(epilogue)

600 39 16
                                    

Mei, 2022

[INDRIKA]

"Oh my God, the baby bump is thereeee.." Dira excitedly screams.

"The baby bump has been there since last month. You just didn't notice." Gue nyeletuk.

"Ini berarti bulan ke?"

"Minggu ke 20, masuk bulan ke 5 ya berarti?"

Brian mengangguk. Indira masih menempelkan tangannya di perut gue seperti ada keajaiban di sana.

"Cewek apa cowok ini yaaa.." tebaknya.

"Cewek kayaknya, gue tetep cantik gini. Dulu lu waktu hamil kan jorok nggak suka mandi." ejek gue.

"Sialan! Ngidam apa? Mulai aneh-aneh nggak?"

"Gue tiba-tiba pengen nasi kandar yang itu, yang sama lu dulu pas traveling jaman kuliah."

"Yang deket masjid? Bangsul jauh amat mau makan aja kudu ke Georgetown!"

"Iya gue yang bingung nyari cutinya, lagi nggak bisa ditinggal." timpal Brian.

"Ya ntar kalo nggak diturutin anak kamu ngileran.." keluh gue.

"Haloooo ganteeeeng!" Brian tersenyum lebar menyambut Raihan yang berlari dari kamarnya sambil memeluk bola plastik tiup. Raihan nyengir menunjukkan deretan giginya yang sudah mulai terlihat banyak.

Mas Agus, dengan celana rumah kotak-kotak, kaos oblong putih dan sandal rumahnya mengejar Raihan di belakangnya. Raihan tertawa cekikikan sambil bersembunyi di balik Brian.

"Lho? Ke mana mas tadi ya? Kok ilang? Ibu liat mas nggak?" Tanya Mas Agus berpura-pura tidak melihat.

"Mana yaaa.. wah punya super power ini, yah. Mas bisa ngilang."

"Padahal ayah mau ajak makan ice cream coklat. Ya udah diabisin sama ibu aja yuk?"

"Cyiniii mas ihan niniii dininiii.." Raihan muncul dari balik kaki Brian.

"Lhooo ketemuuu! Eh nggak jadi deh ice creamnya, sayurnya tadi pagi belum dihabisin ya, bu?"

"Iyaaa mamam ayul, mauu.. veggies.." Raihan gantian merayu ibunya.

"You want some veggies? Disuapin Om Ian ya? Sama Om Ian apa sama Ayah Ino?" tanya Brian.

"Ayaaah.." dia berlari memeluk kaki Mas Agus. "Cayoot.." pintanya lagi. Dia menunjuk-nunjuk irisan wortel di mangkuk.

"Ayah terus pokoknya. Anaknya ayah, ya mas? Ibu cuma ikut ngeden." Indira menyiapkan sayur di dapur sambil protes.

"Hmm padahal Om bawa permen gummy bear.." Brian berusaha membujuk.

Raihan terlihat bingung. "Gummy?"

"Iya, gummy bear. Warna warni. Ayah mah apa cuma ice cream." cibir Brian.

"Ng.. ayaaah. Mamam.." dia kembali lagi ke Mas Agus.

"Udah nyerah aja lu. Gue aja kaga digubris kalo udah sama ayahnya." sahut Indira.

"Nurun itu mah. Lu dulu kan gitu ke bapak. Ibu dijadiin cadangan." gue membalas.

"Nanti kalo tante punya dedek, Mas Ihan punya temen main." Indira menujukan omongannya ke Raihan yang sedang sibuk mengunyah sambil bergelayutan di kaki ayahnya.

"Cewek, please? Anak lu harus cewek." Mas Agus angkat bicara.

"Kenapa mas? Biar lengkap ya?" gue tanya.

"Dira lah suruh bikin lagi! Ngapa jadi anak gue yang lu arepin?" timpal Brian.

"Kaga pake bikin lagi, bikin lagi! Lu pikir gampang angkat beban 9 bulan? Belum lahirannya, belum popok sama sekolahnya. Satu aja udah, yang penting didiknya bener!" omel si ibu dari dapur.

"Jangan diungkit, panjang ntar.." bisik Mas Agus.

"Mas, cucian udah di keluarin belum? Ntar keburu bau loh." tanya Indira dari dapur.

"Oh iya belum. Kan dari tadi ngelonin Raihan.."

"Ikutan tidur sih! Pas anaknya bobok kan bisa ditinggal bentar."

"Iya, iya. Ntar lagi. Abis makan ya Mas Ihan ya? Mamam dulu ya?"

"Udah biar disuapin Om Ian aja. Bri suapin, biar cepet kering juga jemurannya."

Mas Agus menyerahkan mangkuk ke Brian dan berlalu ke ruang laundry. Gue cuma menahan tawa melihatnya menjelma jadi bapak rumah tangga di hari Minggu.

"Jahat banget sih lu, Ra." kata Brian sambil menyuapi Raihan.

"Udah kesepakatan di awal kali. Dia emang komitmennya bakal bantuin tugas rumah tangga kalo lagi libur."

"Kan tiap hari udah kerja.."

"Gue juga tiap hari kerja dari rumah! Masih sambil ngurus anak pula. Orang dia juga yang mau."

Indira yang sekarang sudah resign dari kantornya memutuskan untuk menjadi seorang freelance SEO writer sehingga dia bisa bekerja dari sambil mengawasi Raihan.

"Gila berat banget jadi suami kakakmu." Brian nyengir ke arah gue.

"Kamu nggak usah ketawa. Ntar kalo anakmu lahir kamu juga bakal gitu!" jawab gue ketus.

Cengirannya memudar dan dia kembali menyuapi Raihan.

***

Ola ^^

So,

*berdehem*

I guess sampai di sini dulu kehidupan rumah tangganya pasangan double trouble ini, hopefully they continue to wreak havoc and mayhem in the future with their beloved kids. 

In case you're interested to find out about a little throwback to how their campus life was, (and the secrets they had hidden for years), wait for the prequel to be published! :) P.s: it's a bit bloody. Also, I have another story I've uploaded called Like I Always Do (haven't been updating for a while) if you want some other drunken escapade to kim namjoon, jeon jungkook, and park jinyoung's alternate universe. 

I appreciate the attention you've given this story I feel worthless without your support and I can NEVER thank you enough for every star and comment you left on my work, truly didn't expect any of this. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Salam dari ayah inyo dan om ian, tante-tante semua 💜

Let's love and be loved! -L.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang