Chapter I

182 12 0
                                    

Ciize POV


Malam semakin larut, pergantian tahun tinggal menghitung jam lagi. Aku berdiri disebelahnya, seseorang yang sudah lama menjadi temanku. Bercanda tawa dengannya sudah menjadi rutinitas kami, membuat gosip tentang beberapa orang yang lewat dihadapan kami. Dia tertawa sembari mengarahkan poninya kebelakang. Aku tersenyum menatap wajahnya. Dia terlihat begitu cantik.

Satu-persatu orang mulai mengisi lapangan untuk menghitung mundur pergantian tahun bersamaan.

“Aku tidak menyangka sudah tiga tahun kita bersama. Waktu berlalu begitu cepat, kan?” Ujarku kepadanya.

Tidak ada balasan darinya, aku menolehkan kepalaku, mengedarkan pandanganku untuk mencarinya. Dia tiba-tiba menghilang dari sebelahku.

“Jan?” Panggilku lirih.

Aku mengeluarkan ponsel dari saku untuk menghubunginya.

“Kau mencariku?” Tanyanya sembari mengeluarkan gelas plastik berisi minuman kepadaku.

Aku menatap wajahnya lalu menghela nafas panjang, “Jangan pergi secara tiba-tiba Jan.”











Jan, dia temanku. Tapi terkadang aku tidak menginginkannya menjadi temanku. Aku menyukainya sejak pertemuan pertamaku di dalam bus dengannya. Ia duduk disebelahku, melihatku yang melepaskan sepatu, jari kelingkingku lecet karena aku memakai sepatu yang berukuran lebih kecil dari ukuran kakiku. Ia memberiku plester luka mengusap lembut kelingkingku dengan tangan kosongnya kemudian memasangkan plesternya.

Aku menyukainya sejak itu.

Aku tidak pernah menyangka pertemananku akan terjalin selama ini karena aku bertemu dengannya lagi di persewaan film secara kebetulan. Aku sedang sibuk menjelajahi judul film satu-persatu. Hingga aku menemukan film yang kucari Bad Times at the El Royale. Aku meraihnya bersamaan dengannya.

“Maaf aku sudah mengambilnya terlebih dulu.” Ucapku sembari menarik kaset film itu.

“Tapi aku juga menginginkannya.”

Aku mendongak melihatnya, parasnya yang cantik, tubuhnya yang tinggi membuatku terlihat pendek di sebelahnya. Rambutnya digerai tetapi terlihat rapi. Aku tersenyum kemudian melepaskan film itu untuknya.

“Kau? Apa kakimu sudah membaik?” Tanyanya ketika mengingat wajahku.

Aku menatap kakiku sejenak lalu mengangguk.

“Sudah. Aku tidak akan mengenakan sepatu itu lagi. Terima kasih atas bantuanmu kemarin.”

“Hey, tidak usah berterima kasih. Lagi pula itu hanya plester. Kau tinggal disekitar sini?”

“Tidak jauh dari sini, kau tau perempatan di depan? Di dekat situ aku tinggal.”

“Tempat tinggalmu tidak jauh dari condoku, tapi kenapa aku tidak pernah melihatmu?”

“Aku tidak tau, tapi sekarang kau melihatku kan?”

Dia tertawa sembari menepuk filmnya pelan di telapak tangannya.

“Kenapa kau begitu menggemaskan haha. Oh, aku lupa kita belum berkenalan. Namaku Jan, kau?”

Jan mengulurkan tangannya, aku menyambut tangannya dengan senyuman.

“Aku Ciize, terima kasih atas pujiannya. Semua bilang aku menggemaskan karena tubuhku yang mungil ini.” Jawabanku membuatnya kembali tertawa.

“Kau benar, tapi kau benar-benar telihat menggemaskan.” Ucapannya membuatku tersipu malu.

THE WAY WE GET BY [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang