Eight

727 82 5
                                    


'drap drap drap'
Suara langkah kaki berlari begitu menggema di siang menjelang sore ini.

"Vee! " panggil Kinan. Tapi tetap tak ada respon sama sekali.

Kinan berhenti sejenak mengatur napas dan kembali  qmenyusul Veranda yang sedang berjalan di koridor bersama Shania dan Naomi. Sudah seminggu semenjak kejadian Kinan dan Angel di dalam perpustakaan, sudah seminggu itu pula Veranda semakin mendiami Kinan. Tapi memang sedari dulu kan Veranda selalu mengacuhkan Kinan, ada mau tidak ada insiden  itu Veranda selalu mendiami Kinan, bener ga?

Veranda, Shania, dan Naomi menghentikan jalan mereka ketika Kinan berhenti di hadapan mereka dengan merentangkan kedua tangan.

"kalian boleh pergi, gw mau ngomong sama Veranda" entah menuruti permintaan Kinan,  atau memang mereka merasa jengah dengan Kinan, bukan mereka tak setia kawan, tapi kali ini Shania dan Naomi mungkin sedikit memberikan kesempatan Kinan agar bisa membujuk bidadari itu untuk berbicara.

"aku mau ngomong, kali ini aja" mohon Kinan,  Veranda memandang datar pada Kinan.

Dia melihat celah ketika kedua tangan Kinan yang sudah tak di rentangkan lagi.

"Ve ve ve.. Kali ini aja,  pleasee" Kinan dengan sigap menghentikan rencana Veranda yang ingin kabur.

"gw kan udah bilang ga mau ketemu apalagi berurusan dengan lo!  Ngerti!"

"Ve? Kamu cemburu?"

Veranda menatap jengah,  bisa bisanya orang ini tak sadar jika dia sangatlah muak, bukan karena cemburu tapi memang tak suka.

"minggir! " bentak Veranda, suara lembutnya sangat keras kali ini,  bahkan koridor yang sepi ini membuat suara Veranda begitu menggema.

Dengan lirih Kinan berbicara "terakhir,  habis itu gw ga bakalan ganggu lo lagi"

Masih,  Veranda masih dengan mode pertama, cuek.

Veranda mulai berjalan dan ingin meninggalkan Kinan

Kinan tertunduk tapi tangan nya menangkap tangan Veranda. "aku mohon" sangat lirih,  baru kali ini suara itu terdengar sangat lirih.

--

"Yaudah! Sana pergi aja sama dia!, ga usah pulang sekalian" Kinal menatap ketus pada Melody, pasalnya dia minta di temani ke toko buku tapi Melody tidak bisa menemaninya di karenakan Hanif sudah mengajak nya jalan terlebih dahulu. Kinal hendak membalikkan badan masuk ke kamar dan meninggalkan Melody tapi terhalang di tahan oleh tangan Mulus Melody.

"kamu kok jadi gini sih? Siapa yang ajarin kamu ngomong kasar kayak gitu hah?! " Nada Melody terdengar meningkat dan wajahnya ikut memerah. Entah Melody kesambet setan apa hari ini.

"kenapa? Ga suka?  Cih,  hidup hidup aku!"

Kinal melepas tangan itu kasar "toh yang teteh pikirin cuma laki laki ga berguna kayak gitu"

"Kinalll!! jaga mulut mu!! " suara Melody begitu menggema di dalam rumah. Sisil dan Sakti kebetulan sedang keluar, jika mereka tahu kedua putri nya dalam keadaan tak baik sudah sedari tadi melerai.

"emang iya kan? Selama ini aku udah kasih semua nya ke teteh tapi teteh balas nya kayak gitu ke aku. Oke,  mulai hari ini semua nya terserah teteh"

"ngomong apa kamu?!  Bilang lagi kayak gitu hah?! " mata Melody menatap berang pada Kinal.

"Aku benci sama teteh!,  aku benci dengan perasaan ini! Aku benci jadi adiknya tet.. "

'plak'

Satu tamparan keras Melody hadiah kan untuk Kinal.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang