Unstoppable Smooches

1.2K 133 99
                                    

Daniel menghela napas lega dan berbalik ke arah wastafel toilet setelah menyelesaikan urusannya. Ia melepas jam tangan yang ia kenakan dan menaruh benda itu di sisi wastafel, lantas mencuci kedua tangannya hingga bersih.

Seruan kagetnya keluar tanpa sengaja ketika jam tangannya tergelincir memasuki wastafel dan tersiram air dengan pasrahnya.

Pria Kang itu mengeluh dan mengibaskan benda mahal itu beberapa kali, bermaksud menyingkirkan air darinya. Tapi percuma saja, mungkin beberapa tetes sudah masuk meski untuk sekarang jam tangan itu masih berjalan dengan normal dan semestinya.

"Oh!"

Seruan kaget yang sama, sekali lagi terdengar. Kali ini karena Daniel terkejut melihat waktu pada jam tangannya sudah menunjuk pada angka 1 dini hari.

Dengan separuh rasa bersalah dan separuh menduga-duga, pria tampan itu merogoh saku celana untuk menarik keluar ponselnya.

Dugaannya terbukti, dan rasa bersalahnya semakin kuat ketika melihat ada belasan telepon tak terjawab dan lebih dari 20 pesan belum terbaca yang masuk ke ponselnya.

Dan semuanya datang dari kontak yang sama.

Daniel menghela napas dan bergumam penuh penyesalan sambil mengetukkan ujung ponsel pada dahinya sendiri, "Kau dalam masalah, Kang Daniel."

Belum berlalu 10 detik, panggilan baru datang dan Daniel merasa dadanya dipukul dari salam oleh detak jantungnya sendiri.

Ia menarik napas menyiapkan diri sebelum mengangkat panggilan itu dengan suara tenang, "Hng, Jihoon-ah."

Sunyi di seberang sana, tapi 3 detik kemudian terdengar suara rendah penuh sarkasme, "Bersenang-senang?"

"Hehehehehe." Daniel bahkan tidak tahu bagaimana menjawabnya, "Maaf, aku tidak sadar sudah lewat tengah malam."

"Kalau tidak pulang sampai besok pun tidak apa-apa."

"Eii, lalu aku tidur dimana?"

"Tidur saja dengan Woojin atau siapapun yang kau temui di club itu malam ini. Pasti asyik."

"Hnggg," Daniel merengek manja. Beruntung di dalam toilet hanya ada dirinya sendiri sehingga wibawanya masih terselamatkan, "jangan begitu. Aku di sini hanya berbisnis. Aku dan Woojin bahkan tidak minum."

Helaan napas Jihoon terdengar keras di seberang sana, "Hanya berbisnis?"

"Hng."

"Tapi sampai selarut ini? Dan tidak memberitahuku?"

Jemari Daniel naik menggaruk batang hidungnya yang tidak gatal, "Setelah selesai membicarakan bisnisnya, aku pikir aku butuh hiburan sedikit. Tadi aku sudah berniat mengabarimu, tapi aku lupa, dan tiba-tiba sudah lewat tengah malam saja."

"Oh, pasti lupa karena terlalu asyik, ya? Aku mungkin akan khawatir sepanjang malam kalau Woojin tidak memberitahuku. Banyak orang-orang cantik, di sana?"

Daniel sudah membuka mulut untuk merayu, tapi ada sekelebat kesimpulan yang tiba-tiba berlari di benaknya. Jadi alih-alih membuat suara manja lagi, ia justru bertanya dengan nada menggoda, "Apa suamiku ini sedang cemburu? Hehe manis sekali."

Dengusan lelah Jihoon terdengar jelas sekali, "Tidak usah pulang, aku akan mengganti password pintu apartemen."

Mendengar itu, cengiran Daniel menghilang dengan instan, "Tidak, tidak, jangan. Aku akan pu-Jihoon-ah? Aku akan pulang sekarang. Halo, Jihoon-ah? Yeobo?"

Terlambat, Jihoon sudah menutup teleponnya dan Daniel tidak berkutik. Ia mencoba menghubungi Jihoon lagi, tapi tidak ada respons.

Sekarang ia panik, tahu Jihoon tidak pernah bercanda kalau sudah begini.

Sweet Gestures [NielWink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang