8. EGO

31 8 0
                                    

QOTD :

Orang itu dalam relasinya ada dua sisi. Yaitu jadi pihak yang dimanfaatin atau memanfaatkan. Karena tiap relasi pasti ada tujuan tersendiri. Tapi, relasi paling baik adalah ketika bisa saling memberi manfaat disamping penerimaan diri.
-Author.

"TOK! TOK! TOK!" suara pintu diketuk terdengar. Disusul suara salam seorang perempuan.

"Wa'alaikumussalam," jawabku sembari menuju pintu.

"KLEK!" (kunci terbuka) dan siluet seorang cewek bertubuh mungil terlihat dengan jelas, lengkap dengan senyum penuhnya yang manis terlihat.

"ASYA!" sontakku terkejut lalu langsung kupeluk dirinya sampai tak sadar, air mataku kembali menetes. Gadis itu tersenyum. Kami melepaskan pelukan kami dan dirinya kupersilakan masuk.

"Lo udah makan???" tanyaku sembari meletakkan pantatku di sofa diikuti gadis itu.

"Alahh, tenang aja. Ntar juga ada yang nganter," jawabnya setengah tertawa.
Aku menaikkan alisku tanda bertanya, "Viggo???" lanjutku setengah terkekeh sekarang. Gadis itu ikut tertawa dibalik pipi mulusnya yang kini merah sempurna.

Oh ya, dia Asya. Dia yang paling sering nginep ke kontrakan gue. Karena orang tuanya sering tugas ke luar kota. Gue, dia, sama Bobby udah sahabatan sejak SD, SMP, dan SMA. Kita emang nggak pernah satu kelas. Tapi kita selalu satu sekolahan. Diantara kita bertiga. Ini anak yang paling bucin gaess, paling gercep kalau urusan cinta, dan tentunya paling nggak jomblo diantara kita. Btw, fyi aja ya. Dia pacarnya Piggooo temen sekelas gue. Masih inget nggak dia yang mana? Kalau lupa, gue kasih tahu deh, dia yang paling usil dan kekanak-kanakan di kelas. Intinya, kelas kalau nggak ada dia udah kayak kuburan deh. Sepi abis. Nggak usah gue jelasin juga ya, kenapa mereka bisa kenal. Btw aja, karena mereka gue bisa belajar tentang perspektif nilai orang lain.

Cewek itu langsung mencomot keripik singkong dalam toples kaca di meja kamarku. Menyandarkan punggungnya pada sofa sembari berselancar dalam dunia maya yang digenggamnya sekarang.

"Yah Sya. Selalu aja gitu ya. Keripik singkong gue langsung abis kalau Lo kesini," gerutuku setelah meletakkan nampan berisi lemon tea itu ke atas nakas.

"Yaelah. Tenang ajalah Ki. Ntar gue minta Viggo buat beliin lagi,"
Aku mengerucutkan bibirku setengah kesal sekarang. Aku menyalakan TV dan ikut menyandarkan punggungku ke sofa. Tak ada suara lain beberapa detik kecuali hanya suara kremusan kripik singkong di mulut dan siaran TV yang terdengar dengan volume lirih. Hingga sesuatu tampak terlintas di pikiranku, "Pasti Erick ya yang nyuruh Lo kesini?" sumir sumringahku menghadap Asya sekarang.

"HA? Erick? Ha ha ha (tawanya sekarang sambil meletakkan ponselnya di atas nakas). Hmmm, bukan Erick tapi Kevin," ucap Asya kembali terfokus pada keripik singkong di tangannya itu.

"Apa???" aku terkejut dan langsung membulatkan mata. Alisku tertaut dan melipatkan kedua tenganku kesal.
Cewek itu menutup toples itu dan mengembalikan ke tempatnya semula. Meneguk setengah gelas lemon tea lalu mulai terfokus padaku. Nada bicaranya seketika lembut, "Ki. Gue paham Lo sebel sama dia. Tapi Lo nggak boleh egois juga dong. Hayoo coba pikirin deh, kalau kalian masih ngambekan kayak gini. Kasihan dong Mas Mbak kelas Lo besok. Kalian kan yang ditunjuk?" aku meliriknya sekilas. Cewek itu membulatkan matanya. "Kalau enggak gini. Coba deh, Lo nggak kecewain Rania,Mehdi,dan temen-temen Lo yang lain. Mereka udah susah payah lhoh mau bantuin Lo. Seenggaknya Lo berjuang besok itu demi mereka. Kasih mereka penghargaan atas kemenangan Lo besok. Lo masih inget, kan? Kata-kata pak Tarno tiap kali kalian mau lomba? Kali ini, dua hari untuk selamanya Ki. Semua perjuangan butuh diakhiri, bukan? Kasihan temen-temen kelas Lo juga. Dendanya nggak ikut lomba utama gedhe Lho, kasihan dong bebeb gue nanti kalau ditagih sama bendahara osis. Wkwkwwk. Ha ha haaaa" kekehnya kemudian.

ELIXIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang