"Aku mau mewawancarai NASA untuk mencari tahu apa alien benar-benar ada atau tidak."
Jihoon tidak berusaha membuka matanya yang sudah sangat rapat dan membiarkan Daniel menelusupkan jemarinya di antara jari-jari bulatnya. Ia sudah sangat mengantuk, tapi tetap menanggapi, "Hyung masih tidak percaya alien?" tanyanya serak, "sudah kubilang mereka ada. Aku membacanya... di buku."
"Aku hanya akan percaya NASA."
Ingin mendebat, tapi keinginan tidur Jihoon lebih besar. Jadi ia memutuskan untuk melanjutkan bahasan 'penting' ini besok saja.
"Maksudku, kalau ibuku masih tidak mau menerimamu, dan alien benar-benar ada, lebih baik kita tinggal di ruang angkasa saja dengan alien," kata Daniel setelah beberapa detik, padahal Jihoon sudah hampir terlelap.
"Hyung, sudah malam," tegur Jihoon yang bahkan tidak paham apa yang Daniel katakan, "kita harus tidur."
Sekarang Daniel menumpangkan satu kakinya ke atas paha yang lebih muda, dan semakin merapatkan punggung Jihoon ke dadanya.
"Apa yang membuatmu percaya?"
Sedikit kesal karena tidurnya terus terganggu, Jihoon berusaha melepaskan genggaman tangan Daniel untuk menunjukkan kekesalan itu, "Aku pindah ke sofa kalau hyung terus bicara."
"Jangaaan~" rengek Daniel panik, "baiklah, aku tidak akan bertanya lagi. Jangan dilepas," katanya sembari memeluk Jihoon lebih erat, dan tidak mau genggaman tangannya dilepas.
Manja sekali.
Bayi besar ini.
Dan Jihoon benar-benar tidak mengira mereka sama-sama bisa mempertahankan posisi itu sampai pagi.
Jihoon yang lebih dulu bangun keesokan paginya. Rutinitas pagi mereka berjalan seperti biasa. Berlama-lama di pantry dapur sambil membuat sarapan ringan dan mengagumi satu sama lain.
Jihoon menyandarkan dagunya di bahu Daniel dan memperhatikan sisi wajah pria itu, sesekali menahan senyum ketika Daniel bergerak hingga ia harus ikut bergerak agar tetap bisa bersandar. Sesekali juga ia terpana karena merasa cara Daniel merobek ujung kemasan kopi dengan giginya, atau raut serius pria itu ketika menyiapkan roti panggang, terlihat sangat seksi.
Ayolah, pria seksi ini adalah miliknya. Tapi ia masih selalu terpana seakan baru melihatnya pertama kali.
Sambil menunggu roti panggang jadi, keduanya membuat rencana apa yang akan dilakukan di hari libur ini, di antaranya; membuang sampah, pergi ke salon, makan siang sambil kencan di luar, dan berbelanja sebelum kembali pulang.
Pukul 10, mereka sudah rapi dan siap untuk pergi. Begitu keluar dari apartemen, Daniel menarik tangan Jihoon ke dalam genggamannya, dan tidak melepasnya sampai mereka duduk di dalam mobil, sepanjang di perjalanan, hingga tiba di salon.
Di dalam salon pun Daniel memaksa mencari 2 kursi yang berdampingan dan masih terus menggenggam tangan Jihoon sampai Jihoon memperingatinya dengan tatapan tajam karena tidak nyaman dengan lingkungan yang memperhatikan mereka saat ini.
Meski tidak rela dan pakai acara merengut segala, Daniel akhirnya melepas genggamannya, membiarkan Jihoon duduk tenang menerima pelayanan, sesekali mengobrol dengan hairstylist di belakangnya.
Daniel juga menanggapi ramah tamah petugas yang melayaninya karena tidak mau mati bosan. Bahkan, lima menit kemudian mereka sudah asyik membicarakan banyak hal tanpa jeda.
Jihoon yang mengamati interaksi penuh keseruan itu berkali-kali melirik, tapi Daniel tidak pernah meliriknya juga.
Haha, lucu sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
أدب الهواةDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...