Alma menggandeng tangan Revan menuju altar pernikahan. Beberapa pasang mata menatap takjub keduanya. Benar-benar serasi, cantik dan tampan.
"Alma,"
Dengan refleks Alma melepaskan tangannya dari tangan Revan. Revan yang melihat itu hanya tersenyum miris.
"Gue mau ngomong bisa?" Alma mengangguk. Sebelum mengikuti Bima, Alma izin terlebih dahulu pada Revan. Untungnya Revan orang yang selalu bisa mengerti keadaan Alma, tak pernah memaksa kehendaknya pada gadis itu.
"Kenapa Bim?"
Bima menggeleng. "Gue boleh minta satu permintaan?"
"Apa? Kalo gue bisa, ya boleh."
"Gue minta hari ini khusus untuk gue, hari Lo." Kata Bima. "Gue mau kita habisin waktu bareng-bareng. Gue mohon, kali ini aja."
Alma mengangguk. Toh waktunya bersama Bima memang hanya tinggal hari ini. "Iya, gue setuju."
"Jangan jauh-jauh dari gue. Gue takut tiba-tiba ngehajar cowok yang lagi duduk di sana." Alma terkekeh mendengar gurauan Bima.
"Dia ayah Lo."
Bima menggeleng, menatap sendu dua orang yang sedang duduk di sana, yang sebentar lagi akan menjadi pasangan suami-istri.
"Lo harus bahagia untuk mereka, sama kayak gue yang udah merelakan semuanya."
Bima beralih menatap Alma. Menarik kedua bahu Alma dengan lembut agar menatap dirinya. "Boleh gue meluk Lo?"
Bima lebih dulu merengkuh Alma, sebelum cewek itu menjawab. Cukup lama, sampai suara pembawa acara terdengar memberitahukan bahwa akad akan segera dimulai, membuat Bima harus melepaskan pelukannya.
...
"Eh, hai, Rafly, Hana." Alina menyapa kedua temannya yang baru saja datang itu. Tak lupa memberi pelukan hangat pada Hana.
"Kenapa nggak Dateng dari pagi sih? Kan lebih seru kalo rame-rame."
"Maaf, tadi mamah gue drop lagi. Awalnya Rafly mau dateng pagi, tapi dia anter gue dulu." Hana menjelaskan alasan mereka datang terlambat.
"Mamah kamu drop? Kenapa nggak ngabarin?" Tanya Alina khawatir.
"Udah baik sekarang, aku ketemu yang lain dulu ya. Kalian ngobrol aja."
Setelah Hana pergi, Alina tak tau harus berkata apa. Dia bingung dengan masalahnya bersama Rafly.
"Maaf," satu kata yang keluar dari mulut Rafly membuat Alina tersentuh.
"Gapapa, semua orang pernah ngelakuin kesalahan. Yang terbaik dari mereka yang salah adalah mau untuk mengakui dan memperbaikinya."
"Ini bukan kode buat kita balikan, kan?" Goda Rafly, Alina terkekeh. Mereka kembali berbaikan seperti dulu. Sama seperti sebelum Alina mengetahui bahwa Rafly pernah punya niat untuk menyakiti Alma bersama Hana.
...
Setelah akad selesai, Bima mengajak Alma untuk keluar. Menjauh dari keramaian. Bima menghentikan mobilnya di sebuah daerah sepi. Alma mengernyitkan dahi ketika turun dari mobil, sedikit merasa takut dan curiga kenapa Bima mengajak dirinya kemari.
"Gue nggak akan macam-macam." Bima terkekeh melihat wajah ketakutan Alma.
Alma tersenyum malu. "Kita mau ngapain?"
"Ikut aja." Bima meraih tangan Alma lalu menggenggamnya erat, seakan-akan tak ingin genggaman itu lepas.
Bima menyuruh Alma duduk di sebuah bukit. Bima lalu turun dari bukit dan menyuruh Alma menunggu.
Alma menghela nafas, memperhatikan sekitar, pemandangan disekitarnya ternyata begitu indah. Apalagi saat senja nanti, pasti akan jauh lebih indah. Rasanya tak sabar menunggu beberapa jam lagi untuk melihat magic hour itu.
"Maaf lama." Alma menoleh lalu tersenyum pada Bima dan menggeleng seolah mengatakan tidak apa-apa.
Bima memberikan gelas berisi cokelat panas pada Alma. "Dapet darimana?" Tanya Alma, pasalnya dia tak melihat ada kafe di sekitar sini.
"Rahasia."
Alma mendengus tapi tak membantah. Dia menyesap cokelat panas itu, memang terasa sangat nikmat dan menenangkan.
"Enak, kan?" Tanya Bima. Alma mengangguk.
"By the way, Lo mau ngapain ngajak gue kesini?"
"Mau ngabisin sisa hari gue sama Lo." Jawab Bima. "Oh, iya, gue juga mau minta kita ngomong nya jangan pake gue Lo, ya? Pake aku kamu, bisa, kan?"
"Tapi-" Bima meletakkan telunjuknya tepat di depan wajah Alma, membuat Alma semakin deg-degan.
"Tanpa tapi." Setelah Bima mengatakan itu, Alma menjauhkan wajahnya dari Bima.
"Sebenarnya Lo, maksudnya kamu kenapa sih?"
Bima tersenyum tipis. "Aku mau kamu."
...
TBC
Bima kenapa ya?
Kira-kira Alma mau nggak?
Mau apa dulu nih kira-kira?
Tunggu aja lah ya😆❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Senja
Подростковая литература"Gue nutupin perasaan yang ada karena gue takut gue bakal ditolak."-Alma zevanya "Gue selama ini mencintai orang yang salah karena dia nggak pernah bicara soal perasaannya." -Bima Ragatta Published 15 Juli 2019 Story by Anggita Dwi Ristanti