Duk... Duk...
Seorang petugas rumah tahanan mengetuk pintu sel. Seorang pemuda yang sedang berbaring di atas dipannya beranjak dan membuka jendela kecil yang berada di pintu selnya itu. Sel ini hanya berukuran sekitar 2x3 meter yang hanya berisi sebuah dipan dan sebuah kloset duduk.
"Kunjungan kuasa hukum, lima menit!" seorang petugas kemudian membuka kunci pintu sel dan mengantarkan pemuda itu ke ruang besuk.
Ia menatap kuasa hukumnya itu dengan pandangan datar tanpa ekspresi.
"Katakan hanya hal baik yang ingin kudengar, bodoh!"
"Semua sudah kami atur, skenarionya adalah berapapun tuntutan dari jaksa, majelis hakim akan memvonisnya setengah dari tuntutan itu," ucapan kuasa hukumnya hampir ingin membuat dirinya menggebrak meja.
"Setengah katamu? Kamu pikir ini apa? Hotel bintang lima?" maki pemuda itu dengan suara tertahan agar tidak terdengar oleh petugas jaga yang berada di pintu ruangan tersebut.
"Justru itu, kami sudah mengatur dengan jajaran rumah tahanan nanti untuk menyediakan sel khusus, jadi tidak ada bedanya fasilitas dalam sel itu dengan kamar pribadi anda," alis mata pemuda itu naik saat mendengarnya.
"Bagus, pastikan juga aku masih tetap menjalankan bisnisku dari dalam penjara,"
"Tentu, sesuai kontrak yang sudah kita sepakati," kuasa hukum itu lalu pamit dan pergi meninggalkan ruangan itu. Sementara pemuda itu kembali diantarkan menuju selnya.
Ia merebahkan dirinya di atas dipan, menatapi langit-langit dalam kamar selnya. Terngiang kembali kata-kata dari kuasa hukumnya barusan. Sel khusus katanya?
Hahaha... Andre... Andre... Lo masih tetap naif seperti Andre yang dulu. Lo pikir dengan menjebloskan gue ke penjara terus lo merasa menang? Hahahaha...!!!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
City Of The Damned (Nightlife Part II)
AksiSequel dari novel sebelumnya berjudul 'Nightlife', kelanjutan dari petualangan sang wartawan Andre Adisatya yang berhasil membongkar sindikat perdagangan wanita. Disarankan untuk membaca terlebih dahulu novel pertamanya agar tidak terjadi gagal paha...