01. Remorse

8 0 0
                                    


Seorang pria terlihat tengah berlari tergesa gesa. Menyusuri sebuah lorong serba putih yang seakan tak ada ujungnya. Bajunya telah basah oleh peluh namun tak berniat sedikitpun untuk berhenti. Sepertinya ia tidak peduli, bahkan ketika ia hampir beberapa kali menabrak orang yang berpapasan dengannya. Jika saja ini jalan raya, sepertinya sudah terjadi kecelakaan.

"Taehyung!!! Taehyung!!! Yak... Kim Taehyung!!!" teriak seorang wanita yang sedari tadi berlari mengikutinya.

Ia mencoba menyamakan langkah kakinya namun nihil. Kaki manusia yang saat ini tengah ia kejar terlalu panjang. Pria itu justru semakin berlari membabi buta meninggalkan nya di belakang. Menerobos apapun yang mencoba menghalangi jalan nya.

Tepat di depan sebuah ruangan pria bernama Kim Taehyung itu berhenti. Nafasnya memburu, matanya melebar. Sama halnya dengan wanita tadi. Ia kini sudah berada di sampingnya. Mencoba menarik nafas sedalam dalamnya. Karena rasanya, ia akan segera mati kehabisan oksigen.

Tak mau membuang waktu lebih lama, Taehyung mulai melangkah pelan menuju pintu ruang itu. Tepat sebelum ia memutar kenop pintu, sebuah tangan memegang pergelangan tangan nya.

"Taehyung, apa kau tak bisa baca??" ucap wanita itu sembari menunjuk sebuah tulisan di samping pintu dengan dagunya.

"Ini ruang steril, kita tidak bisa sembarangan masuk". Ucapnya sendu.

Entah karena tak dapat masuk, atau karena apa yang akan segera mereka lihat di dalam ruangan itu.

Tubuh Taehyung melorot, rasanya tulang belulang di tubuhnya seketika melunak. Terbukti ketika ia terduduk lemas di tempat. Air matanya mulai mengalir membasahi wajahnya. Ia terisak begitu kuat, hingga bahkan tubuhnya bergetar hebat. Wanita itu pun ikut berjongkok disampingnya. Menepuk pundak Taehyung dengan pelan seraya menyalurkan tenaga dan ketenangan yang meskipun kini ia juga menangis sama kerasnya.

" Ya.. Hyejin-a, apa yang harus ku lakukan??" ucap Taehyung dengan wajah yang merunduk semakin dalam. Ia tutup wajahnya dengan kedua tangan besarnya. Hyejin menghela nafas, kini mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Hyejin melangkahkan kakinya mendekati ruangan itu. Mengintip kedalam melalui jendela kecil yang berada di daun pintu.

Air matanya kembali jatuh. Satu tangan ia gunakan untuk menutup mulutnya dengan erat, takut jika ia akan menangis meraung raung melihat apa yang selama ini tidak pernah ia harap akan dilihatnya. Sedang kan satu tangan lain nya menyentuh daun pintu, seakan berharap bahwa kehadiran nya akan bisa di rasa oleh orang yang kini sedang terbaring didalam sana.

Terkulai dengan juntaian selang dan kabel di seluruh tubuhnya. Juga sebuah monitor yang terus berbunyi beeb dengan nada yang beraturan.

" Dia akan baik baik saja Tae. Percayalah Hana itu kuat, ia akan melewati semua ini seperti ia melewati hidupnya yang bahkan tidak pernah kita ketahui sampai saat ini".

"Ia Kuat".

***


"Bisakah kau menjauh dariku sebentar saja? Berapa kali harus kubilang jangan terlalu bergantung kepadaku. Aku juga punya kehidupan ku sendiri. Kau tahu? Aku mulai muak dengan sikapmu yang seperti ini. Jika tahu begini..." kalimat itu terjeda, di sertai satu tarikan nafas yang panjang dan kemudian disusul oleh hembusan yang cukup berat.

"Mungkin akan lebih baik jika kita tidak pernah bertemu saja dari awal. Harusnya aku tidak pernah ikut campur dalam kehidupan mu, ah ya bahkan aku lupa , hidupmu sudah hancur dan sekarang hanya berorientasi padaku kan ?".

PLAAKKK.

Sebuah tamparan keras melayang ke pipi pria yang telah mengeluarkan kata kata kurang ajarnya. Bersamaan dengan kembalinya kesadaran pria itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 05, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ObscurityWhere stories live. Discover now