Buku yang kuinginkan tidak ada. Aku harus menunggu seminggu lagi karena mereka belum menambahkan stok buku baru. Mau bagaimana lagi? Aku pun harus menunggu selama seminggu.
Musim panas tahun ini akan segera selesai dan berganti musim gugur. Aku paling suka saat musim gugur. Menikmati daun berwarna kuning kecokelatan yang berguguran membuatku merasa tenang. Dibanding dengan musim dingin membuatku ingin bergelung di balik selimut yang tebal.
Langkah kakiku berhenti ketika aku melihat seseorang yang sedang baku hantam. Mereka berada tepat beberapa meter dari hadapanku. Ini pertama kalinya aku melihat orang yang saling memukul di depan mata.
Aku memicingkan mata berusaha mengenali wajah yang sedang bertengkar itu. Astaga! Ternyata itu Jin! Apa yang ia lakukan?
Dengan segenap keberanian yang kumiliki, aku berteriak sekencang mungkin. "Ya! Ada polisi datang!"
Setelah aku berteriak, tak lama kemudian mereka membubarkan diri sebelum menatap tajam ke arahku. Meninggalkan Jin seorang diri. Aku segera menghampiri dan berjongkok di sampingnya.
"Ya, gwaenchana?" Walaupun aku kesal dengan Jin beberapa hari yang lalu, namun aku masih memiliki hati.
Ia menatap mataku. "Aku baik-baik saja," jawabnya. "Gomawo."
Ada jeda sejenak antara kami. Aku mengerjapkan mataku. Apa aku tidak salah dengar? Ia berterima kasih padaku!
"Ya, jangan sungkan. Luka-luka harus segera diobati." Aku bangkit berdiri. "Sini." Aku menarik lembut lengannya ke arah kursi. Ia pun mengikutiku.
Aku duduk kemudian mengeluarkan kotak P3K dari dalan ranselku. Aku segera mencari kapas dan obat memar. Segera kutuang obat itu ke atas kapas dan kuarahkan ke luka memar di sudut bibirnya.
Jin merintih menahan rasa sakit. Kemudian ia berkata, "Kau selalu membawa kotak P3K?"
Aku mengangguk. "Ya, itu suruhan ibuku. Aku sangat ceroboh sehingga harus membawa kotak P3K ke manapun aku pergi."
Lelaki itu tersenyum miring. "Ternyata kau seceroboh itu."
"Memangnya masalah untukmu?"
"Tidak. Tapi aku baru tahu jika ada orang yang sangat ceroboh sehingga ia membawa kotak P3K."
Aku menekan kapas kuat-kuat. Jangan macam-macam denganku, ya.
Jin merintih kesakitan. "Astaga! Jangan kencang-kencang!"
Aku menatapnya kesal. "Itu salahmu yang memancingku."
Lelaki di hadapanku itu tertawa pelan. "Mianhae."
"Untuk apa?"
"Semuanya."
"Oh."
"Reaksi macam apa itu?" protes Jin.
Aku menutup kotak P3K milikku. Kemudian kumasukkan ke dalam ransel. "Memangnya kau mengharapkan reaksi yang seperti apa?"
"Menatapku tak percaya dengan mulut terbuka?"
"Itu reaksi terkejut 'kan?" tanyaku padanya datar.
"Iya." Jin tertawa.
"Sebenarnya, siapa yang memukulmu tadi?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Hanya orang yang kebetulan lewat. Aku tidak sengaja menabraknya dan ia langsung memukulku begitu saja," jelas Jin sambil mengangkat bahu.
"Itulah ciri-ciri orang tidak punya pekerjaan. Memukul orang dijadikan hobi," ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒎𝒐𝒖𝒓 ✧ 𝘉𝘛𝘚 𝘹 𝘠𝘰𝘶 (𝘖𝘯𝘦𝘴𝘩𝘰𝘰𝘵𝘴)
Fanfiction"Have you ever felt being loved by them?" Ketika sebuah penyesalan, kesedihan, dan kebahagiaan berada di satu tempat. Hanya di sanalah tempat semua perasaan itu berada. Hanya...di buku ini saja. ────── ©2019 by -milkymochi