18 - the medicine

1.3K 227 46
                                    

"Kenapa kau menghalangiku!?" bentak Ryujin tidak terima.

Renjun yang ditanyai tidak menjawab, ia malah sibuk memasangkan helm di kepala Ryujin meski Ryujin terus menolak.

"Pakai dulu helmnya dengan benar," ujar Renjun berusaha tidak menanggapi omelan Ryujin.

Brak!

Helm Renjun barusan Ryujin tepis sampai terjatuh begitu saja di tanah. Keadaan parkiran yang waktu itu sepi terasa semakin tidak nyaman dengan keheningan dan ketegangan yang tercipta di antara dua manusia ini.

Renjun menghela nafasnya,"apa yang mau kau lakukan tadi hah? Menyiram Guanlin dengan tunangannya? Hak mu apa?"

Ryujin diam, kenapa sakit sekali rasanya jika pertanyaan itu keluar dari mulut Renjun?

"Kau tidak menger-"

"Iya, aku tidak mengerti kenapa kau selama ini terus menempeli Guanlin layaknya sepasang kekasih padahal kalian buk-"

"Lalu kau mau bilang itu semua salahku!? Salahku!? IYA, AKU MEMANG BODOH. AKU NAIF!" bentak Ryujin dengan emosi.

Mendapati Renjun ikut memojokan dirinya dan tidak mempercayainya, rasanya lebih sakit daripada pengkhianatan Guanlin itu sendiri.

Ia tidak menangis saat tau kalau Guanlin diam-diam sudah bertunangan. Bahkan saat melihat pemuda tersebut mencium mesra gadis yang ternyata adalah tunangannya di tengah lapangan tadi, Ryujin tidak menangis. Ia lebih cenderung merasa marah karena sudah dibodohi.

Tetapi, perkataan Renjun yang tidak membela posisinya berhasil membuat Ryujin menitikan air mata.

Aneh kah?

Ryujin sendiri tidak mengerti mengapa bisa begitu.

"Masalahnya, aku pun jadi berpikir kalau kalian ada hubungan spesial. Lihat lebam di mataku ini? Ini akibat hajaran balasan dari Guanlin saat aku membelamu yang ternyata bukan kekasihnya," jelas Renjun membuat Ryujin tersadar akan sedikit luka lebam di bawah mata Renjun. Tidak terlalu terlihat, tapi kalau diperhatikan memang sedikit membiru.

"Aku menguping pembicaraan Guanlin mengenai tunangannya saat di ruang ganti lelaki tadi. Saat mendengarnya, dengan bodohnya aku langsung menghajar Guanlin. Ia mengkhianatimu, tentu aku kesal, wajarkan?" tutur Renjun.

"Untungnya ada yang memisahkan kami berdua sehingga perkelahian tidak bertambah parah. Kami lalu diminta untuk menyelesaikan masalah dengan pembicaraan, disanalah aku tahu bahwa kau dan dirinya ternyata belum resmi memiliki hubungan apapun. Makanya aku mencegahmu tadi sebelum kau juga mempermalukan dirimu seperti yang ku lakukan, bodoh," jelas Renjun lagi, nampak masih tidak terima.

"Jadi kau..."

"Iya, aku sudah menghajar Guanlin untukmu. Kau tidak perlu melakukannya lagi. Ini juga pelajaran untukmu, sebagai perempuan jika ada lelaki yang mendekati tapi tidak terlihat ingin membawamu ke jenjang yang lebih serius, yah jangan terlalu diharapkan. Itu lelaki plin-plan, tidak pantas diharapkan. Lihat? Akhirnya kau kecewa sendiri kan?" nasehat Renjun panjang lebar seperti sedang mengocehi anak kecil.

Masih dengan mata yang berlinang, Ryujin mengulum senyumannya. Kekecewaannya tiba-tiba saja berubah menjadi rasa haru. Tidak menduga seorang Renjun bisa membelanya seperti itu.

"Hapus air matamu, jangan menangisi Guanlin lagi. Rugi," oceh Renjun menghapus air mata Ryujin dengan ujung lengan sweater yang sedang ia kenakan hari ini.

"Aku bukan menangisinya bodoh!" ucap Ryujin. Memang benar, Ryujin tidak menangis karena Guanlin. Ini ulah Renjun, yang ia pikir juga mau menuduhnya namun ternyata justru orang pertama yang membelanya.

LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang