Chapter 05

2.2K 230 25
                                    

Terhitung sudah dua bulan semenjak mereka bertemu di acara penghujung tahun. Seokjin merasa tenang ketika pertama kali menginjakkan kaki di negara kelahirannya, udara di sini terasa begitu sejuk kendati ia tahu beberapa negara sana sudah dinobatkan sebagai negara paling sejuk, indah, atau semacamnya. Ia tak peduli, Korea Selatan adalah satu-satunya negara yang ia tahu. Rasa lelah tak menyurutkannya untuk tetap berpose dengan baik di depan kamera, menyapa puluhan wartawan yang pagi ini tengah mengabadikan kedatangan mereka. Ucapan salam atau sekedar basa-basi telah mereka terima semenjak ia menginjakkan kaki di tengah kerumunan itu. Hal yang ia garisbawahi di sini adalah----tak ada celah bagi mereka untuk bersantai, semuanya harus terlihat sempurna jika menjadi seorang publik figur. Selalu menampilkan kondisi terbaik dari versi diri masing-masing.

Hah, rasanya Seokjin ingin menggantungkan diri pada rengkuhan hangat tempo hari.

Besok kita bertemu.

Begitu isi pesan yang beberapa jam lalu Seokjin kirim, sampai sekarangpun ketika hari sudah mulai petang belum ada balasan apapun.

"Dia kemana sih?" Seokjin menggulingkan tubuh dari kiri ke kanan. Bahkan kasur yang semula tertata rapih kini sudah mulai tak berbentu, beberapa bantal sudah berserakah di bawah sana.

Seokjin tak tahu-----jika merindukan seseorang bisa sampai segini merananya.

Tok tok tok.

"Hyuunngg!!! Temani aku bermain."

Jungkook. Anak itu memang tak pernah bisa lepas darinya. Seokjin segera bangkit dari posisinya yang semula berbaring, ia meringis ketika menatap kondisi kamarnya bak kapal pecah.

Klek.

Pintu itu terbuka menampilkan pemuda dengan tampang cemberutnya. "Kenapa lama sekali?!" ujarnya merengut, namun ketika tungkainya melangkah memasuki kamar, Jungkook terdiam. Ia terkejut mendapati kondisi kamar kakaknya jauh dari kata baik.

"Kau tak apa kan, hyung?" ujarnya seraya berbalik. Sementara Seokjin tengah memasang tampang datarnya, duduk pada salah satu kursi tanpa menghiraukan sosok pemuda yang masih mematung menatapnya.

"Apa ada yang menyakitimu? Siapa? Katakan padaku akan ku puk-----"

Tuk.

Kini kepala bocah sok tahu itu yang menjadi sasarannya. "Hyung baik-baik saja." ujarnya gemas.

"Kenapa kemari? Jimin mana?"

Jungkook cemberut mengingat kakaknya yang satu itu malah pergi entah kemana. Pasalnya sebelum Seokjin menuju kamar, mereka berdua tengah asik bermain game sampai tidak sempat berganti pakaian terlebih dahulu. Tapi, kini pemuda itu malah memasang tampang memelas----seolah mengadu seperti bocah ketika tak dibelikan permen.

"Jimin hyung pergi berkencan!" sungutnya.

"Dengan Seulgi?!" suara Seokjin lebih dinaikkan beberapa oktaf, membuat Jungkook berjengit kaget. "Memang selama ini kekasih Jimin ada berapa?"

Tanpa menghiraukan ucapan Jungkook, ia berlari setelah sebelumnya memakai hoodie kebesaran miliknya.

"Hyung pergi dulu. Tolong bereskan kamar hyung, nanti aku tlaktir. Byeeeee!" teriaknya dari luar sebab setelah mendengar perkataan Jungkook, dirinya langsung bergegas keluar kamar. Tak lupa kunci mobil di genggamannya, ia buru-buru menuju ke suatu tempat yang sejak lama tak ia kunjungi.

***

Setelah dua puluh menit ia menyetir, kini mobil hitamnya telah sampai di depan gedung apartemen wanita pujaannya. Hatinya melompat girang sesaat setelah ia menerima pesan bahwa Joohyun baru saja sampai dorm setelah menyelesaikan jadwalnya.

Practice Makes Perfect ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang