"Teh, udah tau kabar terbaru dari Ipank?" tanya Ade sewaktu Shila mampir di wartel.
"Belum. Udah beberapa hari ini nggak ketemu. Sibuk euy, De. Kenapa gitu?"
"Nggg, anu, Teh ... Eta ...," Ade terlihat ragu. Dahinya mengernyit, dia menggigit bibir bawahnya sambil menggaruk dagu yang ditumbuhi dua helai janggut.
"Apaan, sih, De? Buruan, ah, aku mau pulang, ni!"
"Itu, Teh ... Aduh gimana, ya, Ade ngomongnya? Bisi salah, uy!"
"Ya, udah kalau nggak mau ngomong, ke WC aja, gih!" kata Shila judes.
"Kok ke WC? Si Teteh mah becanda wae." Ade bersungut-sungut mendengar candaan Shila.
"Aku pulang, ya?" ancam Shila tak menggubris Ade yang merajuk.
"Iya, iya Ade cerita! Ngg, anu, Teh. Itu. Kosan Ipank di gerebek!" ujar Ade cepat-cepat. Shila menghentikan niatnya hendak balik badan.
Apa?! Dia nggak salah dengar. Di grebek?
"Maksudnya gimana, De? Ada yang mesum di tempat Ipank?"
"Bukan. Bukan digerebek karena itu?"
"Terus Ipank terlibat?" tanya Shila lagi tanpa memedulikan jawaban Ade.
"Ipank ikut digiring ke kantor polisi. Tapi ...."
"Yang jelas, dong, De kalo kasih info. Jangan tapi, tapi, melulu!" bentak Shila. Membuat Ade sedikit terlonjak dan gugup.
"Jadi katanya, semalam kosan Ipank digerebek sama polisi dan intel. Karena ada transaksi narkoba di situ katanya. Ade juga nggak tau, Teh. Cuma katanya, katanya. Anak kosan termasuk Ipank di bawa ke kantor polisi buat ditanya-tanya."
"Terus Ipank gimana?" tanya Shila khawatir.
"Nggak tau, Teh. Ade juga nggak tau kabar terkini."
Brakk!
"Payah kamu, De! Kasih info yang kumplit, dong! Jangan separo-separo. Ayo anter aku ke kosan Ipank!" ujar Shila sambil menarik tangan Ade.
"Teh, tunggu, Ade harus tutup wartel dulu." Ade berusaha melepaskan cengkeraman tangan Shila yang begitu kuat.
"Gak perlu. Cuma sebentar aja, kok."
"Iya tapi lepasin tangan Ade. Ade bisa jalan sendiri, kok."
Shila tergeragap, dia tak sadar kalau sudah menyakiti lengan Ade.
"Sori, De. A-aku ...."
"Iya, Ade paham, kok. Yuk, Ade anter." Senyum Ade yang menyiratkan pengertian mendalam terasa aneh bagi Shila.
Apa segitunya dia terlihat di mata Ade. Mengkhawatirkan Ipank?
Ah, nggak mungkin! Shila nggak mungkin selemah itu. Kekhawatiran Shila hanya sebatas teman.
Dan kini bahkan dia sudah menganggap Ipank teman? Ada apa, sih sebenarnya dengan perasaan Shila. Tidak mungkin semudah itu, kan?
"Teh, itu kosan Ipank," tunjuk Ade pada sebuah bangunan bercat merah dengan list kuning. Terlihat mencolok dari kejauhan.
"Sepi, ya, De?"
"Ya kalau rame, mah pasar, Teh."
"Aku nggak berani sendirian ke sana, De. Kamu duluan, deh. Kalau ada Ipank-nya baru aku masuk."
"Aduhhh ..., Teteh nyusahin. Tadi katanya cuma nganter doang. Wartel Ade kelamaan ditinggal, nih!"
"De, atuh, De, plisss ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain to You
Romans(Before Men in The Lockers) Shila, cewek yang kalo nangis bisa nurunin hujan. Yang kalo ketawa matanya bersinar-sinar. Ketika Adhit, cowok popular satu sekolah yang ganteng dan tajir mlintir, nunjukin tanda kalo suka padanya, Shila berusaha menyangk...