Hari esoknya, Adara mendapati kabar bahwa seseorang telah tewas di torture chamber. Lagi. Gadis itu menggigit bibirnya khawatir, seolah nyawanya terancam jika ia terus berada di rumah Gio.
Ceklek. Pintu kamar terbuka, Gio datang dengan satu tangan di dalam saku celana. Pria itu kembali menutup pintu dan berjalan ke arah Adara.
"Kenapa belum tidur?" tanya Gio setelah mendaratkan bokongnya di pinggir ranjang Adara.
"Gio, kamu hebat! Bagaimana cara melakukannya?" tanya Adara kecil, merasa takjub ketika Gio kecil mampu mengubah warna pada rubik dalam waktu kurang dari 20 detik.
"Aku bisa melakukan semuanya. Maka dari itu—kamu nggak boleh jauh dariku."
Adara mengangguk mantap. "Ya. Aku nggak akan jauh darimu. Sekarang—ajari aku bermain rubik!"
Adara kembali teringat masa lalu, memori yang telah hilang satu per satu kembali. Menatap mata Gio sejenak, Adara merindukan sosok itu yang ia cari selama ini. Ternyata namanya Gio, wajahnya berubah sejak terakhir kali Adara lihat di panti asuhan.
"Wajah akan berubah seiring dengan perkembangan usia."
Adara mengingat perkataan Renata, yang telah meninggal akibat pemberontakan pada malam itu.
"Sebentar lagi," jawab Adara dengan senyuman tipis.
"Ada yang sedang kamu pikirkan? Apa ada masalah?" tanya Gio lagi. Dengan ekspresi cemas.
Adara menggeleng kecil. "Nggak ada, semuanya baik-baik aja," jawab Adara.
"Tidurlah, besok aku akan mengajakmu ke suatu tempat," ucap Gio seraya mengusap puncak kepala Adara.
"Ke suatu tempat? Apa maksud Gio—TORTURE CHAMBER?!" batin Adara. Jantungnya berdegup tak beraturan.
"Good night," pamit Gio, mengecup kening Adara sebelum akhirnya beranjak keluar kamar.
Tubuh Adara membeku, jiwanya bergetar cemas. Malam ini adalah kesempatan bagi Adara untuk melarikan diri, sebelum keesokan harinya ia menyesal karena tidak menggunakan kesempatan sebaik-baiknya.
"Rumah ini punya banyak penjaga, sama seperti rumah Kartika." Adara berpikir mencari akses jalan keluar yang aman untuk melarikan diri.
"Adara, kamu lagi ngapain?" tanya Adele ketika mendapati Adara tengah berdiri di taman belakang rumah sambil mengusap seekor anjing.
Adele duduk di salah satu kursi. Adara tersenyum pada anjing lucu itu, kemudian membiarkannya pergi melewati sebuah pintu kecil di ujung taman.
"Dia keluar, Adele!" pekik Adara.
Adele berdecak. "Itu anjing liar, Adara. Pintu itu sengaja dibiarkan terbuka agar anjing-anjing itu bisa masuk lalu makan di tempat yang telah di sediakan."
Adele menunjuk beberapa wadah tempat makan anjing dengan isi penuh. Adara hanya menganggukkan kepala.
"Pintu taman belakang!" ucap Adara dengan suara pelan.
Adara segera turun dari kasur, berjalan menuju pintu kamar. Untuk sejenak—Adara menempelkan telinganya pada pintu, untuk mendengar apakah masih ada aktivitas di luar kamar atau tidak.
"Sepi," gumam Adara.
Adara membuka pintu, kepalanya menyembul untuk mengecek keadaan sekitar. Di rasa aman—Adara melanjutkan langkah kakinya untuk menuruni tangga sambil memperhatikan sekitar.
Sedangkan di sisi lain—seorang pria memasuki sebuah ruangan pengawas. Namun ia terkejut ketika mendapati boss besar sedang berada di ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
しぬ SHINU (COMPLETED)
Misterio / Suspenso❝Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus mati!❞ Semua orang mengenalnya sebagai monster pembunuh. Namun bagiku, dia adalah sosok pelindung. Manusia pencabut nyawa itu terperangkap dalam prinsipnya sendiri. Akankan Adara dapat menaklukkan monster te...