"tunggu"
"apa si! gue mau balik, seandainya lo ga bawa gue ketempat makan itu, gue gabakal tau ini semua!" ujar Alda sambil terisak.
Sungguh Alda merasakan sakit hati yang luar biasa, baru saja ia mengira ia akan bahagia dengan seseorang yang sedang dekat dengannya, tapi sekarang? sudahlah Alda sangat kecewa berat untuk hari ini.
"gue anter" ucap Arkan, setelah lama mendengar cerocosan Alda.
"gaperlu, gue bisa balik sendiri" ujar Alda, dan meninggalkan Arkan yang masih berdiri. Tetapi, bukan Arkan namanya kalau tidak bisa melawan.
"ayo" Arkan menarik Alda untuk kembali ke tempat makan tadi yang tentu Alda memberontak, tetapi apa boleh buat? tenaganya kalah dengan Arkan, Alda hanya pasrah saja Arkan ingin membawanya ataupun menyeretnya.
"naik, jangan noleh kemanapun" bisik Arkan saat sudah sampai di parkiran tempat makan itu.
Alda hanya diam tak mengucapkan apapun dan menuruti keinginan Arkan, mood Alda benar benar buruk saat ini.
Arkan menjalankan motornya dengan kecepatan standar, sedangkan Alda, ia sedang merenung melihat kejadian kejadian yang sudah menimpanya. Diperjalanan mereka berdua pun hanya ada keheningan, sama sekali tidak ada yang membuka obrolan, mereka sibuk dengan pikirannya masing masing, bahkan saat Arkan memberhentikan motornya pun Alda hanya bergeming.
"Al" panggil Arkan.
Alda menoleh kesumber suara dan melihat Arkan yang sudah turun dari motornya, Alda bingung sendiri untuk apa ia dibawa ketempat seperti ini. Alda benar benar tidak sadar.
"turun" ujar Arkan dengan wajah datar khasnya yang tak pernah luntur.
Alda yang kebingungan dengan bicaranya Arkan yang sangat sangat ambigu, tetapi ia sedikit sedikit mengerti dan tetap menuruti apa yang dikatakan Arkan.
"ini dimana?" tanya Alda saat ia sudah menginjak rumput.
Arkan tidak menjawab pertanyaan Alda, Arkan hanya diam dan berjalan meninggalkan Alda. Merasa tidak ada pergerakan dari Alda, Arkan menoleh kebelakang dan melihat Alda yang hanya berdiam diri layaknya seperti patung.
"ck, ayo!" ajak Arkan sedikit membentak.
Alda menggeleng kuat dengan perkataan Arkan barusan. Ia takut, tempatnya begitu asing, dan juga seorang lelaki yang mengajaknya ketempat seperti ini, pantas Alda takut.
"gabakal gue apa apain!" kesal Arkan seolah olah tau apa yang ada dipikiran Arkan.
"ta--"
"lama" potong Arkan yang sudah geram dan menarik Alda untuk ikut dengannya.
Akhirnya Alda mengikuti langkah Arkan yang terbilang besar, Arkan terus saja menarik Alda seolah Alda tidak boleh jauh jauh dari dirinya. Pada saat mendekati rumput yang tingginya diatas mata kaki Alda dibuat terkejut oleh itu.
"wah" gumam Alda yang masih bisa didengar oleh Arkan.
Setiap Alda melangkahkan kakinya diatas rerumputan itu banyak kunang kunang yang berterbangan, Alda benar benar sangat kagum sekaligus gembira. Alda melepaskan cekalan tangan dari Arkan yang membuat Arkan menoleh dan selanjutnya Arkan tersenyum tipis, sangat tipis bahkan hampir tidak terlihat.
Alda terus berlari dan sesekali berteriak gembira yang membuat kunang kunang itu terbang, sangat indah. setelah merasa lelah karena terus berlari Alda berhenti dan mendudukkan bokongnya dipinggir danau yang ada. Melihat Alda yang sudah terduduk Arkan menghampiri Alda dan duduk disebelah Alda.
"seneng?" tanya Arkan.
Alda hanya mengangguk sambil tersenyum yang entah ditujukan kesiapa senyum itu.
"lo tau dari mana tempat ini? ini indah banget" tanya Alda yang benar benar mengagumi tempat ini.
Arkan hanya tersenyum melihat tingkah Alda, tidak membalas pertanyaan Alda. Senyumpun sampai tidak terlihat.
Alda hanya mengalah, menurutnya berbicara dengan Arkan hanya membuang buang waktu, percuma saja mau bertanya apapun pasti jarang sekali dijawab. Tapi Alda tidak peduli mau Arkan menjawab pertanyaannya atau tidak itu bukan urusannya, yang terpenting ia sedang merasakan bahagia setelah merasakan sakit hati yang terdalam.
Lingkungan itu menjadi saksi atas kebisuan Alda dan Arkan, mereka hanya saling diam menikmati hembusan angin malam yang sesekali menerpa wajah mereka. Alda dan Arkan benar benar merasa nyaman tanpa mereka ketahui.
Arkan berdiri dari duduknya yang membuat Alda reflek menoleh kearahnya.
"pulang" ucap Arkan.
Alda yang mengerti dengan ucapan Arkan, Alda pun ikut bangun dari duduknya walaupun ada sedikit rasa tidak rela meninggalkan tempat itu.
Arkan berjalan terlebih dahulu dan Apda mengikuti dibelakangnya dengan perlahan.
Setelah mereka berdua sampai di motor Arkan, Arkan melepaskan Hodie hitam miliknya dan memberikannya kepada Alda, Alda yang melihat itu hanya bingung dan kemudian ia mengerti lalu Alda meraih Jaket milih Arkan dan memakainya.
Arkan menancapkan gas motor kesayangannya dengan kecepatan sedang, dan lagi lagi tidak ada yang membuka suara, mereka sibuk dengan pikiran masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDA
Teen FictionSLOW UPDATE. Highest Rank #3 salting #3 blushing #18 nangis Perihal senja, malam memiliki lebih banyak cerita. Purnama diwaktu malam sangat menenangkan daripada pamitnya senja. Meski senja lebih paham caranya untuk berpamitan, nyatanya indahnya mal...