bintangnya^^

Maaf kalau ada kesalahan kosa kata dan adanya typo.

Dan semoga saya bisa menyelesaikan cerita ini sampai tamat.
Yah.. doakan saja saya dapat hidayah untuk melanjutkan cerita ini...

Bye~
Next to chapter~

Persahabatan [CERPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang