12. Jejak

596 51 10
                                    

Happy reading...

Tempat yang mereka tuju adalah kota X tempat terakhir yang dituju Perth sebelum kehilangan jejak. Hanya bermodal itu Mean dan Plan pergi bersama untuk memeriksa dan bertanya pada penduduk sekitar jika mereka pernah melihat rupa dengan foto yang mereka tunjukkan tapi karena itu adalah stasiun maka akan sangat sulit menemukan orang yang tepat diantara orang yang berlalu lalang.

Hari sudah mulai gelap setelah mereka berkeliling stasiun juga cuaca yang tidak bersahabat hujan akan segera turun. Jika tidak segera ke penginapan, mereka akan kehujanan tapi Plan belum mau menyerah ketika Mean mengajaknya pergi karena dirinya sudah lebih dekat dengan terus berkeliling sampai membuatnya tersesat.

"kau gila!" Mean berteriak pada Plan yang saat ini basah kuyup memeluk kakinya berteduh disisi mini market begitupun Mean yang kebasahan menarik Plan dan memaksa anak itu membasuh dirinya dengan air panas.

Selesai mandi Plan keluar dengan handuk menutupi tubuhnya sedangkan Mean yang melihat itu hanya diam dan pergi kekamar mandi untuk berganti

"Plan"

"..."

"Plan!"

"..."

Mean panik tidak menemukan Plan disetiap ruang hotel dan berlari kemeja resepsionis bertanya dan berkata jika Plan baru saja keluar. Mean mengutuk dan berlari keluar ditengah kepanikan itu Mean memicingkan matanya tepat didepannya Plan terlihat duduk sendiri dengan wajah yang gelisah

"kau benar-benar gila" ucap Mean dan duduk disamping Plan

"orang gila berbicara dengan orang gila artinya apa?" Plan bertanya dan tersenyum setelah mendapat respon dari Mean

"tidak bicara" Mean mengabaikan pertanyaan itu dan berkata dingin

"pernah dengar pepatah 'kau akan mendapatkan sesuatu jika berusaha'" Plan berkata dan menatap hujan didepannya "kita sudah sejauh ini dan aku tidak ingin menyianyiakan waktu sedetikpun" lalu Plan tersenyum samar

Plan sedikit tertawa merasa bersalah ketika mendengar cacing diperut Mean berbunyi "sepertinya kita harus memberi anakmu makan"

"tentu saja" ucap Mean berjalan lebih dulu ke cafe dilantai dasar sedangkan Plan menyusul. Dari kasir Plan bisa melihat Mean sudah duduk santai, setelah memesan Plan berjalan kearah Mean sebelum

Buk!

"ma.."

"kau tidak ap.."

"Plan!" suara itu memanggil namanya dan Plan dengan ragu mengangkat wajahnya

Deg! Nafasnya memburu seiring pandangan mereka bertemu semakin jelas

"kau Plankan? Kau kemana saja aku mencarimu. Kau tahu!" orang didepannya terus bicara Plan hanya diam dan melangkah mundur ketika orang itu siap untuk meraihnya

"tidak! anda salah orang" setelah mengatakan itu Plan berbalik lari sekencang mungkin dadanya sesak seiring tangisnya yang pecah sakit didadanya tidak bisa lagi ditahan. Sebuah pertemuan yang kembali membuka luka lama, andai kenangan bisa dihapus seperti tulisan pensil alangkah baiknya itu agar orang yang memiliki luka masa lalu untuk tetap bahagia dan menatap masa depan tapi sayang sekali itu tidak ada.

Plan jelas mengenal orang itu yang tak lain adalah Titay. Plan sudah melupakan kejadian dimasa lalu tapi rasa sakitnya tidak pernah hilang. Kebahagiaan yang tidak sempurna untuknya sebuah kesalahan besar sudah percaya dengan sekumpulan orang brengsek itu. Plan menghapus air matanya ketika mengingat Mean masih dibawah setelah sedikit tenang Plan kembali turun dirinya harus tetap tenang mengingat tujuannya.

Tapi kepercayaan itu runtuh saat melihat pemandangan didepannya sekelompok pria yang sedang bersenang-senang. Orang yang dulu sangat terbiasa bersama. Mereka sebahagia itu disaat dirinya terpuruk? Tangannya terkepal dadanya kembali sakit menyaksikan itu. Rasa sakit menjadi benci tumbuh begitu saja.

Pria jahat yang membohonginya

Pria jahat yang mempermainkanya

Pria jahat yang menginjak harga dirinya

Pria jahat yang tertawa untuk kepolosannya

Pria jahat yang merenggut kebahagiaannya

Dan Pria jahat yang tidak tahu apa itu cinta

Plan menarik nafas dan berjalan kearah Mean yang sudah selesai makan dapat merasakan jika seseorang sedang mengawasinya. Perasaan itu kuat saat Plan mendapati Titay dari ujung ruangan menatapnya dan juga Mean yang sedang dihadapannya sedang menatap, Plan menggeleng tidak akan ada hal buruk yang terjadi.

Plan mencuci tangannya diwastafel saat hendak berjalan keluar terlihat Titay disana bersandar dipintu menghalangi jalannya

"kau tidak ingin bicara?" tanya Titay menatap Plan

Plan bertanya kenapa semua orang menanyakan hal itu padanya "tidak ada yang ingin saya bicarakan, minggir" ucap Plan datar keluar dari toilet

Plak!

Satu tamparan mendarat dipipi Plan

"saat ini ada yang bisa kau bicarakan" ucap Titay mengepalkan tangannya satu tamparan darinya mampu membuat Plan berhenti dan berbalik padanya

Plan bersiap mengangkat tangannya dan hendak menampar balik Titay tapi tangannya ditahan oleh seseorang dan itu Minis pacar Titay membanting tangannya sampai ia terjatuh dilantai dan disana tidak hanya ada dua pasang kaki tapi ada tiga Plan melihat sepasang kaki lainnya mengangkat wajahnya perlahan dan itu adalah Terth, salah satu dari mereka.

Hati Plan menghangat kala Terth menarik kedua bahunya dengan lembut untuk bangun ingin sekali rasa Plan berhambur kepelukan itu menceritakan segalanya tapi entah kenapa Plan tidak bisa melakukannya saat ini. bahkan untuk menyapa lidahnya keluh dadanya mendadak sakit.

"kau tidak apa?" Terth tetaplah pria yang sangat baik, cintanya.

"oii Terth kau masih peduli padanya setelah apa yang dilakukannya pada pacarku, temanmu?"

"kau tidak harus memperbesar masalah ini"

"tapi.."

"kembali" ucap Terth menatap tajam pada Minis menggerakkan dagunya kemudian berbalik menatap Plan memegang kedua bahu yang lemat itu

"kau tidak apa?" mendengar itu Plan terisak dengan sigap Terth memeluknya "tidak apa...jangan menangis. Sudah tidak apa"

Plan tidak bisa membendung lagi kembali memeluk Terth. Satu-satunya pria yang menganggapnya.

Suasana taman sepi sehingga suara tangis itu terdengar memekakkan telinga. Seorang laki-laki imut sedang menangis diatas bangku memeluk kedua kakinya. Sepertinya hatinya telah hancur berkeping-keping. Terth melihat itu dan duduk disampingnya

"kau boleh menangis disini jika kau mau" Terth menepuk sebelah bahunya membuat Plan mengangkat wajah dan cemberut

"aku tidak menangis" ucap Plan membela dirinya menurunkan kakinya dan menghapus air matanya meskipun begitu masih terlihat dari matanya yang merah, suaranya yang serak

Sedangkan Terth tersenyum pada laki-laki cantik itu. diam-diam Terth tersenyum pada dirinya sendiri. Mereka duduk berdua.

Bersambung...

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang