o n e

879 15 0
                                    

Bagaimana rasanya diperkosa oleh suami sendiri?

Perih. Nyeri. Sakit. Terasa menggigit di ulu hati. Bajingan itu telah merenggut keperawananku dengan paksa. Bahkan disaat aku belum sempat membersihkan diri setelah seharian berdiri untuk menyalami tamu yang hadir di acara pesta pernikahanku.

Tanpa mencumbuku, bajingan itu memasukkan kelelakiannya ke dalam milikku yang masih utuh belum pernah tersentuh.

Ya. Selaput darahku telah koyak, bersamaan dengan koyaknya perasaan dan harga diriku. Rasanya hampir seperti tak punya seutas nyawa. Seperti dikuliti habis-habisan. Bahkan mendoakanku di malam pengantinpun tak ia lakukan.

Setelah pelepasannya selesai, dengan kasar dia menyuruhku menyingkir dari ranjang. Wajahnya puas penuh seringai melihat ada bercak darah di sprei putih tempatnya menggulat tubuhku.

"Ternyata bener kamu masih perawan!"

Bahkan nyeri di pangkal pahaku, tak ada setitikpun jika dibanding nyeri di ulu hatiku. Oh, sesakit ini rasanya.

Laki-laki yang dibangga-banggakan Mama supaya aku mau menerima lamarannya, ternyata tak lebih dari seorang bajingan pemuja darah perawan. Aku memang menjaga mahkota ku untuk suamiku seorang, tapi bukan direnggut paksa dengan cara jahanam seperti ini.

***
Aku terseok-seok berjalan ke kamar mandi. Rasanya ada yang mengganjal, perih sekali. Kata orang, bercinta pada malam pertama itu hanya sakit di awal. Selanjutnya hanyalah kenikmatan. Tapi kemana nikmat itu? Hanya nyeri berkepanjangan yang kurasakan.

Bajingan bernama Andre itu telah pergi dari kamar saat aku bangun. Enam atau tujuh kali dia menggauliku dengan buas seperti hewan kelaparan, setelah memastikan aku masih perawan tadi malam.

Ku guyur tubuhku yang penuh dengan tanda merah di area dada dan leher. Aku jijik setengah mati melihat itu. Berharap guyuran air dingin itu mampu melunturkan jejak bajingan itu di tubuhku. Walau ternyata tidak, karena saat aku sedang menggosok kakiku dengan sabun, bajingan itu masuk ke kamar mandi. Melepas baju dan celana bahannya lalu menyetubuhi ku di bawah guyuran shower. Sungguh tak beradab.

Aku masih mengguyur diriku di bawah shower dingin saat iblis laknat itu keluar telanjang setelah mengeringkan dirinya dengan handuk. Sumpah demi Tuhan, bahkan melihatnya saja aku jijik.

***
Aku tak tau harus berbicara tentang masalah ini dengan siapa. Rasanya tak pantas saja mengumbar aib ranjang kepada orang lain. Namun, di sisi lain akupun sudah tak tahan dengan kelakuan Andre yang makin tak punya aturan.

Selain kerap memaksaku untuk melayani nafsunya, dia juga sering memukulku ketika aku menolak untuk disetubuhi. Dua kali saat aku datang bulan, secara tiba-tiba dia menyerangku. Memasukkan miliknya ke dalam milikku yang penuh darah. Biadab? Memang.

Hari-hariku diisi dengan rasa sakit hati dan benci. Rumah tangga pengantin baru yang suwung, tak ada kasih sayang apalagi cinta mesra. Rasa-rasanya, Andre hanya menjadikan aku budak nafsunya saja. Terlebih lagi, setelah aku diboyong ke rumah pribadinya. Andre seperti tak tau tempat, tak tau waktu. Kapanpun dia ingin, aku langsung disikatnya tanpa permisi.

Makin hari, tubuhku makin kurus. Kantung mataku melebar. Jauh dari kata sehat. Tapi sekali lagi, aku tak tau harus menceritakan kesedihan rumah tangga ku kepada siapa. Bercerita kepada Mama pun bukanlah solusi, karena Mama menganggap ucapanku adalah dusta karena masih belum bisa berdamai dengan perjodohan ini.

"Mama, Rissa ingin cerai dari Andre." Ucapku di suatu pagi, selepas aku dipukuli bajingan itu hingga pinggangku lebam.

"Kenapa?" Mama menjawab santai seolah permintaan cerai yang kuucapkan adalah hal remeh.

"Andre suka mukul Rissa." Air mataku menggenang, ingin aku menumpahkan segala cerita duka pada Mama, agar Mama tau anaknya tengah terluka parah, tapi melihat tanggapan Mama, niatku surut seketika.

"Kamu dipukul karena kamu gak becus jadi istri! Makanya nurut sama Andre, jangan suka ngebantah!"

Aku meneteskan air mataku.

"Jangan suka umbar aib rumah tangga kamu, Rissa. Sekali lagi Mama dengar kamu omongin Andre, kamu tau sendiri akibatnya."

Aku hanya mengatakan kebenaran supaya aku biasa keluar dari rumah tangga yang terasa seperti neraka jahanam ini.

Sejak saat itu aku bungkam. Meski siksaan dan kekerasan seksual dari bajingan yang konon adalah suamiku sendiri menjadi makanan sehari-hari.

***
Malam itu hujan lebat saat aku sedang berbelanja minyak dan sabun cuci di minimarket depan komplek. Jam menunjukkan pukul 19.40, waktunya Andre pulang. Yang artinya kemungkinan besar Andre akan murka jika saat dia pulang, aku tak ada di rumah.

Dengan nekat, ku terobos hujan karena aku tak membawa payung saat berangkat tadi. Basah kuyup, jelas tentu saja. Yang penting aku tak jadi samsak malam ini.

Namun ternyata aku luput. Apes. Lampu ruang tamu yang tadi ku matikan telah menyala, Andre sampai lebih dulu. Aku berjalan mengendap-endap menuju kamar mandi luar yang terletak di samping dapur. Namun sial, ternyata ada Andre disana. Memegang sapu lantai yang gagangnya sudah patah jadi dua.

Karissa, tamat riwayatmu kini.

***

CINTA UNTUK KARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang