Timeline agak jauh sebelum part Nose Boop dan beberapa waktu setelah Sweet Talk
••
Sejak pagi-pagi sekali, tidak seperti biasanya, Daniel sudah berkutat di dapur. Awalnya ia bergerak sangat pelan hingga tikus pun mungkin tidak akan mendengar. Tapi lima belas menit kemudian ia sudah tidak peduli.
Dua puluh menit setelahnya, sisa-sisa bahan makanan dan beberapa peralatan memasak tercerai-berai di pantry, sementara dirinya sendiri sibuk menghadapi kompor, memasukkan beberapa bahan ke atas teflon sambil sesekali mengecek ponselnya untuk melihat resep di internet.
Seorang chef manapun pasti akan merasa 'gemas' jika disuguhi pemandangan seperti ini.
Dan memang itulah yang dirasakan Jihoon sekarang. Bangun-bangun, ia sudah dibuat berdebar karena kekacauan tingkat medium di daerah favoritnya itu. Tapi ketika kemudian melihat punggung lebar Daniel yang sedang serius, ia jadi sedikit lebih tenang.
Setidaknya kalau terjadi kebakaran atau sesuatu yang tidak diinginkan, Daniel tidak akan lupa menyelamatkannya.
"Perlu kubantu?" tanya Jihoon akhirnya, dengan suara serak khas bangun tidur. Ia mulai berjalan bermaksud menghampiri Daniel dengan mata mengerjap beberapa kali karena masih digelayuti kantuk.
Daniel menoleh cepat dan mengulurkan tangannya untuk menahan langkah Jihoon, "Jangan! Kau tunggu saja di sana. Biar aku selesaikan ini."
"Hyung yakin?" tanya Jihoon sangsi.
"Yakin. Kau duduk saja di meja makan. Kita akan sarapan sebentar lagi."
Jihoon sama sekali belum teryakinkan, "Benarkah?"
"Percayalah, akan kubuktikan kalau aku sudah pantas masuk ke dapur restoranmu."
Diam-diam Jihoon menarik napas, tapi memutuskan untuk percaya saja dan membiarkan Daniel melanjutkan misinya.
Ia sendiri pergi ke kamar mandi beberapa saat untuk menggosok gigi, dan begitu kembali, sepiring besar bokkeumbap sudah terhidang di atas meja makan.
"Tada!" seru Daniel sambil menunjuk mahakaryanya dengan bangga, "Aku hanya menemukan bahan-bahan untuk bokkeumbap, jadi aku putuskan kita akan sarapan dengan ini saja. Silakan dinikmati, Cintaku."
Hanya dengan melihatnya saja Jihoon sudah tahu bumbu makanan itu tidak merata. Tapi ia cukup berkomentar, "Oh, penampilannya tidak buruk."—sembari mendaratkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan Daniel.
Ia tersenyum menerima sendok yang disodorkan Daniel dengan sopan dan mulai menyendok sedikit nasi untuk dihirup aromanya.
Belum sampai kepala sendok sampai di depan hidung, bau-bauan lain sudah tercium dengan jelas di sekitar mereka.
"Bau apa ini, hyung?"
Daniel ikut mengendus-endus dan mengusap hidungnya kemudian, "Kenapa? Apa bau bokkeumbap-nya aneh?"
Jihoon mengendus lagi beberapa kali, "Tidak, ini bukan dari makanannya. Kau sudah mematikan kompor?"
"Oh!" kedua mata Daniel melebar dan ia langsung beranjak dengan terburu-terburu untuk mematikan bagian kompor yang tadi ia gunakan, meninggalkan Jihoon menganga tidak percaya di tempatnya.
"Well, di restoran, kita tidak benar-benar perlu mematikan kompor selama belum waktunya break atau tutup, kan?"
Pria Kang itu sudah duluan berkilah, padahal Jihoon belum mengatakan apa-apa.
"Bagaimana rasanya?" Daniel bertanya antusias ketika kembali duduk di meja menghadap Jihoon yang baru saja menyuap apa yang ada di sendoknya tadi.
Jihoon mengunyah dengan tenang tanpa melepas tatapannya dari Daniel, sebisa mungkin membuat ekspresi tidak terbaca karena ia suka melihat Daniel frustrasi dan tidak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
FanficDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...